Keberadaan teknologi saat ini memang saling membawa pengertian.
Petani cabe dengan distributor dapat berkomunikasi cepat dan mudah. Petani tak akan takut cabenya tak bisa dijual di pasar. Atau bahkan kering dan membusuk sekalipun.
Bepergian menggunakan layanan transportasi. Tak perlu lagi "mindon gawe" atau dua kali kerja. Bisa manfaatkan fitur layanan penyedia jasa layanan transportasi dengan one way service. Proses cepat transaksipun mudah.
Begitu pula dengan para orang tua. Mereka tak perlu merisaukan kembali putra-putri nya yang merantau studi di kota besar bahkan luar negeri sekalipun. Kapan dan dimanapun dapat melihat dan bercakap sesuka hatinya. Tanpa takut lagi cost yang tinggi maupun cara yang super jelimet.
Pendeknya, di kehidupan yang sekarang ini kita bukan mengikuti teknologi kemana-mana. Akan tetapi teknologilah yang membawa kita kemana-mana.
Teknologi tak ubahnya adalah kendaraan yang super modern. Melebehi sepeda lipat dari Inggris. Bahkan mobil sport mewah buatan produsen terkemuka si kuda jingkrak. Namun, satu sisi patut  berhati-hatilah.
Jika kendaraan seperti sepeda, motor dan juga mobil di desain lengkap dengan mengutamakan konsep "safety first" kepada penggunanya. Komponennya seperti rem, seatbelt, air bag dsb. Yang ditujukan untuk mencegah si pengendara agar terhindar dari kecelakaan. Namun, konsep teknologi dalam hal ini, smartphone tidak didukung demikian.
Berbicara kecepatan sudah barang tentu smartphone mengirim pesan jauh lebih cepat dibandingkan jasa kurir yang mengirimkan paket ke suatu tempat. Atau bahkan pebalap sekalipun yang sedang road race menuju garis finish. Keduanya masih membutuhkan hitungan menit atau bahkan jam untuk sampai ke tujuan. Namun berbeda halnya dengan smartphone yang hanya membutuhkan hituangan sepersekian detik, pesan sudah sampai ke penerima pesan.
Akses penyampaian yang cepat dan mudah diterima inilah yang perlu diperhatikan. Ini menjadi tantangan bagi si pengguna smartphone.
Disaat smartphone sudah didesain dengan konsep ponsel yang pintar. Mampu menjawab kebutuhan sang pengguna. Bahkan bisa menyampaikan dan mencari informasi secara cepat. Sebagian besar dari kita lupa mengedepankan konsep safety first untuk mengontrol laju kecepatan penyebaran informasi.
Kominfo mencatat sepanjang Agustus 2018 -- April 2019 menjadi puncak-puncaknya kurva berita hoax tinggi di negeri ini. Hal itu bertepatan dengan masa-masa pemilihan umum.