Mohon tunggu...
Najmi Nahdin Afkari
Najmi Nahdin Afkari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa yang berkuliah yang suka berangan-angan

Berbiasalah berbahagialah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Rokok, Kopi dan Uang

6 Juli 2022   21:10 Diperbarui: 6 Juli 2022   21:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Mungkin orang lain akan merasakan hal yang sama atau berbeda dengan saya. Bisa jadi ada yang tak terima dengan hal tersebut, dengan membela setengah harga diri agar si Penjual mau menerima uang itu. Saya memilihi ikhlaskan. Yap, ikhlaskan saja. 

Maksudnya dengan menyimpannya sendiri dan tidak mengedarkan kembali uang tersebut, dengan membeli barang lain. Kan kasihan  juga, bagaimana perasaan orang yang susah mencari uang dengan  mati-matian, namun tak layak dipasaran.

Zaman yang semakin berkembang ini, tentu banyak cara untuk membeli sesuatu. Dengan uang digital contohnya. Tetapi sangat jarang sekali ada sebuah warung yang menyediakan model pembelian dengan cara seperti itu. Dengan begitu, tentu tidak akan ada kejadian yang seperti saya alami. Uang yang tak layak dipasarkan.

Jika ada warung yang seperti itu bisa jadi akan lebih baik. Uang konvensional yang ada di Indonesia sekarang ini memiliki nilai yang beragam, mulai dari ratusan dan ribuan. 

Tentu masih banyak uang tak memiliki arti jika diedarkan. Berbeda dengan uang digital yang selalu tersimpan di aplikasi uang digital. Akan tetap sama bentuknya, tidak akan kusut, robek bahkan bolong. Namun dengan adanya uang konvensional maupun digital memiliki plus minusnya sendiri.

Pada akhirnya manusia akan memilih bingung dengan adanya uang yang banyak ketimbang dengan tak memiliki uang sepeser pun. "Lebih baik uang 20k tapi halal daripada uang 5k tapi halal." Kalimat itu saya lihat di berbagai media sosial. Toh, mending uang yang memiliki nilai yang besar daripada uang yang memiliki nilai kecil. Jika tidak ada yang nominal yang besar, terpenting kan memiliki uang, entah itu besar ataupun kecil.

Dan selanjutnya saya pun menyimpan uang tersebut di dalam sebuah celengan, untuk saya simpan sendiri dan tidak akan mengedarkannya. Untuk menjadi kenang-kenangan saja mungkin untuk esok kedepannya dan tentunya agar lebih berhati-hati lagi agar tak masuk ke lubang yang lebih besar lagi. 

Terkadang miris juga lihatnya, jika para pedagang kecil menerima uang yang tak layak seperti itu. Dagangan tak memperoleh untung lebih, namun mendapatkan uang yang tidak bisa dipasarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun