Mohon tunggu...
Najma Prabangasti Fernandita
Najma Prabangasti Fernandita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi membaca dan memiliki ketertarikan di dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengupas Kontroversi Viralnya Video Remaja SMP Hina Korban Palestina

28 Juni 2024   08:34 Diperbarui: 28 Juni 2024   08:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin (10/6/2024), warganet dibikin naik pitam oleh aksi segerombolan remaja SMP berjumlah lima orang di Jakarta Pusat yang tengah asyik makan sambil membercandai penderitaan anak-anak di Palestina.dengan lelucon yang tidak pantas. Diketahui kejadian tersebut terjadi di salah satu restoran cepat saji yang terkena boikot lantaran mendukung aksi genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Kontroversi viralnya video tersebut kini telah mencuat di berbagai media sosial. Bagaimana tidak, ditengah gentingnya konflik antara Israel dan Palestina dan ramainya gerakan aksi pro Palestina yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat dunia termasuk Indonesia, malah dianggap bercandaan. Tentu tindakan yang mereka lakukan menuai kecaman dari berbagai pihak termasuk dari kalangan warganet karena dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina.

Video berdurasi singkat yang diunggah oleh akun Instagram @chirenggs tersebut diketahui milik salah satu siswi kelas 9 di SMPN 216 Jakarta yang diduga juga ikut menyukseskan aksi penghinaan terhadap penderitaan anak-anak Palestina di video tersebut. Video tersebut lantas menjadi viral dan menuai kecaman dari berbagai pihak karena dinilai menghina dan mengolok-olok penderitaan anak-anak di Palestina dengan lelucon yang tidak pantas. Mereka menghubungkan makanan yang mereka santap di restoran cepat saji tersebut dengan penderitaan anak-anak Palestina.

"Makan tulang anak-anak Palestina" ucap salah satu remaja ketika temannya sedang memakan ayam, "Darah anak Palestina" timpal teman lainnya sambil menunjuk saus cocol makanan tersebut, "Daging anak Palestina" ucap teman lainnya sambil menunjuk sepotong daging yang ada di atas piring, dan si perekam juga mengarahkan kameranya ke salah satu saus dan berkata "Saus, ini bukan saus. Darah anak Palestina" ucapnya sambil tertawa terbahak-bahak. Tindakan ini lantas menyulut emosi dan menuai banyak komentar pedas dari netizen.

Nahas, meskipun kini video tersebut sudah dihapus, namun jejak digital sudah tersebar di berbagai lini masa. Merespon hal ini, sebagian besar warganet sangat menyayangkan atas perbuatan yang mereka lakukan, bahkan tak sedikit warganet yang merasa miris serta malu atas ulah mereka. Pasalnya, mereka bukanlah anak kecil lagi yang bisa dimaklumi kesalahannya lantaran hanya karena mereka belum legal umurnya. Jika dilihat mereka adalah remaja yang seharusnya sudah mengerti dan dapat membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Apalagi mereka adalah pelajar yang seharusnya sudah diajarkan dan mengerti nilai-nilai pancasila terutama sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Disini, mereka tampaknya hanya kurang memahami konteks historis konflik antara Palestina dan Israel itu sendiri.

Imbas dari insiden ini banyak warganet yang bersimpati dengan memberikan kecaman dan berbagai komentar pedas di akun mereka, bahkan akun lembaga sekolah SMPN 216 juga digadang-gadang ikut terkena imbasnya. Hingga parahnya, mereka bahkan juga mendapatkan serangan berupa komentar fisik dari para netizen. 

Tak sedikit warganet yang mempertanyakan perihal pendidikan karakter anak-anak zaman sekarang dan membandingkannya dengan pendidikan karakter di zaman dahulu. Di zaman serba teknologi ini, pendidikan karakter seperti rasa empati dipandang menjadi hal yang krusial dan mendesak untuk diselenggarakan sejak dini di berbagai lini kehidupan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sehingga menuntut peran aktif dari orang tua, guru maupun lembaga masyarakat untuk menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan terhadap sesama seperti sikap menghargai perbedaan dan menghormati orang lain. Langkah ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik untuk kemajuan bangsa ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun