Semua proses itu baru bisa nampak dan dirasakan saat ini. Fenomena orang yang pandai agama tiba-tiba muncul lalu mengkafirkan orang lain, mengatakan bid'ah sana sini, membiaskan kejernihan. Entah dari mana referensi ilmu yang diperolehnya. Seolah begitu mudah melakukan hal demikian.
Hal ini tentu mengingatkan apa yang telah dituliskan oleh Gus Dur dalam syairnya yang jauh-jauh hari sudah diprediksi keberadaanya akan muncul ke permukaan. Sebagaimana berikut :
"Akeh kang apal Qur'an haditse # Seneng ngafirke marang liyane
(Banyak yang hafal Al-Qur'an dan hasitsnya suka mengkafirkan orang lain)
Kafire dewe dak digatekke # Yen isih kotor ati akale"
(Kekafirannya sendiri tidak diperhatikan kalau masih kotor hati dan akalnya)
Oleh karena itu, pemahaman keagamaan perlu dibekali sedini mungkin agar tertanam kuat sebagai pondasi kehidupan. Apabila dikemudian hari terdapat aliran-aliran maupun paham yang menyimpang dari ajaran yang sebenarnya. Mata, hati dan pikiran dapat terbuka untuk menangkisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H