Mohon tunggu...
Najmi MalikahRizal
Najmi MalikahRizal Mohon Tunggu... Psikolog - Mahasiswa Psikologi Islam Universitas Muhammadiyah Riau

seorang mahasiswi hobi membaca, menulis dan menyukai hal-hal tentang psikologi

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stres Kerja Ditinjau dari Biopsikologi

25 Juli 2024   17:25 Diperbarui: 25 Juli 2024   21:11 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Website Pixabay
Website Pixabay

Salah satu teori yang menjelaskan terkait proses stres yakni Model Respons. Selye
menekankan stres sebagai bentuk reaksi tubuh secara spesifik atas munculnya penyebab stres atau stressor yang dapat mempengaruhi individu tersebut secara umum. Dalam model ini, stressor dan hasil stres mengarah pada pengertian stres yang berkaitan dengan reaksi tubuh pada sumber-sumber stres yang muncul. Selye memperkenalkan General Adaptation Syndrome (GAS) yang menjelaskan tiga tahapan dalam terjadinya stres sebagai respons tubuh, yakni alarm atau tanda
bahaya, resistance atau perlawanan, dan exhaustion atau kelelahan (Gaol, 2016).

1. Tahapan pertama yakni alarm merupakan sebuah kondisi dimana individu menghadapi adanya perbedaan antara kenyataan yang terjadi dengan situasi yang sebenarnya diharapkan. Sebagai akibat dari situasi ini, tubuh menerima stimulus alami dan mengaktifkan reaksi flight-or-fight dikarenakan adanya kondisi yang berpotensi memberikan ancaman terhadap kestabilan kondisi tubuh individu. Dalam tahapan ini, umumnya tubuh akan mengalami reaksi fisik dan psikis (Bachroni & Asnawi, 1999).

2. Tahap kedua yakni resistance merupakan bentuk perlawanan yang terjadi ketika alarm tidak kunjung berhenti. Sebagai akibatnya, kekuatan fisik pun diarahkan untuk melanjutkan kerusakan-kerusakan yang dialami oleh tubuh individu, baik secara fisik maupun psikologis. Adapun dalam proses ini,
dimungkinkan individu akan mengalami beberapa penyakit fatal akibat stres (Gaol, 2016).

3. Tahap ketiga yakni exhaustion atau kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh
telah benar-benar tidak sanggup melawan sumber stres dan tidak mampu melakukan fight terhadap stressor. Dalam tahapan ini, umumnya organ tubuh dan beberapa proses psikologis akan berhenti berfungsi sehingga dapat mengakibatkan pemberhentian perilaku bahkan kematian pada individu.

Website Pixabay
Website Pixabay

Salah satu isu stres kerja yang terjadi di Indonesia yakni stres yang dialami oleh para perawat Intensive Care Unit di Provinsi Gorontalo. Penelitian Hunawa dkk.,
(2023) menunjukkan bahwa sebanyak 40% perawat mengalami stres kerja dalam
tingkat tinggi.
Sebagaimana ungkapan dari para perawat yang mengatakan bahwa
stres kerja yang mereka alami dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yakni
beban kerja yang sangat tinggi. Adapun dampak dari stres yang mereka alami
sangat bervariasi. Salah satu dampak stres kerja ini ialah dampak secara fisik, misalnya perawat seringkali mengalami kaku otot saat bekerja, makan secara berlebihan untuk mengalihkan stres yang dialami, betis yang terasa pegal, rasa ngilu pada bagian persendian, hingga rasa nyeri pada bagian pinggang dan punggung. Selain itu, perawat juga seringkali mengalami gejala psikologis, seperti perasaan tertekan dengan pekerjaan yang dijalani, mudah tersinggung dengan hal-hal di luar kendalinya, merasa bahwa ia tidak memiliki cukup waktu dalam menyelesaikan pekerjaan, hingga mengalami kecemasan dalam bekerja.

Fenomena stres kerja yang dialami perawat di Intensive Care Unit (ICU) di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan melalui pendekatan Model Respon dari teori General Adaptation Syndrome (GAS) yang dikembangkan oleh Selye.

1. Dalam tahap alarm, para perawat diharuskan menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan mereka, misalnya beban kerja yang sangat tinggi. Sebagai akibatnya, tubuh mereka memberi respons misalnya kaku pada otot, sakit kepala, hingga bagian tubuh terasa pegal dan ngilu. Selain itu, mereka juga tampak mengalami dampak psikis seperti mudah tersinggung dan merasa cemas. Dampak perilaku juga ditunjukkan akibat dari stres kerja, yakni ketidakstabilan kinerja dan ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sesuai jam kerja sebagaimana ditetapkan.

2. Dalam tahapan resistanceperawat berusaha melawan stres dengan tetap bekerja, sehingga mengakibatkan gangguan fisik lebih serius, misalnya makan berlebihan secara sengaja untuk mengalihkan stres, hingga sakit-sakit pada bagian tubuh mereka. Secara psikologis juga mereka berisiko mengalami kecemasan, burnout, dan depresi, yang berdampak pada kinerja.

3. Dalam tahap exhausting, tubuh dan pikiran perawat benar-benar mengalami kelelahan dan tidak mampu melawan stres lagi. Dalam tahapan ini, dimungkinkan mereka mengalami gejala fisik dan psikologis lebih serius. 

Website pixabay
Website pixabay

Guna mencegah perawat mencapai stres dalam tahap exhausting, penting bagi pihak Rumah Sakit dalam melakukan penanganan secara efektif dengan memberikan edukasi pada perawat untuk mengupayakan manajemen stres melalui beberapa upaya sebagai berikut (Bachroni & Asnawi, 1999).

  • 1. Latihan fisik dan relaksasi, misalnya dengan berolahraga secara rutin dan memulai perilaku hidup sehat sebagai langkah prevensi sres yang lebh fatal.
  • 2. Membangun manajemen waktu yang lebih baik. Sebagaimana menurut Asnawi (1999) bahwasanya pekerja yang merasa bahwa mereka kekurangan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan adalah mereka yang kurang mampu mengelola waktu secara baik. Sehingga perawat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola waktu dengan lebih produktif agar mampumenyelesaikan pekerjaan secara efektif dan efisien.
  • 3. Bersikap asertif, yakni sikap tegas dalam menyatakan “tidak” atau menolak dengan cara positif tanpa harus merasa bersalah saat dirasa beban kerja semakin meningkat, sehingga kapasitas diri perawat dalam bekerja tetap terjaga dan tidak berdampak pada stres atau tekanan kerja berlebihan yang mereka alami.
  • 4. Membangun kelompok pendukung sebagai bentuk dukungan sosial di tempat kerja serta melakukan manajemen peran agar tidak terjadi role-conflict yang berdampak pada produktivitas di tempat kerja.

Daftar Pustaka

Bachroni, M., & Asnawi, S. (1999). Stres kerja. Buletin Psikologi, 7(2). 10.22146/bpsi.7406

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun