Mohon tunggu...
Inovasi

Mengapa Rusia Harus Konflik dengan Turki, yang Sebenarnya Mereka Harus Saling Membantu.

9 Desember 2015   23:15 Diperbarui: 9 Desember 2015   23:34 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan antara Rusia dan Turki kini sedang panas. Seusai di tembak jatuhnya jet tempur bomber Sukhoi Rusia oleh militer Turki. Banyak tanggapan tentang hal tersebut oleh pihar Rusia. "Pertahanan udara akan ditingkatkan di wilayah udara Suriah dengan dikirimkannya kapal Moskva yang dipersenjatai misil di perairan Latakia untuk menghancurkan target yang akan membahayakan pesawat Rusia." Bahkan Seluruh kontak militer dengan Turki akan di hentikan sementara.

Sergey Rudskoy, pejabat senior Rusia. Menyampaikan bahwa jatuhnya pesawat tersebut berjarak empat kilometer dari perbatasan negara Turki. Dan pihak Turki tidak mencoba men-kontak pilot Rusia sebelum di tembak jatuh. Pernyataan tersebut berbeda dengan Turki, di mana pihak Turki sudah berulang kali memberi peringatan kepada pilot Rusia bahwa mereka melanggar wilayah udara Turki. Di mana, akhirnya berakhir dengan insiden ditembak jatuhnya pesawat tersebut.

Kepala Staf Umum Departemen Intelijen Turki, Ismail Hakki Pekin, mengatakan bahwa "keputusan militer Turki untuk menembak jatuh pesawat jet bomber Su-24 Rusia yang sedang memerangi teroris merupakan kesalahan besar."

Bahkan pejabat Rusia kini sedang menyusun sanksi ekonomi sebagai balasan untuk Turki. Tetapi, perang dagang antara kedua negara ini sangat mahal. Kedua negara saling ketergantungan dan 'mustahil' untuk perang ekonomi. Di karenakan Rusia hanya memiliki teman yang sedikit di dalam berbisnis di kancah internasional. Turki, menjadi salah satu mitra andalan Rusia dalam hal berbisnis. Bahkan Turki dan Rusia telah menandatangani kesepakatan membangun energi besar setahun yang lalu. Proyek tersebut adalah Turki Stream yaitu proyek yang membangun pipa gas dari Rusia ke Turki dan kemudian akan dilanjutkan ke pasar Eropa. Hal ini dilakukan untuk menggantikan proyek South Stream yang seharusnya dibuat melalui Ukraina tapi dibatalkan tahun lalu. Selain itu Turki pembeli gas alam terbesar kedua Rusia setelah Jerman.

Turki pun merasa 'rugi' di karenakan Wisatawan yang datang ke Turki sebagian besar ialah warga Rusia sendiri bahkan sekitar 4,5 juta warga Rusia berkunjung ke Turki pada 2014.

Tetapi Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menyarankan pada warganya agar tidak berkunjung ke Turki paska jatuhnya pesawat jet mereka.

Rusia dan Turki saling membutuhkan bantuan, hal ini terjadi karena rendahnya harga minyak dunia pada Rusia. Begitupun per-ekonomian Turki yang melorot yang penyebab salah satunya karena nilai tukar Lira leih rendah 20% terhadap US dolar Amerika.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun