Mohon tunggu...
najmah kim
najmah kim Mohon Tunggu... Lainnya - Najmah

Najmah Ujung Gading, 13 September 1996 Padang-Jakarta Mahasiswa Program Magister Pendidikan Biologi UNJ, Islam Perempuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ontologi Kebahagiaan; Antara Delusi Materialisme dan Idealisme di Era Pos-Truth

3 Januari 2021   16:46 Diperbarui: 3 Januari 2021   17:32 694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dalam hal ini berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan jalan membunuh kehidupan yang lain. Tentunya dengan melihat hal demikian ummat manusia bisa disimpulkan bahwa mereka hakikatnya dalam hal ini sedang menuju degradasi peradaban dan kehancuran bagi mereka sendiri.

Di era kekinian yang seperti sekarang ini kita juga akan dengan mudah menjumpai kehidupan manusia yang terkadang sarat dan penuh dengan kepalsuan serta kebohongan. Kebenaran yang sering kali ditutup-tutupi dan kemudian memenangkan kebohongan untuk disebarkan dan dikonsumsi oleh manusia yang lainnya.

Manusia seakan-akan lebih mudah dan gemar memainkan dramaturgi yang penuh ketidakjujuran untuk ditampilkan sehingga menutupi kebenaran yang sebenarnya. Manusia denagn entengnya saling berlomba untuk menyuguhkan dan memamerkan gambaran kebahagiaan yang hakikatnya sedang tidak ada

 Itulah sebabnya mengapa dengan mudahnya kita jumpai di media-media sosial sebagian manusia gemar menampilkan kepalsuan. Ia sering kali memperlihatkan hal-hal yang sebenarnya sedang tidak ada menjadi seolah-olah nampak ada, ia menampilkan sesuatu yang justru terkadang berkebalikan dari keadaan yang sebenarnya terjadi. Parahnya hal demikian dilakukan secara kolektif oleh semua lapisan masyarakat, dari hulu hingga ke hilir, dari lapisan masyarakat elit penguasa sampai kepada lapisan masyarakat biasa.

Dengan melihat fenomena-fenomena yang ada sekarang ini, hakikatnya manusia dituntut untuk melihat secara tajam dan jernih segenap persoalan dan tantangan yang tergelar di hadapannya agar kemudia bisa memilah dan mimilih persoalan dengan tanpa kekeliruan.

Manusia dituntut untuk melihat persoalan dengan tatapan jauh ke dalam dan melampaui wujud permukaan sehingga mampu menemukan keadaan atau gambaran yang sebenarnya. Manusia dituntut untuk melihat persoalan secara holistik agar kebenaran yang didapatnya tidak parsial atau sepotong-sepotong.

Demikian pula manusia dituntut untuk mampu memilah dan memilih seganap hal yang ada di hadapannya dengan hati-hati supaya tidak terjebak ataupun tergelincir ke dalam pilihan-pilihan yang terlihat indah dan mengiurkan tetapi pada hakikatnya merupakan tipuan dan kepalsuan yang menyesatkan yang pada akhirnya bisa membawa dirinya ke dalam kenestapaan dan justru semakin menjauhkan dirinya dari makna kebahagiaan yang sesunggguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun