Mohon tunggu...
najwaaa3004
najwaaa3004 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STEI SEBI

Hallo! Nama saya Najwa Salsabilla, satu pesan saya semoga yang saya bagikan, dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lebih Baik Tanpa Anak? Fenomena Childfree Di Tengah Masyarakat Modern

29 Januari 2025   16:02 Diperbarui: 29 Januari 2025   16:02 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 

 

Fenomena childfree, yaitu keputusan individu atau pasangan untuk tidak memiliki anak, semakin mendapat perhatian di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statstik (BPS) menunjukan peningkatan jumlah perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak untuk beberapa tahun terakhir. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022, sekitar 8% perempuan usia 15-49 tahun atau setara dengan 71 ribu orang, menyatakan tidak ingin memiliki anak.

Tren ini mengalami fluktuasi dalam empat tahun terakhir. Pada tahun 2019, presentase perempuan yang memilih childfree tercatat sebesar 7%, kemudian menurun menjadi 6,3% pada tahun 2021 dan mencapai 8,2% pada tahun 2022.

Beberapa faktor memepengaruhi keputusan untuk memilih childfree, antara lain tingkat pendidikan dan kondisi ekonomi. perempuan dengan pendidikan tinggi cenderung menunda atau memutuskan untuk tidak memiliki anak, terutama mereka yang menempuh pendidikan hingga jenjang S2 atau S3. Selain itu, kesulitan ekonomi juga menjadi pertimbangan; sekitar 57% perempuan yang memilih childfree tercatat tidak berkerja.

Secara geografis, fenomena childfree lebih dominan di wilayah dengan populasi tinggi, khususnya di Pulau Jawa. Di DK Jakarta, misalnya, presentasi perempuan yang memilih childfree meningkat dari 8,8% dari tahun 2019 menjadi 14,3%  pada tahun 2022. Kenaikan serupa juga terjadi di Jawa Barat, dari 7,8% menjadi 11,3%, dan di Banten, dari 8% menjadi 15.3% dalam periode yang sama.

Keputusan untuk tidak memiliki anak sering kali diambil karena berbagai alasan, termasuk untuk keinginan untuk fokus terhadap karir, kebebasan finansial, atau alasan pribadi lainnya. Namun, pilihan ini masih mengahadapi tekanan sosial, mengingat norma tradisional  yang menekankan pentingnya memiliki keturunan. Peningkatan tren childfree ini juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap demografi dan struktur sosial di masa depan.

Fenomena childfree di Indonesia mencerminkan perubahan signifikan dalam pandangan dan dinamika keluarga. Dengan meningkatnya akan berbagai faktor sosial, ekonomi, dan kesehatan, semakin banyak individu dan pasangan yang mempertimbangkan untuk tidak memiliki anak sebagai pilihan hidup yang sah. Penurunan angka kelahiran dan angka perkawinan di Indonesia dalam beberapa tahun tahun terakhir menjadi indikator utama pergeseran ini. Penurunan ini mencerminkan preferensi keluarga yang lebih kecil atau tanpa anak, yang menunjukan perubahan dalam pandangan terhadap struktur keluarga tradisional.

Alasan di balik Keputusan untuk childfree meliputi faktor finansial, trauma masa lalu, pengaruh budaya barat, dan peningkatan kesadaran akan isu-isu lingkungan dan sosial. Biaya membesarkan anak yang semakin tinggi menjadi pertimbangan utama bagi banyak pasangan. Hal ini membuat banyak pasangan merasa tidak mampu secara finansial untuk membesarkan anak. Kemudian trauma masa lalu, seperti pengalaman buruk selama masa kecil atau trauma keluarga, juga mempengaruhi keputusan ini. Bagi beberapa individu, memilih untuk tidak memiliki anak Merupakan cara untuk memutus siklus negatif yang mereka alami di masa lalu. Pengaruh budaya barat juga memainkan peran penting dalam penyebaran fenomena childfree di Indonesia. Melalui media sosial dan interaksi dengan budaya luar, pendangan tentang childfree menjadi lebih dikenal dan diterima oleh sebagian masyarkat Indonesia, terutama generasi milenial dan generasi Z. mereka semakin terbuka terhadap pilihan hidup yang lebih individualitis dan mandiri.

Peran feminisme dalam mendukung hak dan kebebasan wanita untuk menentukan jalan hidupnya juga tidak bisa diabaikan. Pespektif feminis di Indonesia mendukung pilihan seorang wanita untuk tidak memiliki anak sebagai bagian dari gak asasi wanita. Hal ini memberikan dukungan moral dan sosial bagi Wanita yang memilih childfree, membantu mengurangu stigma negatif yang sering melekat pada keputusan ini.

Dampak jangka Panjang dari fenomena childfree terhadap struktur demografis dan sosial di Indonesia masih menjadi perdebatan. Beberapa ahli berpendapat bahwa peningkatan jumlah individu yang memilih childfree dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi dan komposisi penduduk di masa depan. Namun dengan perencanaan dan kebijakan yang tepat, dampak tersebut dapat dikelola untuk memastikan keseimbangan demografis dan kesejahteraan sosial.

Sebagai umat islam kita meneliti childfree menurut pandangan islam, memiliki anak merupakan salah satu tujuan pernikahan yang dianjurkan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an dan hadits. Allah berfirman:

 "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan." (QS. Al-Kahfi: 46)

Nabi Muhammad SAW juga mendorong umatnya untuk menikah dan memiliki keturunan:

"Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i)

Namun, Islam juga memahami adanya kondisi tertentu yang membuat pasangan tidak memiliki anak, misalnya karena masalah kesehatan atau alasan yang mendesak. Dalam situasi seperti ini, keputusan untuk tidak memiliki anak bisa jadi diperbolehkan, selama ada alasan yang kuat dan tidak bertentangan dengan syariat.

Namun, memilih childfree semata-mata karena alasan egoisme, gaya hidup, atau menghindari tanggung jawab dianggap tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam. Dalam pandangan Islam, memiliki anak adalah bagian dari menjalankan amanah Allah dan membangun peradaban yang baik.

Islam juga mengajarkan bahwa setiap anak yang dilahirkan dapat menjadi pahala jariyah bagi orang tua, terutama jika mereka mendidik anak tersebut menjadi pribadi yang saleh. Rasulullah SAW bersabda:

 "Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)

Dengan demikian, Islam memandang keputusan untuk childfree harus dipertimbangkan dengan bijak, mengedepankan niat yang sesuai dengan syariat dan memperhatikan dampaknya terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Secara keseluruhan, fenomena childfree di Indonesia menunjukkan dinamika sosial yang kompleks dan beragam. Pilihan untuk tidak memiliki anak adalah Keputusan pribadi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai budaya, kondisi ekonomi, dan aspirasi individu. Sebagai masyarakat yang beragam, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai berbagai pilihan hidup yang diambil oleh individu.   

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun