Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah penelitian mengenai dampak Covid-19 terhadap mental para tenaga profesi kesehatan yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan merupakan orang yang akan mengalami gangguan mental lebih parah, karena menanggung resiko terpapar Covid-19 lebih besar (Rosyanti & Hadi, 2020). Penelitian lain memaparkan bahwa kasus kematian akibat Covid-19 dan tindakan isolasi dapat mempengaruhi kesehatan mental masyarakat. Ditemukan bahwa tingginya angka kematian dan perpanjangan isolasi di suatu daerah dapat memicu depresi, kecemasan, rasa takut yang berlebihan, serta perubahan pola tidur masyarakat. Dengan begitu, hal ini tidak hanya memperburuk kondisi kesehatan mental, namun juga fisik (Ilpaj & Nurwati, 2020). Hanya dalam hitunga bulan, Covid-19 telah merubah perilaku sosial masyarakat secara signifikan. Tidak hanya perilaku individu saja, tetapi juga kelompok. Stigma-stigma mengenai Covid-19 pun mulai bermunculan, mulai dari penolakan sampai diskriminasi terhadap orang yang terdampak Covid-19, seperti para tenaga kesehatan, pasien, kerabat pasien, bahkan jenazah pasien Covid-19 (Agung, 2020).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, telah ditemukan adanya dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis. Adapun pada penelitian ini, peneliti ingin menemukan adanya pembaharuan penemuan, yaitu selain perubahan pada kondisi psikologis pasien Covid-19, tetapi juga bagaimana perubahan aspek sosial pasien Covid-19. Metode penelitian yang dilakukan adalah literature review. Literature review ini menganalisis jurnal dan buku yang relevan dengan pembahasan dan diterbitkan dalam rentang tahun 2019-2021.
PEMBAHASAN
Taylor (2019), dalam bukunya "The Pandemic of Psychology" menjelaskan bagaimana penyakit pandemi mempengaruhi psikologis orang secara luas dan masif, baik dari cara berfikir seseorang dalam memahami informasi tentang sehat dan sakit, perubahan emosi (takut, khawatir, cemas), ataupun perilaku sosial (menghindar, stigmasisasi, perilaku sehat). Pandemic psikologi juga dapat menimbulkan prasangka serta diskriminasi outgroup yang berpotensi untuk menimbulkan kebencian dan konflik sosial. Misalnya, penamaan virus corona dengan nama virus Wuhan atau virus China diawal wabah telah menimbulkan prasangka, kebencian, dan diskriminasi terhadap warga China di beberapa negara, seperti di Australia dan Amerika. Pandemi Covid-19 memang telah mengubah manusia dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Virus Corona merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan manusia. Sebuah penelitian di Amerika Serikat memaparkan gambaran gejala dari pasien Covid-19 adalah pasien mengalami demam, batuk, sesak nafas, sakit kepala, menggigil, dan kelelahan. Covid-19 tidak hanya mempengaruhi perubahan kondisi fisik pasiennya saja. Tetapi, juga berdampak pada perubahan psikologis dan sosial. Adapun dampak Covid-19 terhadap perubahan aspek psikologis dan sosial yang dialami oleh pasien Covid-19 adalah sebagai berikut:
- Dampak Perubahan Psikologis
Secara umum, gambaran perubahan psikologis pasien Covid-19 adalah merasa terkejut, turunnya motivasi, sedih, tertekan, insomnia, dan membutuhkan motivasi. Adapun dampak Covid-19 terhadap perubahan psikologis pasien terjadi melalui 3 tahapan, yaitu :
- Tahap 1 : Kondisi Pasien saat menjadi ODP (Orang Dalam Pemantauan)
a) Terkejut
Ketika dinyatakan sebagai orang yang memiliki kemungkinan besar terinfeksi Covid-19 dengan hasil Rapid Test positif, pasien akan terkejut dan panic karena merasa tidak mendapat informasi yang jelas dari pihak medis. Dengan demikian, sudah seharusnya bagi pihak medis untuk menjadi pihak yang paling memahami tiap definisi serta makna dari serangkaian pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien. Harapannya, pihak medis dapat memberi dukungan dan pemahaman yang baik terhadap pasien, agar pasien tidak merasa panik secara berlebihan saat divonis reaktif.
b) Penurunan Motivasi
Pasien yang divonis reaktif, cenderung merasa takut hingga mengalami penurunan motivasi untuk menjalani aktivitas seperti biasanya. Sehingga, sangat diperlukan sekali dukungan kesehatan mental pada saat kondisi darurat seperti ini. Hal ini, bertujuan untuk melindungi, mencegah, atau menangani kondisi kesehatan mental dimasa pandemi Covid-19. Upaya yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kesehatan psikologis dan sosial orang yang terinfeksi Covid-19 yang ditunjukkan oleh piramida intervensi pada gambar 2.
Dalam Panduan Inter Agency Syanding Committee (IASC), dukungan psikologis dan sosial dapat diberikan dengan pelayanan dasar mengenai kesehatan mental yang tentunya tidak bertentangan dengan sosial dan budaya masyarakat, membangun dukungan keluarga dan masyarakat, dukungan non-spesialis dari pihak medis, serta memberikan layanan spesialis bagi pasien yang kondisinya lebih serius (Committee, 2020).
- Tahap 2 : Kondisi Pasien saat Positif Covid-19
a) Sedih
Perasaan sedih pasti dialami oleh seluruh pasien yang memperoleh hasil Test Swab positif, dimana hasil tes yang kedua ini menunjukkan keakuratan bahwa pasien benar telah terinfeksi Covid-19. Mayoritas pasien merasa sedih karena harus dirujuk ke rumah sakit dan interaksi antara dirinya dan orang lain menjadi sangat terbatas.