Permainan: Cara Kreatif untuk Belajar
Salah satu alasan mengapa metode Emo-Demo sangat efektif adalah karena pendekatannya yang menggunakan permainan edukatif. Di Desa Petungsewu, tim penyuluh memilih tiga permainan dari total 12 permainan yang umumnya digunakan dalam Emo-Demo. Permainan ini dipilih dengan pertimbangan waktu serta kebutuhan masyarakat setempat. Masing-masing permainan dirancang untuk menyampaikan pesan yang jelas dan menggugah kesadaran ibu-ibu tentang pentingnya pencegahan stunting.
1. Cemilan Sembarangan
Permainan pertama yang diperkenalkan adalah "Cemilan Sembarangan." Dalam permainan ini, ibu-ibu di Desa Petungsewu diajak untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang mereka berikan kepada anak-anak mereka. Cemilan yang tidak sehat, seperti makanan ringan yang tinggi gula atau garam, sering kali menjadi penyebab masalah gizi buruk. Dalam permainan ini, ibu-ibu diberikan berbagai jenis cemilan dan harus memilih mana yang baik dan mana yang sebaiknya dihindari.
Dengan menggunakan alat peraga sederhana seperti gelas plastik dan bola warna-warni, ibu-ibu diajak untuk memvisualisasikan dampak dari memilih makanan yang tidak sehat. Gelas plastik mewakili tubuh anak, dan bola warna-warni mewakili nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Semakin banyak bola berwarna cerah yang masuk ke dalam gelas, semakin baik asupan gizi yang diterima anak. Sebaliknya, jika bola berwarna gelap yang mendominasi, ini menunjukkan bahwa anak-anak lebih banyak mengonsumsi makanan tidak sehat.
Permainan ini tidak hanya edukatif, tetapi juga menyenangkan. Para ibu merasakan langsung bagaimana sulitnya membuat pilihan yang tepat dalam situasi nyata, sehingga mereka lebih memahami dampak jangka panjang dari kebiasaan memberi cemilan yang kurang sehat.
2. Membayangkan Masa Depan
Permainan kedua, "Membayangkan Masa Depan," benar-benar memanfaatkan aspek emosional dari teknik Emo-Demo. Dalam permainan ini, ibu-ibu diajak untuk membayangkan masa depan anak-anak mereka. Dengan menggunakan kartu cita-cita dan tali rafia sebagai alat peraga, ibu-ibu diminta untuk memvisualisasikan apa yang mereka inginkan bagi anak-anak mereka di masa depan.
Kartu cita-cita berisi berbagai profesi atau mimpi yang mungkin dimiliki oleh anak-anak, seperti dokter, guru, atau pengusaha. Setiap ibu memilih kartu yang paling sesuai dengan harapan mereka terhadap anak-anaknya. Setelah itu, mereka diminta untuk menghubungkan kartu tersebut dengan tali rapia, yang mewakili perjalanan hidup anak. Di sepanjang perjalanan ini, ibu-ibu diajak untuk memikirkan apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut, salah satunya adalah memastikan anak tumbuh sehat dan terhindar dari stunting.
Permainan ini sangat menggugah emosi para ibu. Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa peran mereka sangat besar dalam menentukan masa depan anak-anak mereka. Dengan visualisasi ini, ibu-ibu semakin sadar bahwa gizi yang tepat dan perawatan yang baik sejak dini sangat penting untuk mewujudkan masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka.