Mohon tunggu...
Najamuddin
Najamuddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahzab Fiksi, Suara Dari Timur, mencintai Yang Lain.

Forum Intelektual Komunikasi Penyiaran Islam (FIKSI).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Alineasi Tubuh Perempuan

26 Desember 2021   16:44 Diperbarui: 26 Desember 2021   17:19 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengenali diri bukan ketika tampil sexi dan memiliki tubuh ideal, tapi mengenali diri ketika kita mampu bercermin tapi tidak bersolek didepan bayanganmu.

Terdapat proses-proses produksi ketika perempuan menginginkan tubuh ideal. Ketika tubuh ideal sudah sesuai yang di contohkan dari berbagai produk kecantikan tubuh maka yang menikmati hasil produksi tubuh ideal perempuan pun bukan hanya si pemilik tubuh tapi tubuh yang lain pun ikut menikmatinya. Tubuh ideal perempuan akan menjadi objek bagi tubuh yang lain. Pada kondisi ini lagi-lagi tubuh perempuan pun merasa terasing pada tubuhnya sendiri.

Apakah tubuh perempuan yang mengnginkan tubuh ideal itu? ataukah permintaan tampil modern dan paksaan kondisi sosial seperti yang dicontohkan di iklan-iklan? apakah kebebasan seperti itu yang di inginkan perempuan? Bebas memilih bentuk tubuh dan gaya sexi? Mari sama-sama kita berkontempelasi.

Karl Marx lalu menganggap alineasi akan diakhiri melalui penghapusan hak milik dan perebutan mesin-mesin produksi oleh kaum buruh, dan itulah revolusi. Apakah mesin-mesin produksi kecantikan harus direbut dan melakukan penghapusan hak milik demi tercapainya kebebasan perempuan? Saya pikir tidak semudah itu, revolusi bagi perempuan tidak akan terjadi kalau pikiran-pikiran tubuh ideal masih menghantui nalar-nalar kritisnya.

Menjadi diri sendiri, juga sudah pernah di ingatkan oleh salah tokoh eksistensialis dari Perancis Juan Paul Sarte. Menginginkan tubuh yang ideal karna disibukkan oleh komentar-komentar orang lain, tidak pede tampil didepan umum karna dibilang gendut oleh orang lain, dan akhirnya kehidupan, penampilan, bahkan tubuh yang ideal terkungkung karna komentar orang lain. Di situlah berlaku jargon bahwa orang lain itu adalah neraka.    

Tubuh perempuan harus dibebaskan, dan sadar akan dirinya sendiri, sadar akan dirinya bisa menjadi subjek dalam aktivitas sosial, dengan subjek inilah perempuan akan memiliki eksistensinya yaitu kebebasan. Inilah salah satu revolusi bagi perempuan dari objek menjadi subjek.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun