Siapa sangka limbah galon bekas yang menumpuk di tong sampah bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan? Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Kediri yang tergabung dalam tim P2MW (Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha) memanfaatkan peluang bisnis dengan bahan baku galon bekas dengan optimal yang dikenal dengan sebutan Galoverta.Â
Galoverta merupakan bisnis budidaya ikan lele dengan memanfaatkan galon bekas yang digabungkan dengan metode vertikultur untuk sayur kangkung. Konsep ini memanfaatkan ruang yang terbatas, namun tetap mengedepankan produktivitas hasil panen, berupa ikan lele dan sayur kangkung. Galoverta sendiri bertujuan untuk mengurangi dampak negatif limbah plastik, terutama galon bekas sekali pakai dengan memanfaatkannya untuk budidaya ikan lele dan tanaman kangkung secara vertikultur.
Inovasi Galoverta yang dibuat oleh tim P2MW Udinus Kediri ini didampingi oleh Ibu Erika Devi Udayanti, S. Kom., M. Cs., dan diketuai oleh Sanina Quamila Putri Wiratmaja dengan anggota Sinta Nor Fadila, Dika Yudhistira, serta Muhammad Iqbal Afla F. Dengan adanya rancangan Galoverta, budidaya ikan lele dan tanaman kangkung dapat dilakukan di ruangan yang sangat sempit dan terbatas, namun dengan hasil yang maksimal. Selain itu, pemanfaatan galon bekas sekali pakai dapat mengurangi sampah plastik yang kini menjadi permasalahan utama di tengah kehidupan masyarakat.
"Kami membuat inovasi Galoverta karena melihat keterbatasan lahan khususnya di daerah perkotaan dan kebutuhan akan ikan lele yang higienis. Karena masyarakat banyak yang ingin budidaya ikan lele tetapi tidak memiliki lahan atau pekarangan untuk dijadikan tempat membudidayakan ikan lele, oleh karena itu kita membuat Galoverta agar masyarakat bisa budidaya ikan lele meskipun di tempat yang terbatas," ungkap Sanina Quamila Putri Wiratmaja selaku tim P2MW Udinus Kediri.
Proyek budidaya ikan lele dan tanaman kangkung di dalam galon bekas ini telah dimulai sejak Januari tahun 2024. Pemilihan ikan lele dan tanaman kangkung dalam inovasi Galoverta tentu bukan tanpa alasan. Ikan lele dipilih karena dikenal memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi lingkungan yang bervariasi dan mudah dipelihara. Dengan siklus hidup yang cepat dan permintaan pasar yang tinggi, ikan lele dapat menjadi pilihan terbaik yang ekonomis, praktis, dan tentunya sangat gampang dibudidayakan. Selain itu, ikan lele menawarkan nilai gizi yang tinggi berupa protein.
Galoverta memanfaatkan sistem aquaponik, yakni sistem yang memadukan budidaya ikan dan sayuran yang saling terhubung dan memberikan manfaat satu sama lain, dalam hal ini ikan lele dan tanaman kangkung. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Galoverta di antaranya galon bekas, pompa air, media tanam, bibit ikan lele, dan benih kangkung. Limbah dari ikan lele menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman kangkung. Sementara itu, tanaman kangkung membantu menjaga kualitas air bagi ikan lele. Dengan begitu, tercipta ekosistem tertutup yang efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada dan mengurangi limbah plastik yang keberadaannya tak dapat dibendung lagi.
"Saya berharap inovasi Galoverta dapat memberikan dampak positif pada lingkungan dengan mengurangi limbah plastik melalui penggunaan galon bekas dan menciptakan ekosistem pertanian dan perikanan yang berkelanjutan," ungkap Sanina Quamila Putri Wiratmaja penuh harap.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI