Mohon tunggu...
Najwa Fidelya
Najwa Fidelya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya suka melakukan kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tragedi Banjir Pleburan, Hujan Deras Renggut Nyawa Warga Pada Tahun 2020

8 Oktober 2024   10:30 Diperbarui: 8 Oktober 2024   10:59 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada bulan Mei 2020 lalu, hujan deras yang mengguyur wilayah Pleburan, Semarang, Jawa Tengah mengakibatkan bencana alam yang merenggut korban jiwa. Intensitas curah hujan yang tinggi dalam waktu singkat menyebabkan banjir, yang tak hanya merusak infrastruktur tetapi juga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di wilayah tersebut.

Pada Jumat 1 Mei 2020 malam, hujan lebat mengguyur wilayah Kota Semarang sejak sore hari, mengakibatkan banjir di beberapa titik, termasuk di daerah Pleburan, Semarang Selatan. Sekitar pukul 18.30 WIB, seorang warga bernama Max Haryanto, warga Gajahmungkur, terseret arus banjir yang deras.

Menurut saksi mata, Max awalnya berusaha memindahkan mobilnya karena air yang semakin deras. Max khawatir banjir akan semakin deras dan memutuskan untuk mengamankan mobilnya yang berpelat nomor G 8931 DA.

Saat mencoba memindahkan mobilnya, derasnya arus banjir membuatnya terpeleset, dan terseret ke bawah kolong mobilnya. Warga sekitar yang melihat kejadian tersebut segera membantu Max. “Saat hujan deras, korban ingin memindahkan mobilnya. Namun, ketika membuka pintu, korban terpeleset dan jatuh. Arus air yang deras dari arah Taman Singosari menyeretnya hingga masuk ke kolong mobil,” ujar Edi, salah satu warga yang ikut dalam proses evakuasi.

Proses evakuasi korban tidak mudah. Menurut Edi, derasnya air yang menggenangi jalan Pleburan menjadi tantangan utama dalam menyelamatkan korban. Arus air yang deras, terutama dari arah Taman Singosari, memperlambat proses penyelamatan.

Bhabinkamtibmas Kelurahan Pleburan, Aipda Suhartanto, yang datang ke lokasi kejadian mengonfirmasi bahwa peristiwa terjadi di Pleburan Barat. Jenazah Max Haryanto kemudian dibawa ke RSUP Kariadi Semarang menggunakan ambulans PMI untuk penanganan lebih lanjut.

Banjir bandang yang terjadi di daerah Pleburan disebabkan oleh meluapnya saluran air di Jalan Sriwijaya akibat hujan lebat yang berlangsung terus-menerus sejak sore hari. Curah hujan yang tinggi membuat drainase di sekitar lokasi tidak mampu menampung air, sehingga menyebabkan genangan di jalanan dan memicu terjadinya arus banjir yang deras.

Peristiwa banjir yang terjadi di Pleburan ini menimbulkan beberapa dampak yaitu kehilangan korban jiwa, gangguan aktivitas masyarakat serta kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir bandang.

Agar kejadian serupa tidak terulang, pemerintah perlu meningkatkan beberapa kebijakan seperti, perbaikan sistem drainase, peningkatan infrastruktur penanganan bencana dan dan sosialisasi bencana.

Peristiwa banjir yang terjadi di Kota Semarang ini menyadarkan pentingnya kewaspadaan terhadap bencana alam, terutama saat musim hujan dengan curah yang tinggi. Tragedi yang menimpa Max Haryanto menunjukkan bahwa setiap warga perlu lebih berhati-hati dan waspada, serta perlu memperhatikan infrastruktur untuk mencegah kejadian serupa di masa yang akan datang.

Namun, perlu dicatat bahwa setelah peristiwa tersebut, daerah Pleburan telah menunjukkan perbaikan signifikan hingga tahun 2024 ini. Banjir sudah sangat jarang terjadi, yang menunjukkan bahwa pemerintah mungkin telah melaksanakan kebijakan yang efektif untuk menangani masalah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun