Angin dingin kelam berderik, kabut putih menghapus mentari
Remang mentari menusuk dan sakit, jauh keulu temukan rindu
Pahatan batu nisan mengukir namamu mengingatkan memoriam beberapa waktu lalu
Tentang sakitnya hati kecil nan rapuh ditinggalkan sahabatnya begitu saja
Saat gerimis pagi dan mendung, kurasa waktu tak mau beranjak
Ia tetap bertahan akan sakitnya hati ini menjadi ribuan tumpahan rindu
Hingga aku bertengkar dengan waktu, sebelumnya tak sesengit ini
Aku kalah, aku meratap, ditinggalkanmu serasa berkeping duniaku
Sahabat, senyummu yang telah jadi detak darahku, denyut nadiku
Candaanmu yang selalu jadi kegembiraan melewati ribuan mentari
Dan kebersamaan kita yang tiada bandingnya, tentang betapa penting hubungan ini