Komunikasi telah ada sejak manusia diciptakan, jadi wajar jika sebagian besar kegiatan manusia melibatkan komunikasi. Komunikasi dalam pengetahuan mencakup penyebaran makna dan simbol yang terkait dengan proses kemanusiaan. Hubungan antarmanusia yang melibatkan komunikasi telah ada sejak Nabi Adam AS.
Konsep komunikasi tidak terbatas pada masalah komunikasi efektif saja, tetapi juga mencakup komunikasi antarpribadi. Dalam praktik komunikasi Islam, komunikasi mencakup etika, sehingga ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, orang tersebut akan memahami apa yang kita sampaikan. Komunikasi menurut Andrew E. Sikula adalah proses penyampaian informasi, pengertian, dan pemahaman dari seseorang, suatu tempat, atau sesuatu kepada seseorang, tempat, atau orang lain.
Menurut keyakinan Islam, komunikasi tidak hanya berfungsi untuk membangun hubungan vertikal dengan Allah Swt tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia. Komunikasi dengan Allah Swt terjadi melalui pelaksanaan ibadah fardhu, seperti salat, puasa, zakat, dan haji, yang bertujuan untuk menumbuhkan takwa. Sementara itu, komunikasi dengan sesama manusia terjadi melalui pembentukan hubungan sosial yang dikenal sebagai muamalah. Hal ini terlihat dalam banyak aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, seni, dan sebagainya.
Karena kemampuan berbicara mereka yang unik , manusia memiliki peran dan posisi strategis sebagai makhluk sosial. Orang-orang dengan kemampuan berbicara ini dapat mencapai potensi mereka dan membangun hubungan sosial. Seperti yang disebutkan dalam Surat Ar-Rahman ayat 4 , Allah SWT betapa pentingnya berkomunikasi dalam firman-Nya.Dalam ayat ini, kata "al-bayan" berarti berbicara (al-nuthq, al-kalam). Komunikasi tidak hanya sekedar informatif, yaitu memberi tahu orang lain, tetapi juga persuasif, yaitu membuat orang mau menerima ajaran atau informasi dan bertindak sesuai dengannya.
Orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena lidah, organ bicara yang sangat aktif, melakukan gerakan tertentu di bagian lidah yang menghasilkan bunyi yang unik saat bertemu dengan organ lain. Inilah yang memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lain. Namun, di sisi lain, lidah juga dapat membawa manusia ke dalam situasi yang berbahaya.
Dalam Al-Qur'an, konsep etika komunikasi lisan memiliki ketentuan-ketentuan yang mendalam, menjadikannya sebagai etika yang suci dan tidak dapat diperdebatkan. Konsep ini menetapkan aturan tentang perilaku manusia dalam menjaga lisan mereka dari perkataan yang tidak bermakna yang dapat berdampak negatif baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur'an menyampaikan seruan moral untuk membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih terjaga.
Konsep kesantunan bukanlah hal baru dalam Islam karena telah ada sejak lama.Kesantunan dalam bahasa Islam belum pernah disebutkan sebelumnya oleh para ahli Barat. Al-Quran menjelaskan kesan berbahasanya. Contohnya adalah qaulan Sadida (QS.4 an-Nisa: 9), yang berarti komunikasi menggunakan materi dan media bahasa dengan benar; dan qaulan Ma'rufa (QS.4 an-Nisa: 8). Dengan kata lain, komunikasi harus dilakukan dengan bahasa yang menyenangkan, tidak menyinggung atau menyakiti lawan bicara sesuai dengan standar kebenaran dan kejujuran, dan tidak mengandung rahasia atau kepura-puraan. Keempat, Qaulan Maysura (QS.17 Al-Isra : 28), yang berarti berkomunikasi dengan baik dan sewajarnya agar orang tidak kecewa, dan Qaulan Baligha (QS.4 An-Nisa : 63) berarti dengan menggunakan ekspresi yang memukul, mencapai tujuan, atau membuat kesan. Dalam Quran Surat 50 Ayat 18, dia tidak mengucapkan satu kata pun; sebaliknya, ada malaikat pengawas yang berada di wilayah tersebut, selalu siap untuk mencatat.
Berdasarkan ayat di atas, Al-Quran menetapkan bahwa orang harus menjaga lidahnya sebagai dasar kesantunan lisan . Dia berbicara melalui lidah. Berkomunikasi dengan sopan memerlukan perlindungan lidah yang tepat. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga lidah mereka agar mereka mengucapkan kata-kata yang baik dan bermanfaat. masalah ini karena dengan menjaga lidah secara bertanggung jawab, seseorang akan mempertimbangkan makna ucapan ketidakseimbangan atau rasa bersalah dalam fisika dengan Allah SWT dan dalam fisika dengan manusia agar tidak menimbulkan permusuhan dan kebencian.
Sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam agama Islam. Menjaga lidah sebagai dasar kesantunan adalah prinsip utama dalam berkomunikasi Islami. Kata-kata disampaikan melalui lidah, yang harus digunakan dengan hati-hati. Lidah memiliki peran sentral dalam menyampaikan kata-kata, dan penggunaannya yang bijak dapat membentuk interaksi yang penuh berkah.
1. Menjaga Kata-Kata
Langkah pertama dalam menjaga kesantunan dalam komunikasi Islami adalah penerapan lidah yang terkendali. "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari berhenti, hendaklah dia berkata baik atau diam," adalah sabda Rasulullah SAW.Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak menggunakan kata-kata yang buruk dan sopan.
2. Menghadirkan Hoax dan Fitnah
sama dijelaskan dalam Al-Qur'an, menyebarkan gosip dan fitnah adalah dosa. Dalam komunikasi Islami, menjaga lidah juga menghindari tindakan yang dapat merusak hubungan dan membahayakan orang lain .
3. Berbicara dengan Hikmah
Penggunaan lidah bijak juga berarti berbicara dengan hikmah. Al-Qur'an mengajarkan umat Islam untuk berdakwah dengan cara yang lembut dan baik. Menjaga lidah dalam hal ini berarti menyampaikan pesan agama dengan bijak dan pengertian, tanpa menjaga atau menyakiti orang lain.
4. Bersyukur dan Menahan Kesabaran
Menjaga kesantunan memerlukan sikap dan kata-kata. Komunikasi sehari-hari menunjukkan sikap bersyukur dan sabar. Ketika kita mampu bersyukur, lidah kita lebih cenderung mengeluarkan kata-kata positif, dan kita juga lebih sabar, yang mencegah reaksi yang tidak perlu.
5. Menghargai Opini Orang Lain
Komunikasi yang santun juga berarti menghargai pendapat orang lain. Jika Anda ingin tetap sejahtera, Anda tidak perlu terlibat dalam hal yang tidak sehat. Sebaliknya, ia berusaha untuk memungkinkan diskusi yang konstruktif dan menguntungkan.
Untuk mewujudkan lingkungan yang penuh keberkahan, penting untuk mempertahankan kesan lidah sebagai dasar komunikasi Islami. Dengan memahami nilai-nilai Islam tentang komunikasi, kita dapat mengarahkan lidah kita untuk mengucapkan kata-kata yang positif sepanjang waktu, menghindari tindakan yang merugikan, dan membangun hubungan yang harmonis dalam kehidupan sehari-hari.Â
Najwa Rasyidah Manar
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI