Baglog merupakan wadah tanam tempat tumbuhnya jamur dan umumnya memiliki bentuk seperti tabung karena menyesuaikan bentuk plastik yang dipakai sebagai pembungkusnya. Baglog terbuat dari serbuk kayu dan sekam padi yang dicampur, bisa ditambahkan pupuk untuk mempercepat pertumbuhan jamur namun bu Tuti tidak menggunakan pupuk sehingga jamurnya 100% organik. Selanjutnya diamkan adonan baglog ditutupi dengan terpal supaya terjadi proses pengomposan, setelah itu masukkan adoonan ke dalam plastik pembungkusnya, di tekan hingga padat kemudian ikat dengan karet agar tidak tersebar selama proses sterilisasi nanti.
Baglog yang telah selesai dibungkus dimasukkan ke dalam drum bekas yang bagian bawahnya terdapat kompor untuk memasak adonan baglog. Proses sterilisasi memakan waktu kurang lebih 5 jam pemanasan yang menghasilkan uap air guna membunuh bergama macam bakteri yang terdapat didalamnya.
Setelah proses sterilisasi dan pendinginan, ikatan ada balog dibuka untuk dimasukkan bibit jamur kedalamnya. Lalu mulut plastik masuk ke kolom (ring) sebesar tutup botol menggunakan potongan pipa bekass, dilipat, ditutup dengan kertas koran, dan diikat kembali dengan karet gelang ke kolom itu. Selanjutnya baglog dimasukkan ke dalam ruang inkubasi dengan suhu 25 - 27 ºC. Jika terlalu panas bisa disemprot sedikit dengan air. Baglog di diamkan lebih kurang sebulan untuk menunggu tumbuhnya tunas jamur. Setelah terlihat, baru lah baglog di pindahkan ke dalam kumbung kemudian tunggu kurang lebih 2 minggu sampai jamur siap panen.
Bu Tuti mengatakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur ini adalah suhunya. Suhu ruangan harus tetap terjaga kelembabannya juga jamur harus tetap mendapatkan asupan cahaya matahari. Kendala yang beliau alami selama menjalankan budidaya jamur ini adalah hama. Karena hewan seperti tikus, laba laba, nyamuk, kecoa tidak bisa dihilangkan dari kumbung jamur. Juga kumbung yang tidak dijaga 24 jam membuat nya sulit untuk mecegah hama masuk. Juga cuaca panas dapat menjadi kendala karena jamur di ruangan bisa saja kering dan kelembabannya menjadi tidak terjaga yang membuat jamur bisa gagal panen.
Pemasaran jamur
Pemasaran jamur bu Tuti lakukan dengan cara offline dan online. Jika secara offline, target pasarnya adalah para pengepul, pedagang jamur tiram crispy, warung warung sekitar temat tinggal dan ibu rumah tangga. Perbungkusnya dijual dengan harga Rp 20.000/kg. pemasaran secara online beliau lakukan dengan media beliau gunakan adalah whatsapp, facebook, instagram juga market place.
Dapat dilihat penjualan selama setahun dengan waktu per tiga bulan. Tiga bulan pertama dari Agustus – Oktober menunjukkan penjualan secara offline dan online dengan hasil penjualan secara offline yaitu 100 bungkus dan secara online 50 bungkus. Karena pada awal penjualan, bu Tuti menggunakan 400 banglog yang mana dapat menghasilkan 150 kg jamur yang dapat dibuat sebanyak 1 kg/bungkus, beliau juga sudah mempunyai relasi dengan para pengepul sehingga mudah dalam menjualnya. Lain hal dengan penjualan online, beliau harus berusaha untuk menarik pelanggan yang belum megetahui bisnisnya.
Selanjutnya tiga bulan kedua dari bulan November – Januari dengan hasil penjualan secara offline yaitu 150 bungkus dan secara online 100 bungkus, bu Tuti juga menambah pasokan baglognya maka dari itu hasil jamur yang didapatkan selama 3 bulan juga lebih banyak yaitu 250 kg, namun penjulan secara online tetap lebih kecil dari penjualan offline. Pada bulan Februari – April menunjukkan hasil penjualan secara offline yaitu 150 bungkus dan secara online 200 bungkus kembali lagi bu Tuti terus menambah pasokan baglognya sehingga hasil jamur yang dapat dipanen sebanyak 350 kg, dimana penjualan secara online meningkat pesat karena telah banyak orang dalam kota maupun luar kota yang telah mengenal bisnis ini. Di tiga bulan terakhir Mei – Juli, penjualan secara offline dan online merata yaitu 200 bungkus, yang menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram terus meningkat dan jumlah baglog yang awalnya hanya 400 kini sudah menjadi 800 baglog karena kembali lagi kepada permintaan konsumen yang semakin lama semakin tinggi.