Aku menyesal berebut tablet pada hari itu, yah !
Hari itu adalah hari Minggu yang cerah. Seperti biasa  Aku dan adikku, Azra selalu berebut satu hal yang sama---tablet kesayangan kami. Padahal tablet itu adalah milik bersama, tapi rasanya aku yang lebih berhak menggunakannya.
"Kak! Ini giliran aku, kan?" Najwa berteriak dari kamar. Ia tampak kesal karena aku sudah menggunakan tablet sejak pagi.
"Nanti saja. Aku lagi main game ini, tanggung kalau nggak selesai," jawabku tanpa menoleh.
Azra cemberut dan menunggu di sampingku. Aku tahu dia sudah tidak sabar, tapi aku juga belum puas bermain. Seperti biasanya, setiap kali giliran menggunakan tablet tiba, kami tidak pernah bisa berbagi dengan baik.
Saat kami mulai saling menarik tablet itu dari tangan satu sama lain, pertengkaran semakin memanas. Azra berusaha merebut tablet dari tanganku, dan aku mempertahankannya dengan kuat. Suara gaduh dan keributan kami terdengar jelas di seluruh rumah.
Tiba-tiba, Ayah muncul di ambang pintu dengan ekspresi marah yang jarang kulihat. Matanya tajam menatap kami berdua yang sedang sibuk berebut tablet.
"Apa yang kalian lakukan?!" Ayah berseru keras, suaranya memotong keributan kami. Tanpa pikir panjang, Ayah dengan cepat merebut tablet dari tangan kami berdua.
Kami terkejut dan melepaskan tablet itu dengan cepat, takut Ayah semakin marah. "Ini gara-gara kalian berdua tidak bisa mengalah!" katanya dengan suara tegas, penuh amarah.
Ayah menatap tablet di tangannya sejenak, lalu dengan langkah cepat ia pergi menuju kamarnya. Aku dan Azra hanya bisa memandangnya tanpa berani mengatakan apapun.
Di kamar, terdengar suara keras. **BRAKK!** Tablet yang kami perebutkan barusan hancur berkeping-keping.