Mohon tunggu...
Nurul Alamin
Nurul Alamin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidkan Bahasa Arab, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci. @nurulalamin02

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan meilhat (balasan)nya." (Q.S az-Zalzalah) @nurulalamin02

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Lupa Berbagi

26 Agustus 2021   22:05 Diperbarui: 26 Agustus 2021   22:15 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mulai malam itu, Aku mendapat SMS terus-terusan dari orang yang nggak aku kenal dan meraka yang SMS ku ini ikut menyumbang dengan cukup besar. Keluargaku tak menyangka baru satu hari kami sudah mendapat uang cukup banyak untuk kaum dhu'afa dan anak yatim piatu.

Tiga hari sebelum lebaran, aku mengumpul panitia kegiatan sosial ini ke rumahku untuk melakukan rapat. Kami berdiskusi apa yang harus dibeli dengan uang sebanyak 10 juta ini. Sejak malam waktu rapat, kami bertawakal terus dan percaya bahwa usaha tidak pernah menghianati hasil. Tak kepikir di benakku bahwa kami mendapat uang 10 juta, memang bulan yang penuh berkah ini banyak sekali orang ingin berbagi kepada orang yang membutuhkan.

Pagi ini, aku berniat membeli sembako ke pasar. Tiba-tiba, aku mendapat kabar dari panitia lain bahwa uang semalaman hilang entah siapa yang mencurinya. Aku sangat kaget mendengarnya, tak tahu aku harus bagaimana. Hati resah, pikirna kacau. Aku berusaha rileks tapi nggak bisa. "Kita harus mencari jalan keluar, bagaimana pun caranya." Ujar aku kepada paniatia lainnya.

Tak panjang pikir, aku harus mengorbankan uang tabunganku selama 3 tahun untuk kegiatan sosial ini. Uang tabungaku cukup banyak. "Apakah kamu yakin, Nak?" Ibuku berkata.

Aku mengangguk dan berkata, "Nanti Allah akan gantikan semuanya, Bu."

Aku dan panitia lainnya langsung bergegas ke pasar untuk membeli sembako dan baju lebaran untuk kaum dhu'afa dan anak yatim piatu. Barang bawaan kami cukup banyak membuatku menyewa mobil untuk mengankut barangnya. Ketika kami sampai ke kampung, kami langsung membaginya kepada semua kaum dhu'afa dan anak yatim piatu di kampungku. Raut wajah yang jarang sekali aku temukan dalam hidupku yaitu melihat orang lain bahagia. Hati tak bisa ngomong apa-apa, aku hampir menangis tapi ku tahan supaya dilihat orang bahwa aku ini benar-benar laki-laki benaran. Hehehehehe.

Sejak hari itu, aku mendapat rezki yang tak disangka-sangka bahkan di luar nalar. Dan bahkan uang yang aku korban telah di ganti oleh Allah bahkan melebihnya. Itu lah indah kalau berbagi.

Kata orangku kepadaku, "Berbagilah Rasyid bukan kita mempunyai kebutuhan cukup tapi kita pernah dalam keadaan itu dan kita pernah merasakannya."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun