Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemunculan Hewan-hewan Akhir-akhir Ini, Pertanda Apa?

17 Desember 2019   17:21 Diperbarui: 18 Desember 2019   15:17 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu masyarakat digegerkan dengan fenomena kemunculan hewan-hewan yang muncul ke pemukiman warga.

Di perumahan Citayam, Depok  dikejutkan dengan temuan anak ular kobra yang masuk didalam rumah warga. Berdasarkan data yang terhimpun jumlah ular yang ditemukan mencapai puluhan ekor.

Peristiwa serupa juga disusul dengan ditemukannya anakan ular kobra yang juga menghebohkan warga di Klaten Jawa Tengah. Ular-ular ini muncul seketika dan berkeliaran di pemukiman warga.

Tak sampai disitu, selain ular ada juga fenomena tawon vespa. Tawon vespa bukanlah tawon yang bentuknya seperti motor vespa. Melainkan hanya istilah untuk namanya. 

Tawon vespa (endas) merupakan tawon yang paling ganas dan mematikan. Jika terkena sengatannya, rasa sakitnya pun tidak karu-karuan. Bahkan nyawapun bisa jadi taruhannya. Masyarakat yang ngetahui tawon tersebut, langsung meminta bantuan pada pihak terkait untuk mengamankannya agar tidak ada korban yang dirugikan dan juga berjatuhan.

Selain ular dan tawon, ada satu lagi hewan yang tidak kalah fenomenal yakni  kemunculan ulat daun jati. Bagi sebagian masyarakat di pedesaan, saat musim labuh (transisi dari kemarau ke penghujan) ulat-ulat ini akan muncul dengan sendirinya.

Saat musim penghujan, tumbuhan dan dedaunan akan tumbuh subur dengan sendirinya. Namun, dibalik itu semua sudah ada yang mengintai para serangga yang membutuhkan makanan untuk berkembang biak. Tak terkecuali ulat daun jati.

Daun jati yang sudah tumbuh hijau dan lebar-lebar, seketika dapat dihabiskan oleh ulat. Ulat-ulat yang sudah kenyang, akan bertransformasi menjadi kepompong. Disaat angin yang sering terjadi pada saat musim penghujan seperti ini, menyebabkan kepompong ulat daun jati berjatuhan di tanah.

Kepompong tersebut dikenal dengan ungker. Secara turun temurun masyarakat masih mempercayai jika ungker-ungker tersebut dikonsumsi, kandungan protein nya sama halnya dengan mengkonsumsi sumber-sumber makanan hewani lainnya. Mungkin bagi yang belum terbiasa akan geli dan jijik untuk memakannya. Tapi, jika sudah tau manfaatnya dan nilai gizi nya mungkin akan kecanduan.

Keberaadaan ungker yang disatu sisi mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Namun disatu sisi juga merugikan masyarakat.

Krisis daun jati
Pihak pertama yang dirugikan dari fenomena ini adalah pengusaha tempe tradisional. Masyarakat pedesaan masih melestarikan budaya packaging tempe menggunakan daun jati. Daun jati yang masih lestari populasinya dan juga ramah lingkungan ini, masih menjadi alasan utama pengusaha tempe untuk tetap menggunakannya.

Karena sejatinya tempe yang dibungkus daun jati jauh lebih enak dan sedap baunya jika dibanding dengan daun pisang maupun plastik. Jika keberadaan daun jati yang dimakan ulat seperti ini, masyarakat beralih dengan daun kirut, dan juga daun pisang sebagai pembungkusnya.

Susah turun hujan
Percaya tidak percaya mungkin ini hanyalah kebetulan saja. Tetapi disaat fenomena ulat makan daun jati biasanya cenderung susah turun hujan. Ketika hujan susah turun tentu hal yang dirugikan adalah para petani. 

Musim seperti ini, para petani sudah menyemai padi di sawah untuk persiapan musim tanam. Namun jika tidak turun hujan sawah akan mengering dan bibit akan mati. Tentu, proses pembajakan dan kegiatan tanam menanam akan menjadi mundur. Hal ini lah yang menjadikan rasa khawatir petani jika nantinya harga jual saat panen anjlok dan resiko terbesarnya gagal panen.

Fenomena kemunculan hewan-hewan tersebut memanglah lumrah dan tidak ada sangkut pautnya dengan bencana alam. Mereka muncul, semata-mata untuk menyambung hidup. Seperti halnya manusia, jika lapar akan kemana saja untuk mencari sumber makanan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Yang harus menjadi pembelajaran adalah bagaimana sebagai sama-sama mahluk ciptaan-NYA dapat saling bermutualisme dan menjaga keseimbangan alam agar tetap lestari. Percayalah Tuhan Yang Maha Kuasa telah menciptakan ini semua untuk dinikmati bersama-sama. Karena sifat-NYA yang Rohman dan Rohim terhadap semua makhluk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun