Ketiga, gagalnya keluarga mengelola ekonomi dan juga teknologi. Permasalahan yang ketiga, masih sangat hangat dibenak ini. Kasus pembunuhan sadis dengan menyewa pembunuh bayaran yang dilakukan oleh Aulia Kusuma (AK) kepada suami dan anak tirinya yang dibunuh kemudian dibakar di dalam mobil. Tersangka pembunuhan, Aulia Kusuma bukan dari kalangan ekonomi kebawah.melainkan dari ekonomi yang keatas. Motif pembunuhan didasari pada ketidakmampuan dalam melunasi hutang yang mencapai  sepuluh milyar. Dibalik proses pembunuhan keji tersebut tak lantas ada peran teknologi sebagai penerima dan penyebar informasi yang diakses secara cepat melalui ponsel pintar.
Penyebaran informasi yang begitu cepat dan mudah diterima menggunakan internet juga disalah gunakan bagi sebagian anak yang duduk dibangku sekolah. Kasus tawuran antar sekolah, fenomena bullying dan juga perundungan anak menjadi hal membanggakan jika bisa terlibat untuk menyebarluaskan. Hal ini diperkuat dengan adanya riset yang dikeluarkan oleh International Center for Research on Women (ICRW) pada tahun 2014 yang menemukan sebanyak 84,1 persen anak Indonesia pernah mengalami kekerasan di sekolah.
Perkembangan teknologi harus disikapi dengan baik oleh keluarga. Keluarga masa kini harus melek literasi. Menerima perubahan dan juga merespon perubahan. Teknologi bak pisau bermata dua. Jika ditusukkan kedepan dapat membantu kita, membunuh musuh. Dan jika ditusukan kebelakang dapat membunuh kita sendiri.
Penggunaan teknologi harus dilakukan secara bijak yang dapat menjadi referensi belajar yang mumpuni. Sumber belajar tidak hanya dari buku dan juga ensiklopedi. Melainkan dari internet dan juga aplikasi-aplikasi lainnya. Beberapa aplikasi yang dapat dicoba sebagai berikut.
Pertama, aplikasi Ruang Guru. Aplikasi ini berfokus pada pengembangan bimbel online yang mudah diakses dan digunakan. Sehingga belajar tidak terbatas ruang dan waktu. Didalam aplikasi ini terdapat beberapa produk layanan belajar seperti ruang belajar, ruang digital boothcamp, ruang les, ruang les online, ruang uji dan ruang kelas. Selain itu proses pembelajaran didukung dengan video animasi yang bertujuan untuk mempermudah pemahaman anak terkait materi yang dipelajari. Sehingga pembelajaran menjadi sangat menyenangkan dan menarik.
Kedua, E-perpus. Aplikasi ini merupakan inovasi digital dari produsen buku yakni Gramedia. Aplikasi ini menawarkan dan meminjamkan buku-buku, majalah, dan koran baik itu internal maupun eksternal yang dapat diakses menggunakan smartphone. Selain itu aplikasi ini dapat digunakan untuk membeli buku yang kita inginkan dengan cara memesannya menggunakan aplikasi. Tersedia juga berbagai macam buku digital (e-book) mulai dari anak-anak, dewasa, hingga orang tua. Mulai dari cerita anak, pendidikan, teknologi dan lainnya.
Ketiga, Rumah Belajar. Aplikasi ini merupakan inovasi teknologi yang dikembangkan oleh pustekom kemdikbud republik Indonesia. Disini kita dapat mengakses sumber belajar seperti buku (e-book) mulai dari SD –SMA sesuai kurikulum yang ada di sekolah. Tersedia juga kelas virtual dan juga bank soal yang dapat digunakan sebagai latihan anak dalam membangun pengalaman belajar dan menambah pengetahuannya. Selain itu, adanya video pembelajaran dan media pembelajaran interaktif juga membantu anak dalam memahami materi yang dipelajari.
Dengan demikian keluarga perlu bijak mengedukasi anak dalam rangka mengawal penggunaan teknologi sebagai penunjang berfikir kritis dan pembentukan kepribadiannya. Sehingga  konsep "Tri Sentra Pendidikan" dari Ki Hajar Dewantara yakni (a) ing ngarso sung tulodho, (b) ing madyo mangun karsa, (b) tut wuri handayani dapat diimplementasikan sebagai tempat sebaik-baiknya pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H