Mau tau nggak kenapa sih kita harus tetap menerapkan gaya hidup yang minimalis di tengah arus globalisasi ini?Â
Padahal kan zaman sekarang banyak banget budaya dan tren yang bisa diikutin dan diterapkan dalam hidup kita.
Kemajuan teknologi dan informasi saat ini membawa dampak besar dalam kehidupan kita. Di satu sisi, globalisasi membuka peluang bagi budaya konsumerisme untuk berkembang, mengubah pandangan kita tentang kebutuhan hidup. Budaya konsumerisme kini menjadi pusat dari aktivitas harian yang sarat dengan nilai hedonis dan materialistis. Di ranah publik, kita terus-menerus diundang dan dirangsang untuk terlibat dalam konsumerisme, mengikuti tren yang ada.
Globalisasi telah mempercepat gerak dunia. Batas-batas geografis dunia seolah hilang dalam beberapa inci layar perangkat kita melalui internet dan media massa. Perkembangan di berbagai sektor terjadi secara masif dan signifikan. Sebagai makhluk sosial, kita merasakan dampak ini pertama kali melalui tren, gaya, dan pola hidup yang terus berkembang seiring waktu. Kemudahan akses membuat kita merasa tertinggal jika tidak mengikuti arus.
Namun, di tengah derasnya arus konsumerisme, muncul gaya hidup minimalis sebagai respons terhadap beragam kenyamanan yang disediakan teknologi. Gaya hidup sederhana ini mengajak kita untuk lebih jarang mengonsumsi barang dan memaksimalkan apa yang sudah kita miliki. Gaya hidup, yang lebih mudah diukur dibanding kepribadian, mencerminkan bagaimana kita hidup, menghabiskan waktu, dan membelanjakan uang.
Breyer pernah berkata bahwa "minimalisme berakar dari ajaran Zen, sebuah sekte Buddha yang menekankan pada meditasi", Zen mengajarkan bahwa ada jalan menuju kehidupan yang lebih baik dalam kekosongan. Konsep "MA" dalam Zen adalah ruang kosong di antara, tempat di mana kita dapat menghargai apa yang benar-benar penting. Kunci dari gaya hidup minimalis adalah kembali ke dasar, hanya menyisakan barang-barang esensial dan menghilangkan kebiasaan konsumsi berlebihan serta keterikatan emosional pada barang-barang yang tidak perlu. Gaya hidup minimalis berusaha mengembalikan esensi konsumsi, yaitu menggunakan sesuatu berdasarkan nilai kegunaannya, bukan nilai tanda yang dibangun oleh logika keinginan. Kesadaran ini muncul karena selama ini industri budaya melalui iklan dan media telah menjebak kita dalam kebutuhan palsu.
Fenomena konsumerisme yang diakibatkan oleh globalisasi mempengaruhi cara kita berbelanja. Daya beli yang besar seringkali membuat kita menjadi konsumtif. Gaya hidup minimalis mengajarkan kita untuk memiliki kebiasaan yang lebih sederhana, hanya mengonsumsi apa yang benar-benar diperlukan. Dengan mengikuti gaya hidup ini, kita dapat menghindari akumulasi simbol sebagai representasi barang yang sebenarnya tidak berguna.
Mari kita simak, berikut ini adalah beberapa dampak positif dari menjalani gaya hidup yang minimalis :
1. Penghematan Biaya
Semakin sedikit barang yang kita beli, semakin sedikit uang yang kita keluarkan. Hidup minimalis membantu kita lebih bijak dalam mengelola keuangan, memungkinkan kita menyisihkan pendapatan untuk tabungan, investasi, atau asuransi. Kondisi keuangan kita akan lebih stabil dan terhindar dari pemborosan.
2. Menjaga Batasan Moral dan Budaya