Kamu mungkin pernah mendengar tentang peristiwa sejarah Masa Bersiap, masa kekerasan yang terjadi di Indonesia seusai Perang Dunia II. Bagi banyak orang Belanda keturunan Indonesia, Bersiap adalah momen penuh ketakutan, kesedihan, dan kehilangan. Masa Bersiap (1945-1946) adalah masa yang penuh dengan ketegangan dan ancaman bagi orang Indo-Belanda. Bagi orang Indo-Belanda, periode ini ditandai dengan kehilangan harapan. Banyak dari mereka kehilangan nyawa atau harta benda. Ada pula mereka yang selamat dari bahaya, tetapi harus meninggalkan tanah air untuk selamanya.
Dalam hal ini, Wouter Muller, musisi Indo-Belanda, berusaha mengungkapkan perasaan ini lewat lagunya Bersiap. Lagu ini seperti jendela ke masa lalu. Dikutip dari situs resminya, Wouter Muller (1947-2022) adalah seorang penyanyi dan penulis lagu dan musisi keturunan Indonesia. Dia lahir di Bandung dan meninggal di Enschede, Belanda. Muller dikenal dengan grup folk ‘Jakkes’ dari Timur Belanda, mereka memiliki 2 album. Di kota tempat tinggalnya, Enschede, Muller mendirikan grup ‘Quasimodo’ yang hingga tahun 1999 menjadi band pendamping Willem Wilmink. Muller menulis musik dan liriknya sendiri (dalam bahasa Belanda) dan juga menciptakan musik untuk Willem Wilmink dan lainnya seperti Wieteke van Dort.
Dalam lagu Bersiap, Muller menggambarkan pengalaman keluarganya selama periode ini melalui lirik yang menyentuh dan puitis. Lagu ini benar-benar mampu menciptakan pengalaman yang hampir nyata bagi para pendengarnya. Berikut merupakan lirik dari lagu tersebut.
zij kwam vrij uit Ambarawa *, 24 jaar
en zo vernederd door de Jappen, afgeschoren haar
maar ze voelde zich weer vrij en had hoop in haar hart
ging op zoek naar haar geliefde voor een nieuwe start
maar ze hoorde van verre steeds vaker dat geroep
dat zij niet eerder kende, maar dat angst aanjoeg….
Bersiap bersiap
hij kwam vrij uit Banyu Biru *, 28 jaar
en zo gemarteld door de Jappen, nog geen 30 kilo zwaar
maar hij voelde zich weer vrij en had hoop in zijn hart
ging op zoek naar zijn geliefde voor een nieuwe start
maar hij hoorde van verre steeds vaker dat geroep
dat hij niet eerder kende, maar dat angst aanjoeg….
Bersiap bersiap
pemuda’s * met bambu runcing * dreven hen in het nauw
met rood wit blauwe vlaggen zonder blauw *
bersiap – deed nieuwe hoop verdwijnen
bersiap – werd het begin van het einde
Terdapat penggalan kata “Bersiap bersiap” dalam lagu dapat diartikan sebagai penggunaan masyarakat Belanda untuk menyebut periode Bersiap. Masyarakat Belanda menyebut masa Bersiap karena karena kerap terdengar seruan "Siap! Siap!" oleh kelompok pro-Republik Indonesia pada masa itu. Para Pemoeda akan menyerukan kata "Siap! Siap!" sembari mengangkat senjata ketika ada orang-orang yang dinilai menjadi musuh bagi revolusi kemerdekaan Indonesia, memasuki wilayah pro-republik (Rosihan Anwar, 2010).
Kemudian, frasa seperti "hoorden van verre steeds vaker dat geroep" (mendengar teriakan dari jauh) dapat mengindikasikan ancaman atau ketakutan yang berkembang selama masa bersiap bahwa kekerasan yang terjadi selama masa Bersiap sangat mengerikan. Di masa itu terjadi penjarahan dan pembunuhan. Peristiwa pembunuhan tersebut disertai penyiksaan keji dan pemerkosaan. Hal tersebut menimbulkan rasa takut dan terancam yang dirasakan oleh etnis Eropa dan Indo-Eropa. Lalu, pada kalimat "Pemuda’s * met bambu runcing * dreven hen in het nauw" (Para pemuda bersiap dengan bambu berlari menyudutkan mereka) dapat menggambarkan aksi pemuda yang menggunakan bambu runcing, sebagai simbol perlawanan atau protes dalam periode bersiap. Hal ini dapat dimaknai sebagai agen perubahan atau kekuatan yang mendorong perubahan. "Met rood wit blauwe vlaggen zonder blauw" (dengan bendera merah putih biru tanpa biru) menunjukkan perubahan atau modifikasi pada bendera dengan menghilangkan warna biru, yang bisa diartikan sebagai identitas nasional Indonesia, yaitu warna merah dan putih. Hal ini juga bisa diartikan sebagai tindakan perlawanan atau perubahan.
Secara garis besar, digambarkan bahwa lagu Bersiap oleh Wouter Muller ini mencerminkan interpretasi atau pandangan terhadap periode bersiap, dengan menyoroti perubahan simbol, peran pemuda, dan dampak politik atau sosialnya. Lagu ini menggambarkan dan merepresentasikan Masa Bersiap di Indonesia dari perspektif Indo-Belanda ditandai dengan terjadinya huru-hara, pembantaian, dan perampokan massal yang dilakukan oleh masyarakat pro-kemerdekaan. Lagu tersebut menggambarkan keadaan orang-orang yang mencoba memulai hidup baru di tengah kekacauan tersebut, namun mereka sering mendengar suara-suara yang menakutkan (merujuk pada kekerasan yang terjadi).
Referensi:
Oostindie, Gert, et al. Serdadu Belanda di Indonesia, 1945-1950: Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah. Translated by Moeharti Soesani Moeimam, et al., Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016.
Reynara, Ezra Jan. “Representasi Indonesia Melalui Lagu Karya Wieteke van Dort, Anneke Gronloh, Rosy Pereira dan Dries Holten (Rosy & Andres).” 2022. https://lib.ui.ac.id/detail?id=20520390&lokasi=lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H