Berawal dari pengalaman pribadi yang sering menjadi korban clickbait mulai dari channel yotube sampai portal berita online. Tak hanya sekali, mereka melakukan hal ini. Sering, bahkan hampir setiap kontennya mengandalkan clickbait.
Dilansir CNN, pengamat media sosial Kun Arief Cahyantoro mengungkapkan bahwa fenomena clikcbait memang marak di Indoesia bahkan di dunia. Beliau juga mengungkapkan bahwa clickbait cukup berhasil terutama pada e-commerce.
Melihat konsistensi orang-orang yang mengandalkan clickbait, cukup menggelitikku untuk mengulasnya. Tak segan saat itu aku pernah menyampaikan kritik di akun instagram salah satu portal berita online melalui kolom komentarnya.
Mari mencoba memahami bahwa mereka dihadapkan dengan persaingan yang amat ketat, mulai dari channel youtube yang berlomba-lomba agar kontennya muncul di paling atas di antara sekian banyak orang, portal media bersaing mempertahankan pasarnya sehingga mendapatkan traffic tertinggi, dan terlebih beberapa e-commerce yang bersaing memperebutkan pasarnya agar mau membeli produk di tempatnya.
Perhatianku tercuri oleh portal berita online, sehingga kali ini aku akan mengulas mengenai clickbait yang dilakukan oleh beberapa portal berita online. Selain karena aku sering tertipu, alasan aku mengulas ini adalah mereka cukup penting di masyarakat yakni sebagai sumber informasi yang bisa dipercaya di tengah maraknya hoax di Indonesia.
Namun dari mereka tak jarang memanfaatkan adanya kepercayaan dari masyarakat tersebut demi meramaikan traffic-nya, salah satunya dengan menggunakan clickbait tersebut. Benar memang mereka sedang berhadapan dengan persaingan yang ketat. Karena portal berita online itu ketika peristiwa terjadi, bisa selang beberapa menit berita sudah harus diterbitkan. Karena mereka adu kecepatan, baik antar jurnalis maupun antar portal berita. Cepat yang harus juga akurat dan menarik banyak pembaca.
Bersaing itu boleh, bahkan dari bersaing kita dapat terus memperbaiki kualitas sehingga semakin bertumbuh dan berkembang. Namun ketika clickbait dijadikan alasan untuk bersaing nampaknya kurang elegan. Mengapa demikian? Mari kita buka dampak negatifnya.
Apakah pihak media menyadari bahwa lambat laun pembaca yang sudah merasa tertipu dengan judul berita heboh yang mereka buat akan mengerti kemudian meninggalkannya dan beralih ke portal berita online yang mereka percaya. Hal ini terjadi karena hilang kepercayaan dari pembaca.
Tak hanya sekedar mereka beralih begitu saja, ada dari mereka yang juga melakukan ajakan kepada teman-temannya agar meninggalkan portal berita tersebut. Hal ini normal terjadi, karena secara psikologis mereka tak ingin membiarkan teman-temannya merasakan pengalaman negatif sepertinya.
Bukankah hal itu tak membuat citra media tersebut menjadi buruk? Hingga berujung pada merugikan perusahaan dalam jangka panjang?
Namun hal di atas hanya untuk orang yang akhirnya bisa merasakan jebakan clickbait. Untuk orang yang belum /tidak sadar, mereka akan terus penasaran dengan clickbait. Hingga akhinya tertarik mengklik untuk mengunjungi halamannya dan traffic portal media itu pun menjadi tinggi (traffic merupakan salah satu jalan bagi portal berita menghasilkan keuntungan).
Layaknya lingkaran yang tak kunjung usai jika ke depan tak ada perkembangan dari pihak yang masih saja menjual kehebohan. Semoga segera menyadari dan berbenah diri.Â
Mari bekerja dan berkreasi dengan sesuatu yang berisi. Bukan hanya dibutakan oleh keuntungan dari membuat sensasi, karena kerja edukasi milik semua lini. Negeri ini masih sangat haus akan  insan yang bisa memberi arti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H