Di malam hari, Pak Yusuf sering duduk di beranda sambil menatap langit penuh bintang. Ia merenungkan betapa setiap biji kopi yang ditanamnya tidak hanya memberikan kenikmatan, tetapi juga pengingat akan kebesaran Sang Pencipta. Dalam doanya, Pak Yusuf selalu memohon agar cucu-cucunya tumbuh menjadi anak-anak yang selalu bersyukur dan sabar, serta mengingat Allah dalam setiap langkah hidup mereka.
Ahmad dan Fatimah pun tumbuh dengan membawa ajaran kakek mereka dalam hati. Setiap kali mereka merasa lelah atau putus asa, mereka mengingat aroma kopi di pagi hari dan doa-doa malaikat yang beristighfar. Mereka menjadi pribadi yang tangguh dan penuh syukur, siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat dan keikhlasan.
Begitulah, kebun kopi Pak Yusuf tidak hanya menghasilkan biji-biji kopi yang harum, tetapi juga menumbuhkan nilai-nilai kehidupan yang abadi dalam hati keluarganya dan seluruh warga desa. Aroma surga dari kopi Pak Yusuf akan selalu tercium, mengingatkan setiap orang akan pentingnya kesabaran dan rasa syukur dalam menjalani hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H