Dari mereka mengatakan bahwa gas air mata terpaksa ditembakkan karena supporter sudah mulai anarkis dan mereka mengklaim bahwa penembakan gas air mata sudah sesuai dengan prosedur yang  berlaku? Sungguh demikian kah cara penyelesaian masalahnya ?
Stadion adalah ruangan terbuka itu betul. Kalau dianggap aman ketika gas air mata ditembakkan karena hanya pertimbangan stadion di indonesia terbuka dan tidak seperti stadion luar negeri, apkah iya begitu? Apakah tidak terlintas pemikiran, bahwa gas air mata ini ketika ditembakkan dampaknya apa? Sebelum menekan pelatuk tembakan gas air mata apakah tidak sempat memikirkan bahwa supporter dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak sampai dewasa dan perempuan? Apakah pintu exit aman untuk mereka keluar jika nantinya terjadi kerumunan karena panik terkena gas air mata? Hingga desak-desakan dan injak-injakan pun terjadi karena supporter sibuk menyelamatkan diri mereka masing-masing karena kesulitan bernafas dalam kerumunan ribuan orang dan pintu exit terbatas.
Sesingkat memikirkan yang penting supporter tidak di area lapangan kah? Kalau mengklaim bahwa sudah ada prosedur, pertanyaannya itu prosedur pengamanan masa yang demo di tempat terbuka yang benar-benar terbuka atau pengamanan supporter dalam stadion yang pintu exitnya terbatas?
Apalagi narasinya? Kalah jumlah? Sehingga terpaksa mengambil tindakan yang menumbalkan nyawa manusia, dimana mereka datang hanya ingin menyaksikan timnya menang? Untuk mengolah informasi betapa bahayanya gas air mata rasanya sangat mudah lah di google banyak diulas.
Menjalankan pekerjaan sampai sukses itu penting tapi keprofesionalan dan hati nurani perlu juga disertakan. Â 100 orang lebih itu nyawa manusia yang tidak sepantasnya dihargai seharga tiket sepakbola. Banyak anak-anak yang seharusnya masih bisa melanjutkan hidup panjang dan cita-citaa mereka.
Sepak bola tidak terhindar dari bisnis, tapi nyawa manusia lebih berharga dari itu. Pertimbangan banyaknya kuota supporter layak menjadi sorotan juga, apakah sudah sesuai dengan standart keamanan atau justru malah melebihi kapasitas yang ada demi mengejar keuntungan?
Setelah kejadian ini bukan soal siapa saja yang akan dipecat tapi pengharapan orang banyak adalah bagaimana diciptakan sistem didalam persepakbolaan yang terstandarisasi dan jauh dari arogansi.
 Manusia akan selamanya menjadi makhluk rakus, setidaknya gunakanlah hati Nurani dan logika dalam menimbang semuanya, bukan hanya dibutakan untuk satu kepentingan semata.
Turut berduka cita yang mendalam  atas korban tragedi Kanjuruhan Malang. Semoga keluarga diberikan ketabahan dalam merelakan orang tersayangnya. Teruntuk yang sampai saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit semoga lekas pulih. Aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H