Mohon tunggu...
NAJMI NIHAYAH
NAJMI NIHAYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tipologi Belajar Anak Didik dan Perbedaan Individual

7 November 2024   17:08 Diperbarui: 7 November 2024   17:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat indera pendengaran (telinga). Siswa yang memiliki gaya belajar Auditori cenderung lebih efektif dalam memahami materi ketika mereka mendengarkan penjelasan guru dengan penuh perhatian. Mereka juga mampu mencatat dan menghubungkan informasi yang diberikan dengan situasi nyata, sehingga dapat mengambil pelajaran dengan lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan gaya belajar ini, agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan optimal.

c) Gaya belajar Kinestetik

Cenderung lebih fokus pada pengalaman praktis dalam proses pembelajaran. Mereka lebih mudah memahami materi ketika terlibat langsung dalam aktivitas, dibandingkan hanya mendengarkan ceramah atau menonton video. Oleh karena itu, pendekatan yang melibatkan praktik langsung sangat penting untuk mendukung pemahaman mereka. 

Untuk mendukung peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik, seorang guru perlu mengenali karakteristik ini dan merancang kegiatan yang memungkinkan mereka untuk berpartisipasi aktif. Memberikan kesempatan untuk melakukan praktik atau unjuk kerja akan membantu mereka menyerap informasi dengan lebih efektif. Keterlibatan langsung dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan minat mereka terhadap materi yang diajarkan. 

Dengan memahami pentingnya gaya belajar kinestetik, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan responsif. Melalui pendekatan yang lebih interaktif, peserta didik tidak hanya akan lebih mudah memahami konsep, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan praktis yang relevan. Hal ini akan berkontribusi pada pembelajaran yang lebih bermakna dan berkelanjutan bagi mereka.

Individu berasal dari kata yunani yaitu "individium" yang artinya "tidak terbagi". Individual diartikan sebagai perseorangan. Seperti menurut Lysen, mendefinisikan individu sebagai "individu", sesuatuyang merupakan keseluruhan yang tidak dapat dibagi (secara terpisah). Dalam kamus echols & shadaly ( 1975 ), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. 

Setiap orang, anak-anak atau orang dewasa, baik dalam kelompok maupun sendiri, disebut individu. Oleh karena itu, individu menunjukkan posisinya sebagai individu. Sejauh sifat individu yang bersangkutan, itu adalah sifat relatif terhadap individu, dalam kaitannya dengan perbedaan individu- individu. Karakteristik dan karakteristik seseorang berbeda dari yang lain. Perbedaan-perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individu. 

Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain. Perbedaan ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual. Maka "perbedaan" dalam "perbedaan individual" menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi yang aspek fisik maupun psikologis. Setiap anak yang di lahirkan telah memiliki potensi yang berbeda atau menjadi miliknya sendiri. 

Tidak ada individu yang identik di muka bumi. Masing - masing memiliki individualitas. Ketika datang kembar dipasangkan dari telur yang sama, umumnya seperti pinang dipotong menjadi dua, lebih disukai dan sulit untuk dibedakan satu sama lain, hanya mirip tetapi tidak identik, mereka identik. Ini berlaku untuk karakteristik fisiknya dan kehidupan psikiatrisnya. 

Secara fisik, mungkin bentuknya sama dengan wajah. Secara spiritual, mungkin kapasitas kecerdasannya sama, tetapi kecenderungan, antusiasme, dan daya tahannya berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari dua siswa dengan nama yang sama tidak pernah setuju untuk disamakan satu sama lain. Singkat kata, masing-masing ingin mempertahankan karakter tersendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun