Mohon tunggu...
Najwa Almira Salsabila
Najwa Almira Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

TMYFIICTRWIEGTMYA?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Carina Iri dengan Mereka

8 Februari 2024   14:21 Diperbarui: 16 Februari 2024   06:54 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

              Aku iri kepada semua teman-temanku yang bebas berlarian kesana kemari. Namun kenapa hal yang berbeda terjadi padaku. Aku hanya bisa berbaring di kasur rumah sakit ini dan membaca buku. Dunia sungguh tak adil.

              "Dek, apa yang sedang kamu pikirkan, apakah kamu mau bercerita dengan kakak perawat?", ucap perawat yang memang ditugaskan untuk melayaniku karena kamar yang ayah pilih adalah kamar VIP. "Tidak", jawabku dengan nada yang datar dan tidak memalingkan wajahku ke perawat itu sama sekali. "Adek jangan banyak pikiran ya, nanti adek bisa dalam bahaya", ucap perawat itu membujukku untuk bercerita.

              Namaku Carina Dominica. Aku berada disini karena penyakit jantung koroner yang kupunya. Sebenarnya aku bisa ikut berlarian dengan teman-temanku itu jika ayah tidak terlalu khawatir denganku dan jika ayah tidak menaruhku di ruangan VIP rumah sakit terbagus di kota ini mungkin sekarang aku akan berlarian di padang rumput.

...

              "Carina, ayo lah kenapa putri ibu ini selalu cemberut?" ucap nona Estrella yang merupakan ibu baruku. Aku hanya memalingkan wajahku tidak mau melihat wajahnya. "Carina, apakah kamu masih marah kepada ayah?" tanya ayah.

              Huh? Kenapa kau bertanya? Tentu saja aku marah! Hanya karena kecemasanmu yang egois itu!

              5 jam telah berlalu. Ayah dan nona Estrella sudah pergi daritadi, kini aku hanya akan membaca bukuku saja. Buku berjudul "Seni Melatih Pikiran dan Daya Ingat Setajam Silet".

              Disitu aku banyak belajar, hal yang kubutuhkan hanyalah kesabaran dan caraku berpikir. Bila aku berpikir aku akan keluar dari tempat ini pasti intuisiku akan membantuku melakukan berbagai cara untuk benar-benar keluar dari tempat ini.

              Aku pun memeluk buku itu dan pergi tidur agar hal yang kuinginkan itu terkabulkan esok hari. "Tuhan, tolong bantu aku untuk keluar dari situasi ini, aku ingin seperti teman-teman. Aku ingin sekali! Semoga doaku segera terkabulkan".

...

              Doaku terkabul... doaku terkabul! Kini aku berlarian bersama teman-teman! Aku berhasil bebas! Pemandangannya indah!

...

              "Maaf sebesar-besarnya kepada bapak. Kami tidak dapat menyelamatkan nyawa adik Carina, semoga segala amal perbuatannya diterima di sisi tuhan nantinya" ucap seorang dokter sambil mengelu-elus pundak sang ayah yang baru saja kehilangan putrinya. Kini dia hanya menangis dan melihat mayat anaknya yang tertidur sambil memeluk sebuah buku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun