Menurut Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, sebagaimana yang penulis kutip dari laman Kemenkes mengatakan, untuk menurunkan angka stunting tergantung pada intervensi spesifik sebanyak 30 persen, sisanya tergantung pada intervensi sensitif.
Jika bermazhab  kepada pernyataan Budi Gunadin, keberhasilan menurunkan stunting harus ada kerja sama semua sektor. Tidak bisa tugas ini dibebankan kepada seseorang saja atau satu instansi.
Seperti pemberian tablet tambah darah kepada remaja. Agar remaja mau mengkonsumsi tablet tersebut harus ada kerja sama dengan pihak sekolah, puskesmas juga remaja itu sendiri. Jika tablet tambah darah secara rutin diberikan kepada remaja, tetapi mereka rutin membuangnya, apakah akan berhasil menurunkan angka stunting? Sementara pencegahan stunting berawal dari remaja bukan dari bayi lahir.
Berikut adalah beberapa upaya yang dapat membantu menurunkan stunting selain memberi tablet tambah darah pada remaja:
1. Intervensi spesifik sebelum kelahiran bayi
Untuk menurunkan stunting di Indonesia harus dilakukan sebelum bayi itu lahir yang dipusatkan kepada ibu bayi. Sebelum kehamilan, masa kehamilan dan setelah kelahiran, ibu harus terpenuhi gizinya dan mendapat layanan kesehatan dari puskesmas terdekat.
Untuk itu pemerintah harus meningkatkan akses layanan kesehatan agar mudah terjangkau dan berkualitas.
2. Â Intervensi spesifik setelah kelahiran
Setelah kelahiran, bayi perlu mendapat ASI eksklusif, ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi bayi yang optimal. Setelahnya anak-anak membutuhkan makanan yang seimbang dan bergizi.
Pastikan anak pun mendapatkan makanan yang mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang cukup.
Selain itu, 1.000 hari kehidupan anak harus mendapat imunisasi lengkap. Ibu bisa mendapatkannya di puskesmas, posyandu atau dokter anak.