Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perubahan Psikologis dan Sosial pasien Covid-19
Najlah Qonita Ummi Khauro'
Prodi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Adress : Jl. Marsda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta, Indonesia 55281
Email : 20107010133@student.uin-suka.ac.id
Abstrak
Corona Virus Disease (COVID-19) adalah jenis virus baru yang menyerang imunitas tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Virus ini telah menimbulkan keresahan bagi seluruh lapisan masyarakat. Virus yang gejalanya mirip dengan SARS ini, tidak hanya menyerang fisik seseorang, tetapi, juga mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial masyarakat. Diantara populasi umum, orang yang terinfeksi atau pasien Covid-19 mengalami kemungkinan yang lebih besar terhadap perubahan kondisi psikologis dan sosialnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikam dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis dan sosial masyarak yang terinfeksi Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literature review. Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi perubahan pada aspek psikologis dan sosial masyarakat. Secara psikologis, pasien Covid-19 mengalami perubahan mulai dari ketakutan, kesedihan, depresi, hilangnya motifasi, ataupun trauma. Sedangkan, dampak sosial yang dialami oleh pasien Covid-19 adalah mendapatkan pandangan dan perlakuan yang berbeda dari masyarakat sekitar.
Kata Kunci : Virus Corona (Covid-19), Dampak Psikologis, Dampak Sosial
Abstract
Corona Virus Disease (COVID-19) is a new type of virus that attacks the body's immunity and can even cause death. This virus has caused anxiety for all levels of society. This virus, whose symptoms are similar to SARS, does not only attack a person's body physically, but also affects the psychological and social conditions of the community. Among the general population, infected people or Covid-19 patients are more likely to experience changes in their psychological and social conditions. This study aims to describe the impact of Covid-19 on the psychological and social changes of people infected with Covid-19. The method used in this research is a literature review study. The results of the study prove that there are changes in the psychological and social aspects of society. Psychologically, Covid-19 patients experience changes ranging from fear, sadness, depression, loss of motivation, or trauma. Meanwhile, the social impact experienced by Covid-19 patients is getting different views and treatment from the surrounding community.
Keywords : Corona Virus (Covid-19), Psychological Impact, Social Impact
PENDAHULUAN
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah dinyatakan sebagai global pandemi oleh World Health Organization (WHO) sejak Maret 2020 dan di Indonesia dinyatakan sebagai jenis penyakit yang menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat, bencana yang menyebabkan kematian, serta menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Indonesia merupakan salah satu dari 216 negara yang terkonfirmasi kasus Covid-19. Kasus Covid-19 pertama kali muncul di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 dan sampai tanggal 14 Oktober 2020, jumlah korban yang terkonfirmasi sebanyak 344.749 orang, dengan jumlah yang sembuh sebanyak 267.851 orang, dan 12.156 orang meninggal dunia (Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 2020). Kasus Covid-19 telah menyebar secara luas dan cepat di seluruh Dunia, termasuk Indonesia.
Gambar 1. Penyebaran Covid-19 pada 11 Maret 2020 (CCN Indonesia, 2020)
Virus Corona merupakan jenis virus baru yang ditemukan pertama kali di Wuhan, China pada tahun 2019 dan kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Gejala Covid-19 memang hampir sama dengan SARS, yang membedakan adalah mudah menular, transparansi informasi, kekurangan pasokan bagi tenaga medis, masalah inkubasi virus tidak jelas, karantina bersekala besar, dan banyaknya informasi di media sosial yang menyebabkan pengaruh psikologis bagi banyak orang (Dong & Bouey, 2020). Penyebaran Covid-19 yang cukup luas membawa banyak dampak bagi masyarakat, terkhusus pasien Covid-19 sendiri. Salah satu dampaknya adalah kehilangan nyawa, penurunan ekonomi, terkendala aktivitas pendidikan, dan sosial (Garre-Olmo, dkk, 2020), (Aslamiyah, 2021). Dampak yang paling mengkhawatirkan dari Covid-19 adalah dampak psikologis dan perubahan perilaku masyarakat. Virus ini tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik saja, tetapi juga pada kesehatan mental dan kualitas hidup pasien (Wakhudin, dkk, 2020).
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian mengenai dampak Covid-19 terhadap mental para tenaga profesi kesehatan yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan merupakan orang yang akan mengalami gangguan mental lebih parah, karena menanggung resiko terpapar Covid-19 lebih besar (Rosyanti & Hadi, 2020). Penelitian lain memaparkan bahwa kasus kematian akibat Covid-19 dan tindakan isolasi dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Ditemukan bahwa tingginya angka kematian dan perpanjangan isolasi di suatu daerah dapat memicu depresi, kecemasan, rasa takut yang berlebihan, serta perubahan pola tidur masyarakat. Dengan begitu, hal ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan mental, namun juga fisik (Ilpaj & Nurwati, 2020). Hanya dalam hitunga bulan, Covid-19 telah merubah perilaku sosial masyarakat secara signifikan. Tidak hanya perilaku individu saja, tetapi juga kelompok. Stigma-stigma mengenai Covid-19 pun mulai bermunculan, mulai dari penolakan sampai diskriminasi terhadap orang yang terdampak Covid-19, seperti para tenaga kesehatan, pasien, kerabat pasien, bahkan jenazah pasien Covid-19 (Agung, 2020).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, telah ditemukan adanya dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis. Adapun pada penelitian ini, peneliti ingin menemukan adanya pembaharuan penemuan, yaitu selain perubahan pada kondisi psikologis pasien Covid-19, tetapi juga bagaimana perubahan aspek sosial pasien Covid-19. Metode penelitian yang dilakukan adalah literature review. Literature review ini menganalisis jurnal dan buku yang relevan dengan pembahasan dan diterbitkan dalam rentang tahun 2019-2021.
PEMBAHASAN
Taylor (2019), dalam bukunya "The Pandemic of Psychology" menjelaskan bagaimana penyakit pandemi mempengaruhi psikologis orang secara luas dan masif, baik dari cara berfikir seseorang dalam memahami informasi tentang sehat dan sakit, perubahan emosi (takut, khawatir, cemas), ataupun perilaku sosial (menghindar, stigmasisasi, perilaku sehat). Pandemic psikologi juga dapat menimbulkan prasangka serta diskriminasi outgroup yang berpotensi untuk menimbulkan kebencian dan konflik sosial. Misalnya, penamaan virus corona dengan nama virus Wuhan atau virus China diawal wabah telah menimbulkan prasangka, kebencian, dan diskriminasi terhadap warga China di beberapa negara, seperti di Australia dan Amerika. Pandemi Covid-19 memang telah mengubah manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Virus Corona merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Sebuah penelitian di Amerika Serikat memaparkan gambaran gejala dari pasien Covid-19 adalah pasien mengalami demam, batuk, sesak nafas, sakit kepala, menggigil, dan kelelahan. Covid-19 tidak hanya mempengaruhi perubahan kondisi fisik pasiennya saja. Tetapi, juga berdampak pada perubahan psikologis dan sosial. Adapun dampak Covid-19 terhadap perubahan aspek psikologis dan sosial yang dialami oleh pasien Covid-19 adalah sebagai berikut:
- Dampak Perubahan Psikologis
Secara umum, gambaran perubahan psikologis pasien Covid-19 adalah merasa terkejut, turunnya motivasi, sedih, tertekan, insomnia, dan membutuhkan motivasi. Adapun dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis pasien terjadi melalui 3 tahapan, yaitu :
- Tahap 1 : Kondisi Pasien saat menjadi ODP (Orang Dalam Pemantauan)
a) Terkejut
Ketika dinyatakan sebagai orang yang memiliki kemungkinan besar terinfeksi Covid-19 dengan hasil Rapid Test positif, pasien akan terkejut dan panic karena merasa tidak mendapat informasi yang jelas dari pihak medis. Dengan demikian, sudah seharusnya bagi pihak medis untuk menjadi pihak yang paling memahami tiap definisi serta makna dari serangkaian pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien. Harapannya, pihak medis dapat memberi dukungan dan pemahaman yang baik terhadap pasien, agar pasien tidak merasa panik secara berlebihan saat divonis reaktif.
b) Penurunan Motivasi
Pasien yang divonis reaktif, cenderung merasa takut hingga mengalami penurunan motivasi untuk menjalani aktivitas seperti biasanya. Sehingga, sangat diperlukan sekali dukungan kesehatan mental pada saat kondisi darurat seperti ini. Hal ini, bertujuan untuk melindungi, mencegah, atau menangani kondisi kesehatan mental dimasa pandemi Covid-19. Upaya yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kesehatan psikologis dan sosial orang yang terinfeksi Covid-19 yang ditunjukkan oleh piramida intervensi pada gambar 2.
Dalam Panduan Inter Agency Syanding Committee (IASC), dukungan psikologis dan sosial dapat diberikan dengan pelayanan dasar mengenai kesehatan mental yang tentunya tidak bertentangan dengan sosial dan budaya masyarakat, membangun dukungan keluarga dan masyarakat, dukungan non-spesialis dari pihak medis, serta memberikan layanan spesialis bagi pasien yang kondisinya lebih serius (Committee, 2020).
- Tahap 2 : Kondisi Pasien saat Positif Covid-19
a) Sedih
Perasaan sedih pasti dialami oleh seluruh pasien yang memperoleh hasil Test Swab positif, dimana hasil tes yang kedua ini menunjukkan keakuratan bahwa pasien benar telah terinfeksi Covid-19. Mayoritas pasien merasa sedih karena harus dirujuk ke rumah sakit dan interaksi antara dirinya dan orang lain menjadi sangat terbatas.
b) Tertekan (Stress)
Karantina merupakan bagian dari upaya untuk memutus rantai Covid-19. Namun, tindakan karantina juga dapat menjadi sebab adanya perubahan mental individu, baik yang terinfeksi maupun tidak. Sebuah studi di Spanyol menemukan bahwa ada hubungan yang spesifik antara karantina terhadap kekhawatiran tentang infeksi virus Covid-19 dengan gejala depresi selama karantina (Garre-Olmo, dkk, 2020). Seluruh pasien yang terinfeksi Covid-19 mengalami beban mental dan pikiran serta tertekan. Belum lagi, akibat dari proses karantina yang cukup lama yang menyebabkan pasien tidak bisa kemana-mana, tidak bisa bekerja, memikirkan kondisi badannya sendiri, serta kondisi keluarganya dirumah. Pandemi Covid-19 dan tindakan karantina telah memberikan keresahan terhadap psikologis individu. Salah satu gejala yang ditemukan yaitu stress yang dinilai sebagai gangguan kesehatan mental yang keparahannya berada diurutan ketiga setelah keinginan bunuh diri dan kesusahan. Kemudian disusul oleh depresi dan kecemasan yang ditemukan diantara populasi mahasiswa di Prancis (Wathelet, dkk, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ulva & Yanti (2021) diperoleh hasil sebagai berikut:
c) Insomnia
Insomnia cenderung dialami oleh pasien yang terinfeksi Covid-19 ketika menjalami karantina mandiri hingga perawatan di Rumah Sakit karena banyak pikiran. Seseorang yang terinfeksi Covid-19 lebih rentan mengalami penurunan kesehatan mental dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi. Sebuah penelitian di China memaparkan bahwa orang yang terinfeksi Covid-19 dua kali lebih beresiko mengalami gejala kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, insomnia, dan stress. Gejala ini muncul salah satunya dikaitkan dengan adanya tindakan isolasi/karantina yang menyebabkan gangguan tidur dengan presentase 29,2% dari seluruh gejala kesehatan mental yang ditemukan dalam penelitian tersebut (LeShi, dkk, 2020).
d) Peningkatan Motivasi
Peningkatan motivasi yang dirasakan oleh pasien dipicu oleh beberapa hal, yaitu pendekatan diri dengan Allah, optimis untuk sembuh, dukungan keluarga dan teman, dan adanya layanan konsultasi psikologi yang disediakan di Rumah Sakit. Dengan menggunakan teknologi sebagai alternatif untuk komunikasi antara pihak medis dengan pasien selama pandemi, memungkinkan untuk melakukan pendidikan pada pasien dengan tujuan untuk memberi solusi dari keterbatasan tatap muka. Pasien tetap dapat mengkomunikasikan apa saja keluhan mereka (Walker & Bukhari, 2020).
- Tahap 3 : Kondisi setelah Sembuh
a) Merasa Asing dengan Kondisi Sekitar
Menjadi orang yang pernah dinyatakan terinfeksi Covid-19 serta membutuhkan waktu lama untuk pulih, membuat pasien merasa asing ketika kembali ke lingkungan masyarakat seperti semula. Belum lagi, adanya pandangan masyarakat yang tidak semuanya memberi respon positif, membuat pasien merasa semakin tidak percaya diri untuk berbaur dimasyarakat seperti sebelumnya dan memerlukan adaptasi kembali.
b) Trauma
Seluruh pasien mengtakan bahwa mereka mengalami trauma setelah terinfeksi Covid-19 dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat beraktifitas seperti biasanya. Masa trauma yang dialami oleh pasien cenderung berbeda-beda, tergantung bagaimana kondisi mentalnya saat itu. Ada yang kondisi mentalnya dapat pulih dalam hitungan minggu bahkan bulan. Dengan melihat berita mengenai perkembangan kasus Covid-19 di televisi, melihat para tenaga medis menggunakan APD, dan mendengar suara ambulance juga dapat menyebabkan rasa trauma bagi pasien, rasa takut sebagaimana saat pasien divonis terinfeksi Covid-19 kembali dengan begitu saja. Peristiwa traumatis memang suatu hal yang normal bagi mereka yang terdampak Covid-19 untuk mengingat dan menghidupkan kembali peristiwa yang telah terjadi. Bahkan, tidak jarang ingatan itu terus muncul tanpa disengaja hingga memicu timbulnya stress. Bebetapa ciri utama dari gangguan stress pasca trauma adalah ketika ingatan trauma menjadi tidak sadar, mengganggu, dan berkelanjutan (Shanafelt, Ripp, & Trockel, 2020).
2. Perubahan Perilaku Sosial
Covid-19 telah mengubah secara signifikan kehidupan manusia hanya dalam hitungan bulan saja. Perilaku sosial manusia pun berubah secara drastis karena adanya penyesuaian terhadap pandemi Covid-19. Perubahan tersebut, tidak hanya terjadi pada level individu, tetapi juga kelompok, organisasi, dan perusahaan. Hampir semua aspek kehidupan terkena dampaknya, mulai dari pendidikan, ekonomi, politik, dan agama. Perubahan itulah yang akhirnya menimbulkan ketidak nyamanan dan gejolak sosial di masyarakat.
Berdasarkan pengamatan dilapangan dan media online di beberapa wilayah di Indonesia, terdapat perubahan perilaku masyarakat akibat Covid-19. Perubahan itu berasal dari inisiatif sendiri maupun himbauan atau perintah dari otoritas yang berwenang, seperti jaga jarak sosial ketika berinteraksi dan peningkatan solidaritas masyarakat dalam bentuk kepedulian dan perilaku prososial di masa pandemi Covid-19 ini. Pandemi Covid-19 juga dapat menyebabkan perubahan perilaku yang berdampak pada gejolak sosial ditengah masyarakat, misalnya penolakan jenazah pasien Covid-19 dibeberapa daerah. Salah satu yang menjadi masalah pada situasi pandemi Covid-19 adalah stigma (Taylor, 2019)
Stigma adalah suatu keyakinan negative dari individu atau kelompok mengenai sesuatu. Stigma dapat berkaitan dengan seuatu yang tampak ataupun yang tak-tampak, kontrol ataupun tidak terkontrol, penampilan, perilaku, dan kelompok. Stigma dibentuk sebagai hasil konstruksi oleh masyarakat dan budaya pada suatu konteks tertentu (Major & O'Brien, 2005). Stigma, memiliki dampak yang signifikan terhadap individu dan sosial (Forst, 2011). Stigma juga dapat merusak kesehatan mental serta fisik seseorang yang menderita suatu penyakit, karena stigma dapat berupa penolakan sosial, gosip, kekerasan fisik, dan penolakan layanan. Inilah, yang akhirnya menyebabkan seseorang yang mengalami stigma dari orang lain, tingkat gejala depresi dan stressnya akan semakin tinggi (Earnshaw, 2020). Ketika seseorang terinfeksi Covid-19, maka orang lain akan cenderung memberi stigma negative pada pasien tersebut. Bahayanya, pasien akan menginternalisasi stigma dari orang lain bahwa dirinya adalah orang yang buruk, orang yang salah karena terinfeksi [enyakit, dan sebaginya (Forst, 2011). Secara tidak langsung, itu semua akan memperburuk kondisi psikologis pasien.
Secara sosial, stigma dapat mengakibatkan pasien dan keluarga pasien mengalami isolasi, penolakan, dan bulliying dari orang sekitar melalui offline ataupun online (media sosial). Stigma juga dapat berdampak pada perilaku diskriminatif dari orang lain (Link & Phelan, 2001). Sebagai contoh, ada kasus pasien suspect Covid-19 yang meninggal dan data pribadinya tersebar secara luas dimedia online. Dampaknya, keluarga pasien mengalami intimidasi dan bulliying. Pengalaman stigma ini, dapat menimbulkan dampak terhadap individu yang mengalaminya, seperti kecewa dan stress (Forst, 2011). Bahkan, ketika pasien yang terinfeksi Covid-19 telah meninggal, pasien masih mengalami diskriminasi dalam bentuk penolakan jenazahnya. Stigma telah menyebabkan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebih pada masyarakat karena tidak ingin tertular Covid-19. Padahal, pemakaman jenazah Covid-19 dilakukan sesuai dengan standar Covid-19. Ketidaktahuan dan pengaruh sosial (provokasi) menjadi salah satu faktor kenapa ini terjadi di masyarakat.
Stigma negative mengenai penyakit Covid-19 membuat orang cenderung melakukan perbuatan yang melanggar norma, yaitu kebohongan atau tidak jujur ketika ditanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Covid-19. Beberapa kasus yang diteliti oleh Ivan Muhammad Agung (2020), menunjukkan bahwa pasien cenderung tidak jujur ketika berobat ke dokter mengenai riwayat perjalanannya. Akhirnya, beberapa dokter justru terkena Covid-19 bahkan sampai meninggal. Perilaku tersebut sungguh mengkhawatirkan, ditengah situasi pandemi ini, seseorang rela membahayakan orang lain demi menjaga nama baik, harga diri, dan menghindari stigma negative untuk dirinya sendiri. Pandemi Covid-19 telah mengubah pandangan individu terhadap suatu penyakit dan dirinya dalam konteks sosial.
3. Upaya dalam Memutus Rantai Penyebaran Virus Covid-19
Menurut klinenberg (2020), dalam situasi pandemi, kita butuh solidaritas, kebersamaan, dan kesatuan dari semua pihak untuk mengurangi penyebaran dan dampak Covid-19. Beberapa cara yang direkomendasikan oleh WHO (2020), APA (2020), dan hasil penelitian beberapa ahli psikologi dalam mengurangi dan mengatasi dampak psikologis Covid-19 adalah:
- Tidak Berlebihan dalam Mengakses Informasi
Dalam mengakses informasi melalui media sosial, utamakan mengakses informasi-informasi yang positif, seperti cara pencegahan dan penanganan, dibandingkan informasi-informasi yang negative. Selain itu, utamakan juga sumber-sumber informasi yang terpercaya, jangan terlalu terlibat secara emosional dengan pemberitaan yang dapat mengarahkan kita pada emosi negative.
- Menjaga Koneksitas dengan Orang Lain
Walaupun melakukan sosial distancing, kita tetap perlu menjaga koneksitas dengan orang lain guna membangun solidaritas, saling mendukung, dan membangun relasi yang positif dengan tujuan untuk meningkatkan kebahagiaan.
- Menjalankan Aktivitas secara Rutin setiap Hari
Melakukan kegiatan yang inovasi dan kreatif dapat membuat seseorang tetap semangat dan produktif.
- Menggunakan Strategi Copping Psikologis dalam Mengatasi Stress
Membangun optimisme dan harapan positif dapat membuat kita merasa mampu untuk melalui semuanya dengan baik. Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan psikis dengan pendekatan psiko-religious.
- Tetap Aware pada Situasi dan Perubahan yang Terjadi
Hal ini dapat membantu kita untuk tetap mengetahui langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi situasi pandemi ini.
- Aktif pada Kegiatan Prososial
Pada situasi ini, banyak orang-orang yang rentan terdampak pandemi Covid-19, maka, hendaknya kita mengusahakan untuk tetap berbagi/melakukan tindakan-tindakan yang yang dapat membuat orang lain bahagia.
- Bersikap Kooperatif
Hal ini bisa dilakukan dengan aktif melaporkan masalah-masalah sosial yang merupakan dampak dari Covid-19 kepada pihak yang berwenang, sehingga membantu terciptanya suasana kondusif dan harmonis di lingkungan masyarakat.
Bagi pemerintah dan pihak-pihak terkait yang bertanggung jawab dalam penanganan Covid-19, dapat meningkatkan sosialisasi mengenai cara pencegahan dan penanganan Covid-19 serta memberikan informasi yang jelas dan akurat dalam penanganan wabah ini. Selain itu, pemimpin juga harus mampu menunjukkan kebijakan-kebijakan yang dapat mengurangi dampak Covid-19, khususnya bagi orang-orang yang rentan, seperti buruh, pekerja harian, pedagang kecil, dan sebagainya. Pemerintah pun harus mampu menjamin akses layanan kesehatan dan kebutuhan hidup masyarakatnya dengan menjamin stabilitas harga. Sehingga, kesuksesan program pemerintah dapat terwujud apabila ada kerjasama dari semua pihak dalam membantu pemerintah Indonesia untuk mengurangi penularan dan dampak pandemi Covid-19, baik secara materi maupun psikologis.
PENUTUP
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis mengenai adanya dampak pandemi Covid-19 terhadap perubahan psikologis dan sosial pasien Covid-19 terbukti signifikan. Adapun dampak Covid-19 terhadap psikologis pasien yang terinfeksi Covid-19 adalah menurunnya motivasi pasien, terkejut, sedih, tertekan, insomnia, trauma, hingga membutuhkan dukungan motivasi dari aspek tertentu, seperti keluarga, sesama pasien, dan tim medis. Sedangkan, dampak Covid-19 terhadap perubahan sosial pasien yang terinfeksi Covid-19 adalah adanya perubahan yang terjadi pada level individu, kelompok, organisasi, dan perusahaan serta adanya stigma masyarakat terhadap pasien, sehingga pasien mengalami kesulitan untuk menjalani aktivitas sosial seperti biasanya.
Dengan adanya beberapa problem-problem tersebut, maka, ada pula upaya yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Virus Covid-19. Seperti, tidak berlebihan dalam mengakses informasi, menjaga koneksitas dengan orang lain, menjalani aktivitas secara rutin setiap hari, menggunakan strategi coping psikologis dalam mengatasi stress, tetap aware pada situasi dan perubahan yang terjadi, dan sebagainya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, karena kehendak dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan jurnal studi literature ini. Penulis sadari, penulisan jurnal ini tidak akan selesai tanpa do'a, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Adapun dalam kesempatan ini penulis ingin mencucaplan banyak terima kasih kepada :
- Ibu Maya Fitria, S.Psi., M.Psi selaku Dosen mata kuliah Psikologi Sosial yang telah memberikan bimbingan selama pembelajaran 1 semester dan bimbingan dalam menyelesaikan penulisan jurnal ini.
- Abah dan Ummi tercinta, sebagai orang yang paling hebat di dunia ini, orang yang selalu pantang menyerah dalam memberikan do'a, bantuan, kasih sayang, pengorbanan, dan semangat disetiap langkah perjalanan saya dalam menuntut ilmu.
- Teman-teman seperjuangan di kelas Psikologi D 2020 yang sama-sama berjuang dan selalu mengingatkan, memberikan banyak bantuan, saran, juga motivasi.
- Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang jurnalnya telah bersedia dianalisis ulang, terima kasih banyak atas segalanya.
DAFTAR PUSTAKA
Aslamiyah, S. & Nurhayati. (2021). Dampak Covid-19 terhadap Perubahan Psikologis, Sosial, dan Ekonomi Pasien Covid-19 di Kelurahan Dendang, Langkat, Sumatera Utara. Jurnal Riset dan Pengabdian Masyarakat. 1(1), 2-9.
Ulva, F. & Yanti, M. (2021). Dampak Psikologis Pandemi Covid-19 bagi Masyarakat Kota Padang. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK). 5(1), 3-6.
Agung, I.M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Psikologi Sosial. Buletin Ilmiah Psikologi. 1(2), 5-7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19, Jakarta: Menteri Kesehata Republik Indonesia
Novelino, A. (2020). Penyebaran Covid-19 pada 11 Maret: Real-info Covid-19, CCN Indonesia 11 Maret 2020.
Dani, J.A. & Mediantara, Y. (2020). Covid-19 dan Perubahan Komunikasi Sosial. Communication Journal (PERSEPSI). 3(1), 5-9.
Prasetya, A., Nurdin, M.F., & Gunawan, W. (2021). Perubahan Sosial Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi Talcott Parsons di Era New Normal. Jurnal Pendidikan Sosiologi (SOSIETAS). 11(1), 4-6.
Novita, S. & Elon, Y. (2021). Stigma Masyarakat terhadap Penderita Covid-19. Jurnal Kesehatan. 12(1), 9.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H