"Pengantar Pengembangan Masyarakat" menjadi salah satu mata kuliah yang menerapkan praktek lapangan sebagai ujian akhir semester bagi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi semester 2 (dua), dengan dosen pengampu yakni Bapak M. Jufri Halim, S. Ag., M.Si. Praktek lapangan dilakukan di Komplek PIK KOPTI, Jl. Peta Semanan No. 28, RT.1/RW.11, Semanan, Kec. Kalideres, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11850, Indonesia. Tepatnya pada tanggal 27 Juni 2023 dan dihadiri oleh 34 mahasiswa BPI kelas A. Pelaksana menggunakan metode wawancara, yakni mengajukan pertanyaan kepada narasumber serta mendatangi langsung tempat lokasi, mengamati, kemudian mencatat hasil pengamatan serta mendokumentasikannya sebagai hasil penelitian.
Artikel ini akan membahas tentang pengolahan telur asin dan kikil di Kecamatan Kalideres serta dampak ekonomi yang dihasilkan bagi masyarakat sekitar. Dalam artikel juga akan membahas tentang pemilik pabrik pengolahan telur asin, pekerja yang bekerja di kedua usaha tersebut, distribusi produk, dan manfaat ekonomi yang diperoleh oleh masyarakat sekitar.
Wawancara pertama dilakukan dengan Bapak Suprapto yang merupakan pekerja di usaha pengolahan telur asin, bapak Suprapto sendiri bukan termasuk masyarakat asli daerah tersebut, dari hasil wawancara menunjukkan bahwa ia bekerja sebagai karyawan di usaha pengolahan telur asin sejak tahun 2015. Ia bekerja mulai pukul 8 pagi hingga pukul 10 malam, karena menunggu kematangan telur asin yang tidak bisa diprediksi. Pekerja di usaha tersebut bisa bekerja seharian penuh. Telur asin yang dihasilkan biasanya didistribusikan ke daerah Jabodetabek dan luar kota, dengan pusat distribusi di Jawa Timur. Bapak Suprapto juga menyebutkan bahwa sebagian besar pekerja di usaha tersebut berasal dari luar kota, seperti Brebes dan Bumiayu. Sedangkan warga asli Kecamatan Kalideres cenderung bekerja di pabrik tahu tempe. Bapak Suprapto tidak mengalami kendala dalam pekerjaannya, kecuali rasa lelah yang wajar dalam bekerja. Bagi Bapak Suprapto, yang terpenting adalah dapat mencukupi kebutuhan keluarganya.
Sementara hasil wawancara dengan narasumber kedua yakni Bapak Mufsidin menunjukkan bahwa ia bekerja sebagai karyawan di usaha pengolahan kikil sejak tahun 2020. Beliau berasal dari Lampung dan mendapatkan informasi tentang pekerjaan tersebut dari pamannya sebab masih adanya ikatan keluarga dengan pemilik usaha tersebut. Bapak Mufsidin bekerja tanpa jadwal yang tetap, kadang mulai dari sekitar habis subuh hingga jam 5 sore, setiap hari tanpa libur kecuali pada hari-hari besar. Sapi yang diolah menjadi kikil dikirim dari Surabaya, Cianjur, dan sekitarnya. Proses pengolahan kikil meliputi pencucian, perebusan, dan penggorengan hingga matang seperti kerupuk dan direbus kembali untuk hasil akhir. Hasil pengolahan kikil tersebut dijual di pasar-pasar sekitar dan wilayah dekat-daerah tersebut saja. Bapak Mufsidin juga menyebutkan bahwa usaha pengolahan kikil membantu mengembangkan masyarakat sekitar, seperti tukang sayur yang mengambil kikil untuk dijual, pedagang pasar, dan orang-orang yang membutuhkan pekerjaan tersebut. Dengan adanya usaha pengolahan kikil, ekonomi masyarakat sekitar dapat meningkat melalui penjualan dan distribusi kikil.Â
Adapun kemandirian yang ada pada kelompok pekerja yakni mereka memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa bantuan dari pekerja lain. Kondisi lain ditandai dengan kelompok pekerja telur yang menghasilkan produksi roti, telur asin hanya dengan memanfaatkan telur sebagai bahan dasarnya. Hal tersebut menggambarkan adanya inisiatif dari kelompok pekerja dalam melaksanakan kewajibannya. Adapun partisipasi kelompok pekerja dalam masyarakat tidak lain adalah adanya kondisi saling membutuhkan antara masyarakat dan pekerja telur asin maupun kikil, masyarakat berperan sebagai distributor yang bertugas menjual mendistribusikan hasil dari kedua usaha tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik sekaligus memajukan usaha pengolahan tersebut, dengan adanya hal tersebut sudah menunjukkan adanya partisipasi antara kelompok pekerja dan masyarakat.
Konsep berkelanjutan dalam usaha pengolahan telur asin dan kikil dapat dilihat dari adanya distribusi produk yang terus berlanjut dan melibatkan banyak pihak. Dalam wawancara dengan Bapak Mufsidin, disebutkan bahwa usaha pengolahan kikil memiliki distributor aktif yang menjual produk kikil ke pasar-pasar sekitar. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan kikil terus berjalan dan memiliki pasar yang stabil. Selain itu, dalam wawancara dengan Bapak Suprapto, disebutkan bahwa telur asin yang dihasilkan dari usaha pengolahan telur asin didistribusikan ke daerah Jabodetabek dan luar kota, dengan pusat distribusi di Jawa Timur. Hal ini menunjukkan bahwa usaha pengolahan telur asin juga memiliki jaringan distribusi yang terus berjalan dan melibatkan wilayah yang lebih luas.
Dengan adanya distribusi produk yang berkelanjutan, baik untuk telur asin maupun kikil, usaha pengolahan tersebut dapat terus beroperasi dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Para pekerja dan distributor yang terlibat dalam usaha ini juga dapat memperoleh penghasilan secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H