Mohon tunggu...
Najwa Uhti hanifah
Najwa Uhti hanifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kepercayaan yang Hilang: Perjuangan Politisi untuk Menyampaikan Informasi di Tengah Gelombang Hoaks

26 Desember 2024   21:07 Diperbarui: 26 Desember 2024   21:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Digitalisasi (Sumber: Kompasiana)

Dampak Jangka Panjang

Terjadinya penurunan kepercayaan ini tidak hanya akan berdampak pada saat pemilihan umum tetapi juga pada partisipasi politik secara keseluruhan, masyarakat akan merasa apatis atau tidak peduli terhadap proses politik yang sedang terjadi apabila mereka merasa bahwa semua informasi yang diberikan oleh politisi tidak dapat dipercaya.

Membangun Kembali Kepercayaan

Untuk dapat membangun kembali kepercayaan masyarakat, politisi perlu menunjukkan komitmen terhadap kejujuran dalam komunikasi mereka, ini termasuk dalam menghindari terjadinya retorika negatif atau menyerang lawan politik secara pribadi serta hanya fokus kepada isu-isu penting yang relevan bagi audiens.

Studi Kasus: Praktik dalam Komunikasi Politik

Untuk dapat memahami bagaimana tantangan ini dihadapi secara nyata, mari lihat beberapa studi kasus yang serupa dari berbagai negara:

  • Barack Obama (AS) 

Kampanye yang dilakukan oleh Barack Obama di tahun 2008 yang dikenal sebagai salah satu contoh terbaik dalam penggunaan media sosial pada komunikasi politik modern, tim kampanye pada saat itu menggunakan platform seperti Facebook dan Twitter untuk menjangkau audiens muda secara langsung dengan pesan-pesan yang menarik tentang perubahan sosial dan ekonomi.

  • Joko Widodo (Indonesia) 

            Presiden Joko Widodo menggunakan media sosial secara efektif pada kampanye pemilihan presiden di tahun 2014 dan 2019 untuk melakukan komunikasi langsung dengan rakyatnya tanpa melalui perantara media tradisional, beliau sering membagikan video pendek yang menjelaskan mengenai kebijakan pemerintahnya serta menjawab pertanyaan dari audiens secara langsung.

  • Jacinda Ardern (Selandia Baru) 

            Mantan Perdana Menteri Selandia Baru yakni Jacinda Ardern yang dikenal dikarenakan pendekatan komunikasinya yang dilakukan secara empatik selama krisis Covid-19 serta pada terjadinya penembakan masjid Christchurch di tahun 2019. Melalui konferensi pers yang rutin dilakukan serta penggunaan media sosial yang efektif, Ardern berhasil membangun kepercayaan publik dengan dilakukannya transparansi dan keterbukaan.

  • Angela Merkel (Jerman) 

            Pada masa kepemimpinannya sebagai Kanselir Jerman, Angela Merkel dikenal dengan pendekatan komunikasinya yang berbasis fakta, ia sering kali menggunakan data ilmiah yang konkret untuk mendukung kebijakannya terutama terkait isu-isu masyarakat saat itu seperti krisis migran dan pandemi Covid-19.

  • Narendra Modi (India) 

            Perdana Menteri India yakni Narendra Modi memanfaatkan berbagai teknologi digital secara maksimal pada kampanye pemilihan umum, ia mengaplikasikan platform media sosial untuk menjangkau jutaan audiens sekaligus memperkuat citra baik dirinya sebagai pemimpin yang modern melalui konten visual menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun