Mohon tunggu...
Najmi berlianamaulida
Najmi berlianamaulida Mohon Tunggu... Aktor - Juragan cengal

Boss duren cengal

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Teknologi Mempengaruhi Turunnya Tingkat Literasi di Indonesia

3 Februari 2023   10:30 Diperbarui: 3 Februari 2023   10:31 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya literasi masyarakat di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya minat membaca dan kurangnya motivasi. Selain itu, perkembangan teknologi juga bisa menjadi faktor rendahnya literasi di Indonesia. Ironisnya, perkembangan teknologi ada karena tingkat literasi yang tinggi. Namun, hal itu hanya terjadi kepada para produsen saja. Kebanyakan masyarakat Indonesia menjalankan peran sebagai konsumen dari perkembangan teknologi. Hal ini akan berkaitan dengan faktor kurangnya minat membaca dan motivasi, dimana sebagai konsumen perkembangan teknologi, masyarakat Indonesia tidak banyak ikut andil dalam produksi perkembangan teknologi yang membutuhkan tingkat literasi yang tinggi.

Sebenarnya, apa yang di maksud dengan literasi? Dan mengapa literasi begitu penting?

Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Keduanya belum menjadi budaya di negara kita. Padahal, perkembangan ilmu dan budaya harus dimulai dari membaca dan menulis. Hal ini begitu penting, karena dimulai dari literasi lah jendela dunia akan terbuka, pandangan dan wawasan orang-orang juga akan lebih luas. Selain karena keberadaan teknologi yang disebabkan adanya tingkat literasi yang memupuni, jalannya teknologi juga membutuhkan tingkat literasi yang cukup. Sebut saja penyebaran hoax atau berita bohong dan penyalahgunaan teknologi untuk hal-hal yang merugikan orang lain. Butuh tingkat literasi yang cukup untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pemahaman tentang penggunaan teknologi sendiri juga membutuhkan tingkat literasi yang tinggi agar tidak menjadi seseorang yang awam teknologi.

Sebagai negara berkembang, ilmu dan budaya haruslah diperhatikan. Namun sayangnya, literasi masih menjadi hal yang disepelekan di negara ini. Menurut data dari PISA (Programme for International Student Assessment) pada 2010, tingkat membaca siswa Indonesia menempati urutan ke-57 dari 65 negara. Dan bahkan pada 2012, budaya literasi di Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negera yang di survei. 

Semakin bertambahnya hari, angka tingkat literasi di Indonesia malah semakin merosot. Hal ini juga masih berkaitan dengan tingginya tingkat penggunaan teknologi di kalangan para pelajar. DIkutip dari info yang dimuat di laman kompas.com, bahwa studi yang dilakukan lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, bersama para mitra, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Universitas Harvard, AS menyatakan bahwa Sebanyak 98 persen dari anak dan remaja mengaku tahu tentang internet dan 79,5 persen di antaranya adalah pengguna internet. Sebanyak itu penggunanya, dan kebanyakan dari mereka menggunakan teknologi internet dengan motivasi yang malah merugikan diri mereka sendiri.

Banyaknya fenomena penyalahgunaan teknologi akibat rendahnya tingkat literasi dapat dilihat dari berbagai kasus. Salah satunya pinjol yang beredar dan malah digandrungi banyak peminat. Belum lagi berita hoax yang menyebar dan malah diterrima mentah-mentah oleh publik. Banyaknya kasus ini disebabkan oleh redahnya literasi. Dalam hal ini, literasi bukan hanya soal membaca dan menulis di secarik kertas atau sebuah buku. Literasi berarti pemahaman yang dilahirkan dengan membaca. Literasi teknologi, hal yang sama pentingnya di era globalisasi saat ini. Mengutip dari Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Katadata Insight Center pada 2021 menyebutkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebesar 3.49 dari 5.00.
 
Data Unesco juga menyebutkan posisi membaca Indonesia 0.001%, artinya dari 1.000 orang, hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca. Hasil survei tersebut cukup memprihatinkan. Minat baca masyarakat Indonesia tertutupi dengan kegemaran mereka yang lebih senang berbincang dan  belajar melalui media audio visual. Lihat saja, berapa banyak masyarakat yang lebih memilih melihat video-video dari berbagai platform media sosial dan dari televisi. Belum lagi banyaknya masyarakat yang lebih asyik berbincang meski pembicaraannya tidak berbobot dibandingkan lebih memilih membaca dan menulis. Padahal membaca dan menulis juga memberikan dampak baik dimana pemahaman dan kosakata akan bertambah. Dengan begitu, kemampuan berbicara di depan umum juga akan bertambah. Karena kemampuan itu bisa didapatkan dengan banyaknya kosakata yang diketahui. Orang akan tahu mau berbicara apa dengan banyaknya kosakata yang ia punya.

Menurut UNESCO pada tahun 2012, tingkat  melek huruf orang dewasa mencapai 65,5%. Hal ini cukup rendah dan bahkan tidak menyentuh angka 80%. Dibalik solusi orang-orang dewasa yang masih bisa belajar di usianya, siswa-siswa sekolah juga haruslah meningkatkan kemampuan literasi mereka sejak dini. Dalam hal ini, penggunaan gadget seharusnya tidak diberikan ke;ada anak-anak di usia dini. Mereka akan lebih baik diberikan pendidikan dan pemahaman melalui literasi. Selain tidak membuat kecanduan juga akan lebih baik bagi kesehatan mata anak-anak.

Kurang minat baca adalah penyebab rendahnya budaya literasi di Indonesia. Terkadang, beberapa orang merasa tidak mengerti manfaat membaca sehingga tidak tertarik untuk melakukannya. Membaca membutuhkan waktu khusus memang, tetapi membaca itu memiliki banyak manfaat. Selain itu, kebiasaan menuliskan gagasan juga dapat meningkatkan kemampuan literasi. Berbagai kosakata akan didapatkan dari membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun