Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kotor dan Bau, Isi Dompet Siapa yang Tau

29 Juni 2020   12:41 Diperbarui: 29 Juni 2020   12:41 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini mencangkul untuk menyiapkan lahan musim tanam baru tidak perlu berhari-hari menggunakan cangkul. Sudah ada traktor yang hanya 30 menit sudah bisa meratakan seluruh tanah dan hasilnya siap untuk ditanami.

Matun, menghilangkan rumput atau gulma tak perlu lagi membutuhkan banyak orang dan menggunakan tangan agar bersih dari rumput. Kini sudah tersedia Ally maupun ally plus (pestisida pembasmi rumput). Penggunaannya pun juga sangat mudah. Tuangkan pestisida kedalam tanggki penyemprotan dan lakukan penyemprotan pada pagi hari. Dalam kurun waktu lima jam, rumput akan layu dengan sendirinya hingga mati di tempat.

Saat musim panen padi tiba, tak perlu lagi menggunakan ani-ani ataupun dos. Sudah ada alat pemanen modern padi yaitu mesin blower. Alat ini merupakan hasil inovasi dari bengkel yang menggunakan mesin disel sebagai tenaga utamanya. Dan baru-baru ini sudah ada combine harvester yang (mesin pemanen padi) diproduksi oleh perusahaan-perusahaan alat berat untuk menjawab tantangan kemajuan teknologi di bidang pertanian.

cendananews.com
cendananews.com
Kemudahan-kemudahan yang semakin kesini semakin berkembang inilah yang membuat para petani khususnya orang tua penulis merasa terbantu dan bersemangat karena dapat memangkas waktu serta meringankan beban pekerjaan. Sehingga dapat berkembang dan membangun infrastruktur-infrastruktur kehidupan. Salah satunya adalah pendidikan.

Bangun Pendidikan dari Pertanian 

Orang tua yang berprofesi sebagai petani, meskipun pengalaman dan wawasan tak seluas dari orang-orang yang berprofesi non tani. Alhamdulillah, kesadaran dalam pendidikan menjadi prioritas yang utama.

Masih ingat betul sejak kecil, orang tua khusunya bapak mempunyai prinsip "Jinak Jina" artinya siji anak, siji sarjana artinya setiap satu anak, satu sarjana. Jika melihat kondisi dulu prinsip bapak dan cita-citanya terbilang sangat memaksakan dan seolah-olah sudah paten. Rasanya tak mungkin terwujud.

Jika berbicara hitungan matematika sudah pasti mustahil. Pendapatan dari bertani hanya datang saat panen tiba. Belum lagi dipotong biaya produksi yang sudah dikeluarkan dan digunakan lagi untuk persiapan masa tanam baru (MTB). Ditambah lagi untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari (mengasuh tiga anak) dan perawatan selama bertani.

Namun, tak pernah mengira konsep matematika Allah jauh lebih hebat dibandingkan professor ataupun guru besar dari Universitas Oxford sekalipun.

Penghasilan yang sedemikian, kini mampu menjawab cita-cita yang mulia dari bapak. Bahkan melebihi ekspektasi sebelumnya.

Kakak perempuan, berhasil menyelesaikan studi Magister di sebuah Universitas Negeri di Kota Semarang. Dan saat ini sudah bekerja menjadi Tenaga Pendidik di sebuah Kampus Agama Negeri di Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun