ChatGPT pun sangat ramai digandrungi oleh kalangan pelajar yang ingin mencari informasi untuk dijadikan acuan dalam mengerjakan pekerjaannya.
Namun dengan adanya kemudahan yang ditawarkan ChatGPT tersebut, banyak sekali pelajar yang terlalu mengandalkan teknologi yang satu ini sehingga mereka menyalin informasi dari bot tesebut secara mentah begitu saja ke dalam pekerjaannya.
Keberadaan ChatGPT dan bot AI lain menimbulkan pertanyaan, apakah kehadiran teknologi seperti ini akan menjadikan manusia merasa abai dalam mengembangkan kemampuannya dalam berpikir secara kritis?
"Apapun yang mempermudah kita dalam menggapai sesuatu, pasti akan menjadikan kita semakin malas," begitu jawaban yang saya dapatkan dari salah satu orang yang saya beri pertanyaan di atas.
Tidak seharusnya dengan adanya ChatGPT membuat seseorang menjadi malas untuk mengasah kemampuan berpikir kritisnya.
Namun semestinya seseorang menjadi lebih terdorong untuk memberikan terobosan dan buah pemikiran baru dengan informasi-informasi yang ia dapatkan dari ChatGPT dan tidak memanfaatkan teknologi masa kini dengan cuma-cuma.
Keakuratan ChatGPT, apakah terjamin?
Dari penjelasan di atas, akhirnya kita mengetahui nih bahwa dibalik ramainya ChatGPT yang dipandang membawa begitu banyak manfaat dan dianggap cerdas, ternyata ada juga ya kekhawatiran yang timbul dalam masyarakat mengenai penggunaan ChatGPT ini.
ChatGPT juga memiliki keunikannya tersendiri dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain dapat menjawab pertanyaan, ia juga dapat mengakui kesalahan jawaban yang ia berikan, mencoba untuk mengoreksi kesalahan informasi, dan menolak pertanyaan-pertanyaan yang dianggap tidak pantas.
Saya sendiri pernah mencoba untuk menanyakan kepada ChatGPT, "Berikan ayat Al-Quran yang membahas tentang kurikulum," kemudian ChatGPT memberi jawaban Q.S. Thaha ayat 113.
