Medan, Rabu (November 3, 2021) – dalam rangka pemenuhan tugas Teknologi Informasi dan Literasi Data, pemaparan informasi kali ini merupakan sebuah projek dari tugas kuliah saya dimana dosen meminta untuk melakukan observasi atau pengamatan mengenai suatu hal yang dapat menghasilkan data melalui proses wawancara dan dokumentasi sebagai bukti.
Pada tugas kali ini saya mengambil judul “Peluang Bisnis dari Budidaya Jamur”, dimana pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi pengetahuan mengenai apa saja yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur ini, kemudian bagaimana proses budidaya nya, bagaimana pemasaran jamur, manfaat jamur tiram bagi kesehatan serta menjadi inspirasi bagi siapa saja yang bingung ingin memulai usaha apa dalam masa pandemi.
Pengumpulan data ini dilakukan melalui wawancara langsung dengan narasumber yaitu Panca Ningsih Hastuti yang akrab disapa bu Tuti, seorang usahawan budidaya jamur tiram yang mana wawancara dilakukan pada hari Senin, 18 Oktober 2021 di kediaman pemilik usaha.
Sebelumnya banyak pengusaha bisnis yang terpaksa gulung tikar sebab mengalami kerugian yang tidak dapat dibendung lagi akibat banyaknya aktivitas yang dihentikan secara paksa karena peraturan dari pemerintah yang tujuannya untuk mengecilkan skala penyebaran virus covid-19 di masa pandemi ini. Hal tersebut membuat banyak orang termasuk bu Tuti yang ingin membuka peluang bisnis harus memutar otak memikirkan strategi serta bisnis apa yang tepat supaya tetap berjalan lancar juga bertahan walau dalam kondisi abnormal. Budidaya jamur tiram bisa menjadi pilihan yang tepat bagi wirausahawan yang lahir di masa pandemi ini karena proses budidaya nya yang terbilang cukup mudah, juga modalnya yang terjangkau.
Beliau memulai usaha budidaya jamur tiram karena sebelumnya merupakan wanita karir yang menjadi karyawan di sebuah perusahaan, berpikir untuk mengundurkan diri karena dlihat bahwa perusahaan tengah mengalami kesulitan disebabkan pandemi higga akhirnya memutuskan untuk benar benar berhenti dan beralih menjadi wirausahawan yang memulai bisnis budidaya jamur tiram pada bulan Juli 2020 lalu. Beliau menjelaskan mengapa memilih untuk menggunakan jenis jamur tiram putih dalam budidaya nya karena menurut hasil observasi yang telah dilakukan nya, jamur tiram putih ini merupakan jamur konsumsi yang paling diminati dan mudah dalam pemasaran terutama di wilayah medan ini.
Jamur tiram sebenarnya memiliki banyak jenis, mungkin yang diketahui hanyalah jamur tiram putih tetapi ada jenis lainnya seperti jamur tiram coklat dan jamur tiram merah muda. Jamur tiram coklat mempunyai struktur tudung yang lebih tebal dan daya tahan yang lebih lama karena kadar airnya tergolong rendah juga kandungan protein yang lebih tinggi dari jamur tiram putih, tetapi banyak yang tidak tahu karena jamur tiram coklat ini juga tak banyak yang membudidayakan nya. Selanjutnya ada jamur tiram merah muda dengan tekstur yang sama dengan jamur tiram putih yaitu halus dan lembut, namun tudungnya sedikit lebih tipis dari jamur tiram putih. Jamur tiram merah muda ini tidak terkenal di masyarakat karena warnanya yang cerah membuat masyarakat was was karena takut ada racun yang terkandung di dalamnya.
Budidaya
Jamur tiram putih sudah dibudidayakan di cina sejak 1000 tahun silam dan mulai dibudidayakan di indonesia pada tahun 1980-an di wonosobo dan dapat menjadi potensi bisnis yang sangat menjanjikan jika dikembangkan di daerah yang beriklim tropis seperti di Indonesia ini. Juga di masa pandemi pemasaran jamur tetap tak berpengaruh karena tidak berkurangnya permintaan konsumen seperti untuk kebutuhan pangan.
Budidaya jamur tiram bisa dimulai dengan mempersiapkan perangkat operasionalnya seperti, baglog, bibit jamur tiram dan kumbung (ruangan yang disediakan untuk proses berkembangnya jamur). Juga alat yang dibutuhkan seperti drum bekas untuk strerilisasi baglog, kompor untuk membantu proses sterilisasi dan beberapa alat lain yang dibutukan saat pembuatan baglog.
Baglog merupakan wadah tanam tempat tumbuhnya jamur dan umumnya memiliki bentuk seperti tabung karena menyesuaikan bentuk plastik yang dipakai sebagai pembungkusnya. Baglog terbuat dari serbuk kayu dan sekam padi yang dicampur, bisa ditambahkan pupuk untuk mempercepat pertumbuhan jamur namun bu Tuti tidak menggunakan pupuk sehingga jamurnya 100% organik. Selanjutnya diamkan adonan baglog ditutupi dengan terpal supaya terjadi proses pengomposan, setelah itu masukkan adoonan ke dalam plastik pembungkusnya, di tekan hingga padat kemudian ikat dengan karet agar tidak tersebar selama proses sterilisasi nanti.
Baglog yang telah selesai dibungkus dimasukkan ke dalam drum bekas yang bagian bawahnya terdapat kompor untuk memasak adonan baglog. Proses sterilisasi memakan waktu kurang lebih 5 jam pemanasan yang menghasilkan uap air guna membunuh bergama macam bakteri yang terdapat didalamnya.
Setelah proses sterilisasi dan pendinginan, ikatan ada balog dibuka untuk dimasukkan bibit jamur kedalamnya. Lalu mulut plastik masuk ke kolom (ring) sebesar tutup botol menggunakan potongan pipa bekass, dilipat, ditutup dengan kertas koran, dan diikat kembali dengan karet gelang ke kolom itu. Selanjutnya baglog dimasukkan ke dalam ruang inkubasi dengan suhu 25 - 27 ºC. Jika terlalu panas bisa disemprot sedikit dengan air. Baglog di diamkan lebih kurang sebulan untuk menunggu tumbuhnya tunas jamur. Setelah terlihat, baru lah baglog di pindahkan ke dalam kumbung kemudian tunggu kurang lebih 2 minggu sampai jamur siap panen.
Bu Tuti mengatakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur ini adalah suhunya. Suhu ruangan harus tetap terjaga kelembabannya juga jamur harus tetap mendapatkan asupan cahaya matahari. Kendala yang beliau alami selama menjalankan budidaya jamur ini adalah hama. Karena hewan seperti tikus, laba laba, nyamuk, kecoa tidak bisa dihilangkan dari kumbung jamur. Juga kumbung yang tidak dijaga 24 jam membuat nya sulit untuk mecegah hama masuk. Juga cuaca panas dapat menjadi kendala karena jamur di ruangan bisa saja kering dan kelembabannya menjadi tidak terjaga yang membuat jamur bisa gagal panen.
Pemasaran jamur
Pemasaran jamur bu Tuti lakukan dengan cara offline dan online. Jika secara offline, target pasarnya adalah para pengepul, pedagang jamur tiram crispy, warung warung sekitar temat tinggal dan ibu rumah tangga. Perbungkusnya dijual dengan harga Rp 20.000/kg. pemasaran secara online beliau lakukan dengan media beliau gunakan adalah whatsapp, facebook, instagram juga market place.
Dapat dilihat penjualan selama setahun dengan waktu per tiga bulan. Tiga bulan pertama dari Agustus – Oktober menunjukkan penjualan secara offline dan online dengan hasil penjualan secara offline yaitu 100 bungkus dan secara online 50 bungkus. Karena pada awal penjualan, bu Tuti menggunakan 400 banglog yang mana dapat menghasilkan 150 kg jamur yang dapat dibuat sebanyak 1 kg/bungkus, beliau juga sudah mempunyai relasi dengan para pengepul sehingga mudah dalam menjualnya. Lain hal dengan penjualan online, beliau harus berusaha untuk menarik pelanggan yang belum megetahui bisnisnya.
Selanjutnya tiga bulan kedua dari bulan November – Januari dengan hasil penjualan secara offline yaitu 150 bungkus dan secara online 100 bungkus, bu Tuti juga menambah pasokan baglognya maka dari itu hasil jamur yang didapatkan selama 3 bulan juga lebih banyak yaitu 250 kg, namun penjulan secara online tetap lebih kecil dari penjualan offline. Pada bulan Februari – April menunjukkan hasil penjualan secara offline yaitu 150 bungkus dan secara online 200 bungkus kembali lagi bu Tuti terus menambah pasokan baglognya sehingga hasil jamur yang dapat dipanen sebanyak 350 kg, dimana penjualan secara online meningkat pesat karena telah banyak orang dalam kota maupun luar kota yang telah mengenal bisnis ini. Di tiga bulan terakhir Mei – Juli, penjualan secara offline dan online merata yaitu 200 bungkus, yang menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram terus meningkat dan jumlah baglog yang awalnya hanya 400 kini sudah menjadi 800 baglog karena kembali lagi kepada permintaan konsumen yang semakin lama semakin tinggi.
Tidak banyak kesulitan dalam membudidayakan jamur tiram putih ini, namun kunci bagi wirausahawan yang ingin memulai budidaya jamur ini adalah diperlukannya kesabaran juga ketelatenan serta ketekunan dalam menjalankan bisnis tersebut. Tak lupa untuk selalu bersyukur kepada tuhan yang selalu memberikan rezeki kepada hambanya, terimakasih telah membaca artikel ini dan semoga bermanfaat untk kita semua.
Najma Andzar Rumaysa
Mahasiswa Pendidikan Kimia UNIMED
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H