Mohon tunggu...
Najwa Adistia Nisrina
Najwa Adistia Nisrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus UPI di Cibiru. Hobi menulis, melukis, dan menonton film. Suka anak kecil dan bercita cita menjadi guru, oleh karena itu saya melanjutkan pendidikan di PGSD.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilema Buku Teks PPKN: Solusi atau Hambatan Pembelajaran yang Efetif?

18 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   22:19 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan buku teks sebagai acuan utama dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) merupakan hal yang masih sering dilakukan di berbagai sekolah. Mudahnya guru dalam memberikan pembelajaran menggunakan buku teks, menjadikan ketergantungan guru dalam mengajar menggunakan buku teks tanpa menelaah apakah materi tersebut dapat diterapkan pada peserta didik atau tidak. Beberapa hal yang menjadi alasan guru dalam mengajar yang terpaku dengan teks: 

1. Sesuai dengan kurikulum

2. Praktis

Namun, beberapa keuntungan mengajar yang terpaku pada buku teks membuat pembelajaran menjadi tidak variatif. Perly penyesuaian guru dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa agar proses pembelajaran lebih bermakna. Meskipun penting buku teks dalam menjadi panduan dalam proses belajar mengajar, perlu adanya pengembangan dari guru untuk mencapai capaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Materi yang tertuang dalam buku teks seringkali dianggap terlalu kaku dan kurang relevan dengan isu-isu terkini yang dihadapi oleh siswa.

"Buku teks sering kali tidak mampu menggantikan peran guru dalam proses pembelajaran. Buku teks cenderung bersifat statis dan tidak dapat menyesuaikan konten dengan kebutuhan siswa yang beragam. Selain itu, buku teks sering kali tidak mampu mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, yang sangat penting dalam pembelajaran PPKn untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan partisipasi aktif dalam masyarakat." Syukron Saputra, dalam artikelnya "Analisis Buku Teks PPKn Kelas X dalam Kerangka Pembelajaran Abad 21".

Solusi 

Beberapa pakar menyarankan agar guru dapat lebih variatif dalam mengajar pada mata pelajaran PPKN. Seringkali materi PPKN terbilang sulit dan membosankan

"Pembelajaran PPKn sering kali dianggap kurang menarik oleh siswa karena penyampaian materi yang cenderung monoton dan kurang interaktif. Siswa sering merasa bahwa topik-topik yang dibahas terlalu teoritis dan tidak cukup mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka, sehingga minat belajar menjadi menurun." Hendrizal dalam artikelnya "Urgensi Penerapan Pendekatan Konstruktivisme pada Pembelajaran PKN SD untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa"

Hal tersebut dapat dipengaruhi karena dalam pembelajaran PPKN terpaku pada teks dan kurang variasi sehingga PPKN sering dianggap sebagai mata pelajaran hafalan. Padahal berdasarkan data dari PISA 2022, kemampuan membaca Indonesia berada di peringkat ke-70 dari 79 negara dengan skor rata-rata 433, di bawah rata-rata OECD yang adalah 476 minat baca warga Indonesia termasuk rendah. 

Dari beberapa pendapat dan data diatas dapat menguatkan argumen bahwa dalam pembelajaran PPKN sebaiknya tidak menggunakan buku teks sebagai satu satunya media dalam mengajar, perlu adanya variasi, inovasi, dan strategi yang dapat guru rancang berdasarkan kebutuhan dan kemampuan siswa. Sehingga pembelajaran PPKN dapat diterapkan dengan maksimal di kelas.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun