MNEK 2023 ini adalah latihan keamanan multilateral terbaru pasca meningkatnya ketegangan dan ketidakpastian di wilayah Laut Cina Selatan.
Keputusan pelaksanaan MNEK 2023 ini diambil pada pertemuan para komandan militer 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Indonesia, yang akan menjadi tuan rumah latihan di Laut Natuna Utara, perairan paling selatan di Laut China Selatan.
Latihan bersama yang dibuka oleh Panglima TNI Laksamana Yudo Margono ini adalah kegiatan latihan yang digelar secara rutin oleh TNI AL, yang mana merupakan implementasi dari tugas pokok TNI Angkatan Laut dalam bidang diplomasi dan militer yaitu dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) bersama dengan Angkatan Laut negara sahabat dalam aksi penanggulangan bencana alam dan bantuan kemanusiaan, serta ancaman bersama aspek maritim.
Menurutnya, penguatan diplomasi angkatan laut seperti ini harus terus dipupuk. Selain sebagai sarana diplomasi, latihan bersama ini juga untuk memastikan stabilitas keamanan wilayah laut Indonesia mengingat wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara.
MNEK 2023 ini dilakukan dengan didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling menghormati. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan persaudaraan di kalangan negara-negara peserta latihan gabungan serta berbagi pengalaman dan menyiapkan kerangka kerja sama dalam menghadapi situasi krisis dalam bidang keamanan maritim.
MNEK 2023 dilakukan pada saat memuncaknya ketegangan antara dua raksasa ekonomi terbesar di dunia yakni Amerika Serikat dan China.
Pihak Amerika Serikat menyebutkan bahwa kapal perang China telah menerobos jalur di depan kapal induk Amerika Serikat dalam skala "interaksi berbahaya".
Dalam latihan gabungan tersebut, Angkatan Laut China bahkan mengirimkan kapal induk Zhanjiang dan fregat Xuchang, di mana kedua kapal itu telah dilengkapi dengan peluru kendali, berdasarkan laporan media pemerintah China CCTV pada hari Senin (05/6).
MNEK 2023 ini digelar di saat China dan AS tengah saling meningkatkan diplomasi masing-masing militernya di kawasan Asia Pasifik, yakni dengan mengadakan latihan perang rutin antarsekutu dan mitra di sekitar Taiwan, hingga di jalur perairan yang sibuk di Laut China Selatan dan Pasifik barat.
Latihan gabungan komodo ke-4 tersebut juga dilakukan hanya beberapa hari setelah insiden pertemuan kapal perang Amerika Serikat dan China di Selat Taiwan.
Salah satu pengamat militer dari The Institute of Security and Strategic Studies (ISSS) menilai bahwa latihan bersama ini sebagai bentuk diplomasi pertahanan yang dilakukan Indonesia untuk membangun kepercayaan, mengurangi kekhawatiran dan kesalahpahaman antar negara dan bukan dalam konteks untuk menghadapi kekuatan besar yang ada.