Mohon tunggu...
Siti Najma Kamila
Siti Najma Kamila Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Upaya untuk Melindungi Badak Jawa yang Terancam Punah

21 Maret 2024   10:10 Diperbarui: 28 Maret 2024   07:55 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengenal Badak Jawa

Saat ini, Badak Jawa merupakan salah satu hewan yang terancam punah di Indonesia. Menurut data dari Taman Nasional Ujung Kulon, jumlah populasinya saat ini hanya 35 ekor saja. Sangat miris bukan untuk didengar? banyaknya pemburuan liar dan deforestasi serta hal-hal lainnya akibat dari ulah manusia sendiri dapat merugikan keberadaan hewan langka ini. Padahal, sudah seharusnya kita menjaga populasi Badak Jawa agar kelestariannya terus terjaga. Badak Jawa memiliki nama latin Rhinoceros sondaicus. Badak Jawa memiliki panjang tubuh sekitar 2 hingga 3 meter. Warna kulit Badak Jawa cenderung berwarna abu-abu atau abu-abu kecoklatan deangan lipatan-lipatan yang khas. Hewan ini memiliki dua cula depan yang besar, biasanya digunakan untuk persaingan antara jantan. Cula ini berukuran 25 sentimeter untuk jantan. Sedangkan badak jenis betina memiliki ukuran lebih kecil, bahkan ada beberapa badak betina yang tidak memiliki cula sama sekali. Bobot Badak Jawa bisa mencapai 2.300 kilogram. Leher Badak Jawa lebih panjang dibandingkan spesies badak lainnya untuk membantu mencapai daun-daun tinggi yang menjadi makanan utama mereka. Badak Jawa hidup secara soliter. Badak Jawa hidup di hutan dan terkadang mereka suka ke rawa-rawa. Hewan ini juga memiliki sifat malu, jadi terkadang susah untuk ditemukan. Badak  Jawa diperkirakan dapat hidup selama 40-50 tahun atau lebih untuk hidup di alam liar.

Menjadi Maskot Piala Dunia U-20

Bacuya atau Badak Cula Cahaya merupakan maskot Piala Dunia U-20 yang diselenggarakan di Indonesia tahun 2023. Foto: raiky/kemenpora.go.id Input sumber
Bacuya atau Badak Cula Cahaya merupakan maskot Piala Dunia U-20 yang diselenggarakan di Indonesia tahun 2023. Foto: raiky/kemenpora.go.id Input sumber

Badak Jawa pernah dijadikan maskot Piala Dunia U-20 pada tahun 2023 yang diselenggarakan di Indonesia. Diberikan nama Bacuya atau Badak Cula Cahaya untuk maskot ini. Tentu hal ini menjadi suatu kebanggaan kita terhadap keberagaman fauna yang ada di Indonesia.  Terlebih lagi, keberadaan Badak Jawa yang saat ini tidak begitu banyak.

Dalam situs resmi Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dijelaskan filosofi mengenai alasan dipilihnya Badak Jawa sebagai maskot Piala Dunia U-20. Disampaikan informasi yang telah dirangkum, Badak Jawa adalah hewan yang sangat pemalu dan pendiam. Terlepas dari karakternya, rasa ingin tahunya tinggi sehingga mendorongnya untuk berlari ke lapangan untuk mencari sesuatu. Maskot ini dideskripsikan sebagai pembela yang memperjuangkan hak anak muda untuk bersenang-senang dan berekspresi. Bacuya adalah penjaga talenta muda dan mercusuar untuk masa depan sepak bola serta siap bangkit bersama generasi baru. 

"Maskotnya masih nuansa Indonesia. Badak bercula adalah hewan khas Indonesia. Logonya juga sudah Indonesia banget. Kita doakan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia bisa terlaksana dengan sukses, lancar, aman, dan terkendali," jelas Iriwan dalam situs tersebut. 

Ancaman yang Dihadapi Badak Jawa di Masa Sekarang

Di sisi lain keunikan yang dimiliki oleh Badak Jawa, justru hal ini menjadi cobaan terbesar mereka atau bahkan mimpi buruk untuk kelangsungan hidupnya. Ulah manusia menjadi faktor utama semakin menyusutnya populasi Badak Jawa saat ini. 

Bersumber dari Earthianos, berikut ini adalah ancaman yang dihadapi oleh Badak Jawa saat ini:

1. Penyempitan habitat.

Badak Jawa hidup di hutan hujan tropis yang semakin berkurang akibat perambahan hutan dan ekspansi manusia. Hal ini membuat Badak Jawa harus hidup di wilayah yang semakin sempit dan terfragmentasi, sehingga kemungkinan terjadinya peristiwa kepunahan semakin besar. Semakin besarnya permintaan wilayah oleh manusia untuk pembangunan dan penggunakan kepentingan lainnya, memaksakan hutan yang menjadi rumah untuk para Badak Jawa mengalah untuk diberikan kepada manusia. Bayangkan betapa sedihnya mereka ketika harus pergi dari habitat aslinya, bayangkan juga betapa paniknya mereka ketika diusir begitu saja oleh manusia? hal inilah yang membuat populasi Badak Jawa menurun.

2. Perburuan dan perangkap 

Badak Jawa menjadi buruan manusia untuk diambil tanduknya yang diyakini memiliki banyak manfaat. Selain itu disampaikan juga perangkap sering dipasang oleh pemburu liar untuk menangkap Badak Jawa.  Tentunya hal ini mengakibatkan populasi Badak Jawa semakin menurun. Tanduk yang mereka punya memiliki pengaruh yang besar terhadap hidupnya,digunakan untuk bertahan hidup. Bagaimana jika mereka tidak memiliki tanduk? bagaimana cara mereka mehindari serangan dan lain sebagainya?

3. Perdagangan Satwa Liar

Disebutkan bahwa Badak Jawa menjadi incaran pelaku perdagangan satwa liar. Tanduk Badak Jawa diklaim memiliki khasiat obat yang tinggi dan dijual dengan harga yang sangat tinggi di pasaran internasional. Tentunya hal ini menjadi faktor terbesar Badak Jawa semakin terancam punah. Akibat dari perilaku manusia yang licik dan tidak bertanggung jawab, hal ini merugikan populasi Badak Jawa. 

Karena hal-hal yang telah disebutkan inilah, populasi Badak Jawa semakin menurun. Diperlukannya tindakan lebih lanjut oleh pemerintah untuk melindungi populasi Badak Jawa ini. Jika tidak, bagaimana nasib Badak Jawa nanti? akan terjadi kepunahan jika hal-hal tersebut hanya dibiarkan saja. 

Apa Upaya yang Dilakukan Pemerintah?

Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan lembaga internasional yang dilibatkan dalam konservasi Badak Jawa. Yaitu International Rhino Foundation (IRF) yang bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (YABI). Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berdasarkan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia, Peraturan Menhut No 43/2007, telah menetapkan wilayah seluas 5.100 hektar dalam kawasan TNUK sebagai perluasan habitat Badak Jawa. 

Dikutip dari mongabay.co.id, JRSCA merupakan lokasi yang cocok sebagai habitat kedua Badak Jawa. Salah satunya adalah ketersediaan ragam tumbuhan pakan yang mencapai 200 jenis. 

Membuat habitat baru Badak Jawa juga ditegaskan dalam hasil studi yang telah dilakukan oleh para peneliti dari Colorado State University, Amerika. Dalam studi yang terbit di Conservation Letters pada 2017, disebutkan bahwa Badak Jawa di Ujung Kulon dapat terancam punah akibat letusan gunung berapi anak Krakatau dan tsunami. Akibatnya, pemerintah harus melakukan konservasi untuk melindungi Badak Jawa. Berikut adalah beberapa upaya konservasi yang dilakukan untuk melindungi Badak Jawa di Indonesia:

1. Pembentukan Taman Nasional dan Kawasan Konservasi. Pemerintah Indonesia telah membentuk beberapa taman nasional dan kawasan konservasi lainnya di Jawa, habitat asli Badak Jawa, untuk melindungi mereka dan habitat mereka. Contohnya adalah Taman Nasional Ujung Kulon di ujung barat Jawa, yang merupakan kawasan konservasi utama untuk Badak Jawa.

2. Pemantauan Populasi dan Perlindungan Langsung. Tim konservasi melakukan pemantauan rutin terhadap populasi Badak Jawa, termasuk pemantauan menggunakan teknologi seperti kamera jebak dan sensor. Upaya perlindungan langsung juga dilakukan untuk mencegah perburuan ilegal dan memerangi perdagangan gelap cula Badak Jawa.

 3. Rehabilitasi Habitat. Upaya dilakukan untuk memulihkan dan memperluas habitat alami Badak Jawa, termasuk program reboisasi dan restorasi ekosistem. Ini bertujuan untuk memberikan ruang hidup yang lebih luas dan sumber daya makanan yang memadai bagi populasi Badak Jawa.

4. Konservasi Genetik. Program pemuliaan dan konservasi genetik dilakukan untuk memastikan keberlanjutan genetik populasi Badak Jawa. Ini termasuk pemantauan genetik, pemindahan individu untuk memperkuat populasi yang terisolasi, dan pembiakan dalam penangkaran untuk meningkatkan diversitas genetik.

5. Kerja Sama Internasional. Indonesia bekerja sama dengan organisasi internasional dan negara-negara lain yang terlibat dalam perlindungan Badak Jawa. Ini termasuk pertukaran pengetahuan, teknologi, dan sumber daya antara lembaga-lembaga konservasi nasional dan internasional. Lembaga-lembaga internasional tersebut diantaranya adalah World Wildlife Fund (WWF), International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan Leuser International Foundation (LIF).

Kesimpulan

Secara garis besar, Badak Jawa memerlukan bantuan manusia untuk mempertahankan populasi mereka. Bayangkan apa yang terjadi apabila Badak Jawa benar-benar punah akibat ulah dari kita sendiri. Betapa sedihnya mereka ketika populasi mereka hilang. Dan bayangkan juga ketakutan yang mereka rasakan ketika manusia memburu mereka. Badak Jawa yang merupakan salah satu bentuk keanekaragaman fauna yang ada di Indonesia sudah sepatutnya kita banggakan. Bekerja sama dengan masyarakat, kita harus bisa melestarikan populasi mereka dan melindungi mereka dari berbagai macam ancaman yang mengancam hidup mereka. Jika kita sebagai manusia ingin hidup dengan aman dan tentram, tentu saja Badak Jawa juga menginginkan hal tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun