Ketimpangan antarwilayah merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi dalam pembangunan berkelanjutan. Ketimpangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Wilayah yang lebih dekat dengan pusat pemerintahan dan ekonomi cenderung mendapatkan alokasi sumber daya yang lebih besar, termasuk infrastruktur, layanan publik, dan investasi. Sebaliknya, daerah tertinggal sering kali diabaikan karena lokasinya yang sulit dijangkau, populasi yang kecil, atau minimnya potensi ekonomi yang terlihat secara langsung. Akibatnya, masyarakat di wilayah tersebut menghadapi berbagai kendala, seperti akses yang terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan teknologi.
Adanya perbedaan tersebut menyebabkan kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Oleh karena itu pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Developed Region) dan wilayah terbelakang (Underdeveloped Region). Terjadinya ketimpangan antarwilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antarwilayah. Oleh karena itu, pengurangan ketimpangan antarwilayah menjadi langkah strategis dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) 10, yaitu "Berkurangnya Kesenjangan".
Faktor Penyebab Ketimpangan Antarwilayah
Salah satu faktor penyebab utama ketimpangan antarwilayah adalah distribusi infrastruktur yang tidak merata. Daerah tertinggal sering kali tidak memiliki akses dan fasilitas yang memadai, seperti jalan yang tidak memadai, listrik, air bersih, dan teknologi informasi. Hal ini tentunya akan menghambat mobilitas masyarakat, perdagangan, dan investasi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi lokal. Faktor penyebab lain ketimpangan antar wilayah lainnya yaitu rendahnya kualitas sektor pendidikan dan kesehatan di daerah tertinggal. Kurangnya akses dan fasilitas pendidikan yang memadai, seperti sekolah berkualitas dan guru profesional, membuat masyarakat di daerah ini sulit mengembangkan potensi mereka. Demikian pula, minimnya fasilitas kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit dengan tenaga medis yang kompeten, meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, serta memperburuk kualitas hidup masyarakat.
Selain itu, konsentrasi atau fokus kegiatan ekonomi wilayah juga termasuk ke dalam faktor penyebab ketimpangan antarwilayah. Dalam konsentrasi atau fokus pada kegiatan ekonomi wilayah, pertumbuhan ekonomi akan cenderung dinilai lebih cepat pada suatu daerah di mana fokus pada kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
Strategi Mengatasi Ketimpangan Antarwilayah
Oleh karena itu, dari beberapa faktor penyebab di atas diperlukan strategi untuk mengatasinya, di antaranya:
- Pembangunan infrastruktur yang terencana, seperti jalan, jembatan, jaringan listrik, dan akses internet, menjadi prioritas dalam mengurangi kesenjangan ini.
- Investasi di sektor pendidikan dan kesehatan. Program pendidikan yang inklusif dan terjangkau dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi anak-anak di daerah ini untuk mengembangkan potensi mereka. Sementara itu, fasilitas kesehatan yang memadai, seperti puskesmas dan rumah sakit dengan peralatan modern, dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pemerintah juga dapat memberikan insentif bagi tenaga profesional, seperti guru dan dokter, untuk bekerja di wilayah tertinggal.
- Dukungan ekonomi lokal juga menjadi kunci utama. Pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berbasis pada potensi lokal, seperti pertanian, kerajinan tangan, dan pariwisata, dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Untuk itu, diperlukan akses terhadap pembiayaan yang terjangkau, pelatihan keterampilan, dan pendampingan usaha bagi masyarakat setempat.
Pengurangan ketimpangan antarwilayah, terutama di daerah tertinggal, adalah langkah penting menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Melalui pembangunan infrastruktur, peningkatan akses pendidikan dan kesehatan, serta pemberdayaan ekonomi lokal, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara. Fokus pada daerah tertinggal bukan hanya soal keadilan sosial, tetapi juga investasi strategis untuk masa depan bangsa yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H