Mohon tunggu...
Najma AdibaOrlin
Najma AdibaOrlin Mohon Tunggu... Freelancer - SUKA MAKAN

Hobi memasak dan makan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tidak Menolak Gaji 800 Per Bulan

27 Juli 2019   10:56 Diperbarui: 27 Juli 2019   13:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi rame-ramenya berita tentang "Gajih Fresh Graduate" nih, bingung juga sih kalau mau menyikapinya. Itu kan masalah pribadi dia yang minta gajih "Segitu". Mungkin saja orang tersebut memiliki kualifikasi yang sangat kompeten dan kemampuan yang sangat luar biasa. Jadi mendapat gaji "segitu" masih saja di tolak. (hmmmm herman saya hehe...)

Berlapang dada

Apalah daya saya, yang sekarang sekitar hampir satu tahun kurang ~ masih fresh graduate dan bekerja di salah satu PT swata sebagai penulis, hanya mendapat 800ribu perbulan. Merupakan penghasilan pertama saya (mungkin bakal berlanjut hingga bulan berikutnya hehe), sungguh senang sekali rasanya.

Pemikiran saya waktu itu cukup simple, baru lulus sudah langsung bisa mendapatkan kerja dan mendapat gaji. Itu sih sudah kesenangan saya sendiri.

Saya lulus dari salah satu PTN di Indonesia, saya dulunya hanya mahasiswa beasiswa dan saya juga biasa saja dengan mendapat ipk yang minim. Dengan itu semua terbayar sudah rasa senangnya setelah lulus mendapatkan pekerjaan. 

Saya bukan penduduk asli di daerah lingkungan kerja saya ataupun di lingkungan kampus saya (pada jamannya. Saya butuh uang untuk mencukupi kehidupan pribadi, seperti bayar tagihan kos, bayar tagihan litrik, belum lagi kebutuhan makan dan kebutuhan bulanan. 

Setelah 3 bulan kerja saya pernah mikir "Bagaimana cara membagi uang untuk semua kebutuhan dan belum lagi untuk mengirim uang ke orang tua?". Sempet goyah bingung dan hingga rasanya tuh pengen nuntut minta yang lebih. Tapi apa daya saya masih membutuhkan pekerjaan, daripada saya menuntut tapi tidak mendapat hasil malah melainkan saya di pecat. Akhirnya saya diam saja alias pasrah.

Setelah 3 bulan itu, gaji saya mulai naik lumayan lah dapet 1,2 (hingga sekarang). Cukup buat kebutuhan sendiri dan untuk mengirim ke orang tua. Tetapi di sisi ini juga saya mulai berfikir "Bagaimana caranya saya menabung untuk kehidupan yang akan datang?" belum lagi harus ada uang simpanan untuk kebutuhan mendadak seperti sakit. Bimbang lagi saya. Sempat ingin resign tapi masih bisa bertahan. 

Pasrah

Ya sudahlah saya hanya bergantung dengan nasib saya dan hanya bisa bedoa serta beribadah. saya meyakinkan diri sendiri "jika ini mungkin rejeki saya, ya saya bertahan" tetapi "jika ini bukan rejeki saya, tolong kasih rejeki lewat jalan lain dalam artian beri pekerjaan lainnya". 

Saya tidak pernah menuntut gajih sama sekali, saya juga menyesuaikan dengan keahlian saya dalam bekerja. "Hanya seorang penulis yang mengemis minta gajih banyak?" Sudah pasti gak mungkin kan. Ya sudahlah saya terima nasib saja.

Asal masih bisa bayar tanggungan kos sama mengirim uang ke orang tua saja sudah senang sekali. 

Maafin saya ya mah, pah... Gak bisa ngasih yang lebih, hanya secukupnya saja. I love you mah pah.. :) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun