Malam dengan gerimis itu menemani ritual harian si gadis bersurai hitam legam itu. Masker berwarna coklat memenuhi permukaan wajahnya, sedangkan tangan dan matanya sibuk menatap layar ponsel yang menyilaukan.Â
   Hari pertama menginap di villa temannya itu ternyata tak seburuk yang ia kira. Ia jadi berpikir kalau temannya itu terlalu berlebihan. Temannya bilang jika villa itu angker dan menyeramkan di malam hari, ah nyatanya tidak. Aman-aman saja. Bahkan gadis itu sedang bermasker ria di kamarnya.Â
   "Kea..."
   Gadis yang dipanggil Kea itu menoleh, menatap wajah temannya itu. Ia mendecak kesal lalu bangkit dari posisi telentangnya.Â
   "Apa?" Tanyanya ketus.
   "Kamu jangan tidur malam-malam, setelah maskeran, langsung tidur, ya," ujarnya yang dibalas dengusan malas oleh si gadis.Â
   "Ck, yaudah! Itu doang, kan? Balik, dih! Aku mau lanjut maskeran," ucapnya lalu mendorong temannya itu keluar.Â
   "Cih, gak tahu diri," gerutu si teman sebelum pergi.Â
   Kea melanjutkan kegiatannya itu. Sesekali, bibirnya tergerak untuk mencibir postingan instagram salah satu teman sekolahnya yang kelewat vulgar.Â
   "Kea, keluar, yuk! Di depan sana kan ada warung soto, hm enak deh kalau makan soto di tengah udara dingin begini," Devano berseru dari luar pintu sana.Â
   Si gadis mendecak kesal, dengan cepat ia melepas masker coklatnya. Lalu, dengan langkah tak ikhlas berjalan menuju pintu dan membukanya. Kea seketika menutup hidungnya ketika aroma parfum yang ibu-ibu bilang "nyemprot sebotol" itu menyeruak. Devano menyengir pelan, lantas menyisir rambutnya sok tampan.Â