Hari demi hari terlewati, tak terasa sebentar lagi Ramadan akan meninggalkan kita semua dengan ribuan memori yang terukir di dalamnya. Sepuluh hari lagi sudah Idul Fitri, apakah sudah siap untuk melakukan perjalanan jauh, mudik ke kampung halaman? Tentunya semua sudah punya rencana, ya. Rencana untuk mudik dan menikmati hari raya bersama sanak saudara.
Rasa-rasanya, mudik selalu menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Selalu ada cerita unik nan menarik yang mewarnai momentum mudik. Ngomongin tentang mudik, kalian biasanya suka naik apa? Sepeda motor, mobil, bus, kereta, kapal laut, atau pesawat? Jujur saja, dari semua jenis transportasi yang ada di dunia ini, transportasi terfavorit dan ternyaman bagiku adalah...
Penumpang yang kami hormati, sesaat lagi Kereta Api Commuter Line Dhoho akan diberangkatkan dari stasiun Surabaya Kota menuju stasiun akhir Blitar dengan pemberhentian di stasiun Sepanjang, Boharan, Krian, Kedinding, Tarik, Mojokerto, Curahmalang, Sumobito, Peterongan, Jombang, Sembung, Kertosono, Purwoasri, Papar, Kediri, Ngadiluwih, Kras, Ngujang, Tulungagung, Sumbergempol, Ngunut, Rejotangan, dan Blitar.
Kepada seluruh penumpang Kereta Api Commuter Line Dhoho tujuan akhir stasiun Blitar agar mempersiapkan diri di jalur 1 (satu). Periksa dan teliti kembali tiket dan barang bawaan Anda. Selamat menikmati perjalanan dan sampai jumpa pada perjalanan berikutnya.
Aihh, ceritanya jadi terpotong sebentar. Ada announcement dari petugas di stasiun Wonokromo yang mengiringi suara keyboard laptop yang sedang ku pencet-pencet untuk menulis tulisan ini. Bukan sulap, bukan sihir. Tulisan ini beneran diproduksi saat aku sedang menunggu kedatangan kereta Commuter Line Dhoho dan diselesaikan di perjalanan menuju kampung halaman, di dalam gerbong kereta tentunya.
Best of the best
Okay, kita lanjutkan. Sebenarnya, pertanyaannya sudah terjawab ketika siaran itu diumumkan. Yup, bagiku transportasi yang best of the best adalah kereta api. Tidak berlebihan, memang seperti itu kenyataannya. Bagiku, seorang mahasiswa yang merantau di kota orang, KAI adalah superhero numero uno. Penyelamat ketika mahasiswa homesick dan pengen pulang secepatnya tapi dengan harga yang ramah di kantong mahasiswa.
Ada yang mau tau fakta mencengangkan dari para mahasiswa? Sini sini, ku bisikin sedikit. Kita-kita para mahasiswa ini kalo lagi males banget ngerjain tugas yang seabrek, bukannya cari solusi biar nggak males nugas, kita malah buka aplikasi Access by KAI. Ini beneran terjadi, 100% asli, no tipu-tipu.
Nggak hanya mahasiswa yang kampung halamannya masih satu provinsi dengan universitas, yang luar provinsi pun kelakuannya sama. Contohnya temanku sendiri yang berasal dari Cilacap. Pokoknya, kalo ada waktu luang yang dibuka bukan materi atau buku pelajaran, tapi aplikasi Access by KAI. Bahkan terkadang, di saat dosen menjelaskan materi perkuliahan, mahasiswa malah buka dan scroll aplikasi Access by KAI sambil lihat harga, lihat tanggal, lihat jadwal keberangkatan, eh... tiba-tiba udah kebeli tiketnya. Hayoo ngaku, siapa yang kayak gini juga? Nggak perlu malu-malu. Ini bukan aib, tapi ini adalah bentuk keistiqomahan menjadi donatur KAI. Bener apa bener banget?
Ada Apa dengan Kereta?
Jika kalian bertanya-tanya, kenapa kereta jadi transportasi favoritku, maka jawabannya nggak akan cukup dijabarkan di dalam tulisan ini, saking banyaknya. Tapi, baiklah. Singkat saja, kereta api merupakan moda transportasi yang bisa diandalkan di segala situasi dan kondisi, terlebih lagi ketika mudik. Bisa pesan lewat aplikasi, klik klik beberapa kali sudah dapat tiket, datang ke stasiun, masuk ke gerbong kereta sambil menikmati perjalanan, memandang keindahan alam di kanan kiri jalur kereta api, bercakap dengan penumpang lain yang menambah relasi, duduk nyaman dan sesaat kemudian akan tiba di stasiun tujuan. Apalagi ketika bulan Ramadan dan musim mudik lebaran seperti saat ini, waah serunya nggak perlu diragukan lagi.

Nggak jarang, para penumpang di kereta api ini menjadi teman buka bersama dan sahur bersama. Keren kan? Nggak kenal, tapi bisa akrab sampai buka bersama di dalam gerbong kereta. Percaya nggak kalau di kereta api kita bisa dapet banyak info yang sangat bermanfaat tanpa perlu mengeluarkan biaya berlebih untuk membayar pemateri. Kenapa? Yaahh, sesederhana karena "budaya" basa-basi masyarakat Indonesia yang sudah mengakar. Dari basa-basi itulah, para penumpang kereta api yang tadinya nggak kenal, turun di stasiun tujuan jadi punya teman, bahkan kadang sampai dianggap saudara.
Gimana? Masuk akal kan bila transportasi umum favoritku adalah kereta api? Itu hanya sebagian saja, yang lain masih banyak. Cukup segitu dulu ya, nanti kita cerita lagi di lain hari tentang kereta api.
Pahlawan Perkeretaapian
Sebelum kereta api menjadi transportasi yang nyaman seperti sekarang ini, dulu kereta api juga pernah berada di fase yang kurang menyenangkan. Mulai dari membludaknya penumpang, diperbolehkannya pedagang asongan, minimnya sanitasi, dan berbagai kekurangan lainnya. Tapi, itu dulu. Sekarang? Jangan ditanya lagi. Nyaman bukan main. Kalau kata orang tuaku, kereta api jadi ciamik berkat penataan yang dilakukan oleh Bapak Dahlan Iskan dan Bapak Ignasius Jonan. Sungguh, beliau lah pahlawan tanpa tanda jasa yang sebenar-benarnya.
Bahkan dengan harga yang sangat ekonomis, kereta api zaman sekarang tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan penumpang serta penawaran fasilitas-fasilitas lain yang menggiurkan. Para petugas dan pegawai yang bertugas pun sangat helpful ketika penumpang membutuhkan bantuan. Meskipun memang benar pada beberapa aspek tetap memerlukan perbaikan berkala, namun kereta api zaman sekarang sudah mengalami perubahan besar-besaran daripada kereta api pada zaman leluhur kita semua.
Keberadaan kereta api sangatlah membantu para mahasiswa, pekerja, bahkan orang-orang yang sudah berkeluarga yang merantau dan jauh dari kampung halaman untuk bisa pulang dengan aman dan nyaman. Kereta api lokal yang sering ku naiki ini fasilitasnya sama dengan kereta api jarak jauh. Lho, kok tau? Tau dongg. Sebagai penikmat kereta api, aku juga pernah melakukan perjalanan jauh ke Tegal, Jawa Tengah. 8 jam dari Jawa Timur ditemani kereta api yang kenyamanannya melekat di hati. Tanpa KAI, kita-kita para perantau ini hanyalah butiran debu yang tak dihargai barang seribu. Tapi, berkat KAI semua jadi berbeda. Kita jadi bisa mudik dengan nyaman, bertemu keluarga dan sanak saudara, dan berbagi cerita dari kota rantauan.
Terima kasih KAI. Terima kasih sudah menjadi bagian penting dari hidupku, terutama saat aku menjadi mahasiswa. Tak lupa, ungkapan terima kasih ini juga ditujukan pada pada Bapak Dahlan Iskan dan Bapak Ignasius Jonan yang memberikan sentuhan dan gebrakan baru pada KAI beberapa tahun yang lalu. Pengen ngerasain enaknya mudik naik kereta? Gaass, buka aplikasi Access by KAI sekarang. Dijamin stress melayang.
Selamat menikmati libur lebaran dan mudik ke kampung halaman ya, Kawan! Jangan lupa, hati-hati di jalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI