Mohon tunggu...
Nakhwa GhinayahRA
Nakhwa GhinayahRA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Tari Saman di Indonesia

1 Februari 2023   07:17 Diperbarui: 1 Februari 2023   07:27 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap masyarakat atau suku daerah tentunya mempunyai budaya yang menonjol dan masih dipercaya dan juga di pertahankan oleh masyarakat yang bersangkutan. 

Mungkin saja budaya dari masyarakat tersebut banyak digemari oleh masyarakat lain, sehingga bisa dikenal secara nasional. Salah satu kebudayaan yang sudah banyak dikenal secara nasional yaitu Tari Saman, Aceh.

Tari Saman merupakan tarian tradisional masyarakat Gayo Lues yang sudah turun-temurun dan membudaya di masyarakat Gayo. Dikatakan membudaya di Gayo Lues karena sejak  zaman dahulu hingga saat ini Tari Saman masih banyak digemari dan juga terus bertumbuh subur. Buktinya, setiap kampung dan juga belahan-belahan daerah di Gayo Lues dipastikan ada Tari Saman. Hal  ini sudah dibuktikan oleh tim dari Unesco sewaktu meneliti Saman di Gayo Lues.

Mengutip dari dokumen Unesco, Tari Saman merupakan kesenian yang "Urgent Safeguarding" sehingga memerlukan pemikiran yang jernih dan juga cara yang arif dalam pelestariannya.

Kesenian Saman ini awalnya hanya dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk hiburan semata dengan mengandalkan tepuk tangan dan juga pukulan ke paha dengan sebuah alunan lagu yang langsung dinyanyikan oleh penari. Tentunya kegiatan seperti ini dijadikan sebagai hiburan oleh anak muda untuk menghilangkan rasa lelahnya.

Kemudian Tari Saman berubah menjadi media atau sarana untuk mengembangkan agama Islam. Hal ini bisa kita rasakan langsung dalam syair-syairnya yang berkaitan dengan agama, seperti pada langkah-langkah awal yang selalu dimulai dengan salam. 

Syair lain yang diberikan oleh para pemain saman yaitu "Kn ama ine kite turah hurmet kati endepet sapaat ari Tuhent"  yang artinya kepada bapak dan ibu kita harus hormat agar mendapat syafaat dari Tuhan kita. 

Syair ini mengandung nilai agama yang memiliki makna ketaatan atau kepatuhan anak kepada orang tuanya. Orang tua harus dikasihi, dihormati, dan juga harus dijaga jika mereka sudah tua. Hal ini sangat sesuai dengan ajaran agama Islam. Jika sebuah rasa hormat kepada orang tua sudah tidak ada, ganjaran dosa tidak terelakkan lagi. 

Dengan cara inilah pemain saman memberi nasihat kepada masyarakat betapa pentingnya menghormati orang tua. Dalam syair ini juga disebutkan bahwa orang yang menghormati orang tua akan mendapatkan syafaat dari Allah.

Selain itu, ada pula syair yang bertujuan untuk mengingatkan kita akan peraturan atau adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat supaya tidak memiliki sifat sombong terhadap orang lain.  Karena orang yang mempunyai sifat sombong akan membuat dirinya menderita. Dalam syair dikisahkan bahwa seseorang yang hanyut di sungai tidak akan diangkat oleh orang lain hanya karena orang yang hanyut ini pernah tidak menegur seseorang. 

Jadi, orang akan celaka hanya karena hal kecil yaitu tidak menegur orang. Jika kejadian ini ada dalam kehidupan nyata, betapa ruginya orang yang tidak mau bergaul dengan semua orang. Maka dari itu, kita sebagai manusia dalam bergaul tidak boleh sombong dan tidak harus membatasi pergaulan dengan orang tertentu.

Selanjutnya, Tari Saman berfungsi sebagai hiburan sehingga kegiatan saman ini muncul pada acara-acara tertentu seperti hari ulang tahun, peringatan maulid, hari raya idul fitri, perpisahan sekolah hingga acara-acara peresmian. 

Walaupun begitu, fungsi saman sebagai hiburan tidak bisa dipisahkan satu persatu karena dalam konteks hiburan syair saman juga masih banyak yang berbau nasihat, adat istiadat atau penerapan peraturan pemerintahan. Maka dengan begitu mungkin hanya wujud fisiknya saja sebagai hiburan, sedangkan wujud hakikatnya masih dapat berjalan sebagai fungsi lain.

Seiring berjalannya waktu, saman sudah dijadikan sebagai kesenian yang diikut sertakan dalam festival sehingga sudah mulai dikenal oleh orang lain. Seperti kegiatan festival pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA ke-2) tahun 1972 di Banda Aceh. 

Pada saat itu, Tari Saman menjadi salah satu tari favorit dan diberi gelar oleh Ibu Tien Soeharto sebagai "Tari Tangan Seribu". Semenjak itulah Tari Saman mulai dikenal luas, sehingga dapat tampil dalam pembukaan Taman Mini Indonesia Indah pada tahun 1974. Pada tahun berikutnya, Jakarta kembali mengundang Tari Saman dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-30. 

Kemudian pada tahun 1977,  Tari Saman kembali menjadi wakil Aceh dalam Festival Tari Rakyat I di Jakarta dan tahun berikutnya menjadi wakil Aceh mengikuti Fertival Jakarta. Tari Saman juga ikut tampil dalam Pekan Kebudayaan Aceh III tahun 1988 dan Pekan Kebudayaan Aceh IV tahun 2004 di Banda Aceh. Setelah banyak diundang di Indonesia, Tari Saman diundang ke Amerika, Spanyol, dan Malaysia.

Perkembangan selanjutnya kesenian ini sudah mulai dijadikan sebagai komeditas komersil sehingga banyak berdiri sanggar tari yang memanfaatkan jasa Tari Saman. Saat ini banyak muncul Tari Saman yang dimainkan oleh wanita dan kurang sesuai dengan daerah aslinya, Gayo.  
Dengan demikian, saat ini Saman sudah dikenal di seluruh  Indonesia, akan tetapi bahan tertulis tentang Saman masih sangat langka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun