Salah penyebabnya yang saya alami adalah melalui hubungan pertemanan, teman yang sering dianggap sebagai orang yang mendukung kita dalam situasi apapun justru menjatuhkan dengan segala apapun. Yang membuat diri kita hina bukan orang yang memaki kita dengan abstrak melainkan orang yang terdekat kitalah yang menghina kita sedalam dan semenyakitkan karena orang tersebut mengetahui perilaku kita dalam sehari hari itulah yang dinamakan oleh pertemanan palsu.
“Pertemanan palsu adalah yang terburuk. Hindari sebisa mungkin, jika kamu jujur dan terus terang dan bermaksud baik, itu tampak dimatamu. Tidak mungkin disalah artikan.
–Marcus Aurelius –
Teman palsu dapat mencelakan kita karena kewaspadaan kita sudah terkabul, jika harus berurusan dengan orang baru atau orang yang memang mau memusuhi kita secara otomatis harus bersikap waspada. Secara tidak langsung teman atau orang dekat kita dapat membutakan diri dari fakta bahwa dia sebenarnya tidak tulus sesungguhnya ialah yang ingin mencelakai kita.
“Pilihlah teman yang tidak bercacat moral: seperti kita tidak ingin bercampur dengan orang sakit agar kita tidak tertular.. khususnya hindari mereka yang selalu murung dan meratao dan selalu menemukan alasan untuk mengeluh…sesunggahnya teman yang selalu merasa kesal dan menggerutu adalah musuh Bagi kedamaian jika kita”
–On Tranquality Of Mind –
Teman bisa kata sebagai orang lain karena mereka bukan saudara yang lahir dari bapak ibuk yang sama, bukan saudara sepupu, melainkan orang yang kita kenal melalui proses saling bertanya nama dan lain lain. Marcus memiliki delapan tips untuk mengahadapi orang lain diantara lain :
- Menyadari bahwa orang lain didorong oleh apa yang mereka percayai dan apa mereka banggakan.
- Jika apa yang dilakukan mereka benar, tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluh, jika mereka lakukan keliru menyadari bahwa mereka tidak melakukanya dengan sengaja akan tetapi lebih tepatnya ketidaktahuanya.
- Ingatlah kepada diri kita banyak melakukan kesalahan.
- Jika kita menganggap orang lain melakukan keselahan belum tentu tahu bahwa itu merupakan keselahan, apa yang mereka lakukan mungkin itu hanyalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu.
- Kendalikan emosi kita atau rasa dendam kita kepada orang lain karena sejatinya kehidupan manusia sangatlah singkat dan akan kembali kemaha kuasa.
- Apa yang dilakukan orang lain itu dapat menggangu kita itu merupakan suatu persepsi yang salah. Dengan hal itu kita menyadari bahwa sesungguhnya kita tidak benar benar terlukai olehnya.
- Kita lebih baik banyak kerusakan yang diakibatkan oleh kemarahan dan kesedihan dari pada kita yang membuat hal yang menyebabkan kemarahan dan kesedihan tersebut.
- Teruslah berbuat kebaikan dengan tulus tanpa pencitraan karena orang sejahat apapun tidak berdaya ketika kita memperlakukanya dengan rasa kelembutan.
Sebetulnya saya ingin membalaskan dendam kepada teman saya yang sering mengejek saya serta menghina, rasanya sangatlah marah sekali seperti api yang ingin melahap kayu didalam hutan. Namun ketika saya menemukan buku ini saya sadar bahwa marah itu sangatlah rugi dalam kehidupan sosial dan rasah marah membuat pikiran kita rusak dalam bersosialisasi bahkan orang orang yang menghina saya akan lebih banyak dari sebelumnya.
Buku ini juga menjelaskan bahwa murka kepada orang lain bukanlah sifat terpuji, tapi kesantunan dan kebaikanlah yang menentukan sifat kemanusiaan seseorang tersebut. Sesungguhnya orang lembutlah yang memiliki kekuatan dan keberanian, kemarahan kepada orang adalah hambatan kita dalam menjalani kehidupan.
“Dalam hidup orang orang yang akan menghalangi jalanmu. Mereka tidak bisa mencegah kamu melakukan yang baik dan tidak bisa mencegah kmau menoleransi mereka juga… karena marah adalah juga kelemahan, sama seperti menjadi patah orang dan menyerah berjuang. Keduanya adalah desertir: mereka yang menghindar dan memutuskan hubungan dari sesama manusia
(Marcus Aurelius)