Mohon tunggu...
Tarompa Japang
Tarompa Japang Mohon Tunggu... lainnya -

ga selamanya diam itu emas dan ga selamanya pula bicara itu perak.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Refleksi Akhir Ramadhan : Analogi Buntut Tikus, Makin ke Ujung, Makin Kecil

2 Juli 2016   16:57 Diperbarui: 2 Juli 2016   19:30 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tidak! jangan salah sangka dulu ya? Ini bukan tulisan yang membahas tentang buntut tikus.  Hanya saja saya ingin mengambil analogi buntut tikus untuk fenomena yang terjadi setiap tahun, setiap ramadhan di Indonesia, kota Padang, dan khususnya mesjid depan rumah saya. Yap! Ini tentang jamaah yang semakin hari semakin hilang, seiring berakhirnya ramadhan. 

Oke, hari ini sudah ramadhan keberapa ya? 26. Yap bentar lagi lebaran.  Ayeeee.. baju baru udah dibeli? Kue lebaran gimana? Udah juga? Asiiikk... Jangan-jangan udah pada mudik nih. Ga masalah kok, memang begitu tradisinya. Eh tapi, semangat buat lebaran kok berbanding terbalik sama semangat ramadhan ya? Hmmm.. 

Pada awalnya saya hanya menganggap hal itu terjadi di mesjid di depan rumah saya saja, tetapi Masyaallah… setelah googling, ternyata sama aja dengan daerah lain. Sebuah blog milik Cendikiawan Muslim Dunia menyebutkan, bahwa pada sepuluh hari terkahir ramadhan, masyarakat Indonesia di sibukkan oleh persiapan menjelang hari lebaran. Persiapan lebaran mulai dari mempersiapkan baju baru untuk anak, ibu, suami atau istri dan untuk keluarga lainnya. Sementara persiapan yang lainnya adalah persiapan mudik. Hampir semua masyarakat Indonesia, disibukkan oleh dua hal tersebut.

Tak heran jika pada akhir Ramadhan, sebahagian umat Islam lebih memilih pusat perbelanjaan dan tempat penjualan tiket, baik itu agen perjalanan, terminal, stasiun, dan pelabuhan penyeberangan. Setali tiga uang dengan budaya masyarakat, pusat perbelanjaan pun menawarkan penawaran-penawaran yang menarik bagi pengunjungnya. Sehingga mampu meraup keuntungan yang besar. Dan budaya ini telah mengalahkan janji-janji pahala yang sudah dijanjikan oleh Allah SWT. Akibanya frekweksi dan intensitas beribadah masyarakat Islam pada akhir ramadhan bukannya semakin meningkat bahkan sebaliknya semakin menurun.Di Mesjid-mesjid, baik itu di Mesjid-mesjid besar hingga mushalla dan surau-surau, jamaah mesjid semakin sedikit. Dan menjelang hari lebaran, hanya akan tinggal beberapa orang saja. Pantas saja, jemaah mesjid yang awalnya rame, bahkan shafnya ampe melimpah ke luar, ke pekarangan, sekarang tinggal 2 baris. DUA BARIS. Astagfirullah.

Sebenarnya tidak ada masalah, kalo mau beli baju baru, mau bikin kue, mau mudik juga gapapa. Tapi ibadah jangan ditinggal donk, ini mentang-mentang udah di kampung, udah ngumpul ama keluarga, taraweh ditinggal, mesjid tetap lengang. Rugiii….

Yang paling lucu adalah, di masjid depan rumah saya, berkurangnya shaf jamaah taraweh dan subuh sudah dimulai persis setelah pesantren ramadhan berakhir, dan entah ada hubungannya atau tidak, saya merasa ini terkait dengan program pesantren ramadhan setiap tahun yang diadakan Pemkot Padang untuk kegiatan siswa dan siswi sekolah agar berkegiatan di mesjid selama ramadhan yang belum maksimal. Pelaksanaan Pesantren dilakukan para siswa-siswi ini hanya sebatas kewajiban, hari pertama sampai minggu selesai pesantren ramadhan suasana bulan suci ini masih terasa, tapi setelah Pesantren Ramadhan berakhir yang tinggal setia tetap kemejid adalah para bapak-bapak dan ibu-ibu yang notabene sudah rajin pula dihari biasa. Padahal, setelah melakukan pengamatan bertahun-tahun, jemaah mesjid di depan rumah saya ini, yang meramaikan adalah para siswa-siswi. Mungkin ini juga terasa di tempat teman-teman atau bagaimana, hanya saja penyebabnya berbeda.

Tidak banyak ulasan mengenai hal ini di internet, tetapi setidaknya saya menemukan artikel yang bisa dikaitkan dengan judul di atas. Di dalam blog friendmagazine, dikatakan bahwa ada 3 fakta pelaksanaan ibadah orang Indonesia di bulan Ramadhan,

  Awal pada bulan puasa adalah hari yang ditunggu tunggu oleh banyak sebagian umat muslim untuk mengawali bulan yang penuh barokah. Sebagian besar berbondong bondong melakukan ibadah untuk mengawali hari pertama di bulan ramadhan tersebut, Tempat ibadah pun dipenuhi dengan antusiasme orang yang ingin melakukan ibadah.

  Pada fakta kedua ini terjadi sekitar kurang atau lebih dari satu minggu pada bulan ramadhan bahwa kebanyakan dari sebagian masyarakat kita yang menyibukan diri untuk mencari tempat atau restaurant yang cocok untuk melakukan kegiatan buka puasa bersama atau yang dikenal (Bukber).

  Pada fakta ketiga adalah fakta yang terjadi menjelang hari raya idul fitri dimana banyak orang-orang memenuhi pusat perbelanjaan atau mall. Sebagian besar dari mereka Sibuk mempersiapkan pakaian untuk merayakan hari raya tersebut. Budaya ini seperti sudah menjadi kewajiban bagi kita semua untuk memiliki pakaian baru di hari raya tersebut. Seseorang yang tidak pernah melakukan kewajiban ibadah puasa pun turut serta meramaikan hari kemenangan tersebut dengan menyibukan diri memilih pakaian baru tersebut.

Jika dilihat kemudian adalah, dari ketiga fakta tersebut di atasbisa dikatakan bahwa yang memungkinkan melakukan fakta kedua dan ketigaadalah anak muda, dan sejalan dengan fakta yang saya beberkan tentang mesjid yang ada di depan rumah saya tadi adalah juga mengenai anak muda. Maka bisa diambil kesimpulan sementara bahwa fenomena yang terjadi di Indonesia adalah fenomena buntut tikus, makin keujung makin kecil dimana seleksi alam yang membuat orang-orang yang sampai pada akhir ramadhanlah yang menang.

Terkesan lumrah memang, tetapi jika yang tetap setia beribadah adalah orang-orang yang sudah tua dan sudah terbiasa ke mesjid, tentu percuma. Karena, keadaannya tidak membanggakan, walaupun ada anak muda yang mampu meyelesaikan tantangan sampai akhir ramadhan, tetapi tidak banyak. Menjadi lebih buruk lagi apabila ibu-ibu dan bapak-bapak yang tetap beribadah tersebut, tak mengajak anaknya untuk turut beribadah sampai akhir ramadhan bahkan ikut-ikutan beralasan untuk tak beribadah, mungkin ini bisa dihubungkan dengan firman Allah SWT, surah At-Tahrim Ayat 6 : " Peliharalah dirimu dankeluargamu dari api neraka “


 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6)

dan Qatâdah rahimahullah berkata, “(Menjaga keluarga dari neraka adalah dengan) memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada Allâh dan melarang mereka dari kemaksiatan kepada Allâh Azza wa Jalla , dan mengatur mereka dengan perintah Allâh Azza wa Jalla , memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla , dan membantu mereka untuk melaksanakan perintah Allâh. Maka jika engkau melihat suatu kemaksiatan yang merupakan larangan Allâh, maka engkau harus menghentikan dan melarang keluarga(mu) dari kemaksiatan itu”. [Lihat semua riwayat di atas dalam Tafsir Ibnu Katsir

Dari penjelasan di atas sangat jelas bagi kita bahwa mengajak keluarga untuk taat kepada Allah adalah sebuah keharusan. karena jika kita hanya beribadah sendiri, maka sama saja dengan menjerumuskan keluarga kita ke api neraka. Maka dari itu, marilah kita mengajak anak, adek, kakak, suami, ataupun istri kita untuk memaksimalkan ibadah di bulan ramadhan, karena puasa dan segala ibadah yang ada didalamnya adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah.

Apalagi puasa adalah tempat training bagi segenap umat Islam, untuk bisa konsisten dalam melakukan segala hal.Tempat pelatihan dimana setiap orang diajarkan untuk bisa melawan segala hawanafsunya. Jika pada akhir bulan Ramadhan kita tidak lagi mampu untuk menjagakonsistensi beribadah kita dan larut dalam menuruti keinginan untuk keinginankita semata, maka training yang kita lakukan pada bulan ramadhan telah gagal menghasilkan sesuatu bagi diri kita.  Walaupun pemerintah kota sekalipun yang membuat program agar anak mampu beribadah di mesjid, apabila tidak didukung oleh keluarga, akan sia-sia.

Sesuai dengan judul di atas, tulisan ini dibuat diakhir ramadhan dengan harapan menjadi pedoman untuk kegiatan ramadhan yang akan datang agar kita bisa menjadi lebih baik, walaupun tidak ada yang tahu umur kita akan berhenti kapan dan dimana. Berhubung ini sudah di penghujung ramadhan, marilah kita pergunakan waktu sebaik-baiknya, tak perlu ada alasan, mari kita maksimalkan waktu yang sedikit ini. baik itu yang sudah berada di kampung atau yang ada tetap di kota. berubah sekarang juga!

terima kasih kepada orang yang sudah menanamkan makna puasa adalah tempat training bagi segenap umat Islam, untuk bisa konsisten dalam melakukan segala hal. untuk yang belum, mari kita mulai sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun