Mohon tunggu...
Nais Saepulhaq
Nais Saepulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Republik Tinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toilet, Sindiran untuk Masjid

23 Mei 2017   12:02 Diperbarui: 23 Mei 2017   12:23 1881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, saya sempat menyaksikan pemberitaan Metrotv tentang sebuah prestasi yang torehkan oleh salah satu Bandara disalah satu kawasan di Indonesia. Yang membuat saya terperanjat adalah kategori prestasi yang diraih oleh bandara ini adalah toilet 3 dimensi terbaik yang dimilikinya pada Bandara Awards tahun 2016. Seperti yang diberikatan oleh Republika.co.Id, Balikpapan, Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan kini semakin apik mendesain toilet berkonsep tiga dimensi (3D) di bandar udara terbesar di Kalimantan Timur itu. Bandara Sepinggan meruapakan salah satu bandara di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura I (Persero). Toilet umum yang berada di lantai tiga terminal Departure (Pemberangkatan), tepatnya di depan Gate 10 didesign sedemikian rupa dengan gambar 3D yang keren sehingga dapat juga digunakan untuk Selfi Spot oleh para penumpang bandara.

Lalu apa yang aneh dan menariknya, tiba tiba saya harus membahas tentang hal yang sudah lewat satu tahun ke belakang dan tak terlalu menarik untuk diketahui oleh orang yang tidak berkebutuhan dengan jasa penerbangan. Bagi saya, justru sesuatu yang sederhana dan sepele tak banyak orang yang terlalu peduli untuk menjadikannya sebagai bagian dari bahasan dan landasan berfikir dalam rangka memperbaiki ruang lain dengan bercermin kepada prestasi sekecil itu. Mari kita gali fakta toilet.

1. Toilet adalah sebuah tempat yang selalu identik dengan kotoran, bau tak sedap dan membuat orang enggan berlama lama tinggal didalamnya. Sehingga tak banyak orang akan memusatkan perhatiannya untuk terlalu peduli memelihara sebuah ruang toilet.

2. Toilet sebagai Bisnis yang menjanjikan. Benar sekali, jika toilet ini bagi sebagian orang yang memiliki modal besar akan rela mengeluarkan isi kantongnya untuk berinvestasi memiliki layanan jasa toilet ditempat umum. Bayangkan saja jika toilet komersil yang berada diterminal bus yang tiap harinya dijadikan tempat lalu lalang calon penumpang, dengan menawarkan tarif rata-rata 2.000 saja dikalikan jumlah banyak orang yang dipastikan setiap menit punya kebutuhan privasi ‘panggilan alam’, katakanlah selama 24 jam ada pengguna toilet ini mencapai 500 orang, maka keuntungan yang akan diperoleh mencapai satu juta. Jika demikian dalam sebulan keuntungan didapat sekitar 30 juta. Sungguh Menjajikan! luar biasa bisa menyaingi honor seorang anggota DPR, apalagi gaji guru yang jauh lebih kecil berpuluh kali lipat.

Jika kita perhatikan fungsi toilet pada poin pertama, tentunya kita semakin cuek dan tidak menumpahkan perhatian untuk mempoles dan mendesign toilet seindah mungkin. Terlebih kita punya anggapan bahwa toilet digunakan bersama orang lain. Barangkali kita akan lebih mengganggap wajar jika perhatian poin kedua, toilet sebagai komoditas bisnis sebagai layanan jasa, sudah seharusnya menambah pelayanan yang akan membuat betah para pengguna jasa. Tetapi buktinya, tak banyak yang dilakukan oleh para owners dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dengan mendesign ruangan toilet seindah dan menjadi tempat yang compy, menghilangkan kesan bau, kotor dan tak nyaman ditempati. Dan bisa jadi alasan Pengunjungpun memilih toilet itu karena tidak ada pilihan tempat lain.

Bandara SAMS ini adalah sebuah ide brilian yang menunjukan pada public bahwa sebuah good serviceadalah hal prioritas yang harus disuguhkan oleh para pemilik public service.Tempat yang dituduhkan paling identik kotor tapi disulap menjadi sangat indah menunjukan bahwa fasilitas lain disekitar Bandara pasti lebih bersih dan indah. Ada pesan yang teramat dalam yang bisa kita tangkap dari prestasi toilet Bandara SAMS :

1. Make them at home.Jika kita ingin tempat kita dikunjungi lebih banyak visitors (terlepas apakah kepentingan komersil atau bukan), maka utamakan pelayanan yang baik dan buat mereka nyaman. Mulailah dari sampel tendensius, yaitu toilet yang akan dianggap representatif untuk kesan bersih diseluruh fasilitas yang ada.

2. Make them as the owner.Kemudian didiklah mereka (para pengguna layanan) merasa memiliki dengan aturan aturan yang mengikat. Aturan itu tidak harus berupa anjuran atau punishment.Anjuran membuang sampah sembarangan tidak harus dengan cara menempel pengumuman larangan, tapi cukup dengan menyediakan tempat sampah didalamnya, sehingga pengguna tidak merasa kesulitan untuk membuang sampah.

Seni memang indah dan selalu mendidik orang untuk berprilaku indah. Seperti halnya ajaran apapun termasuk islam yang selalu meyakinkan umatnya bahwa Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Menjadi wajar, bila konsep yang sebenarnya lebih dahulu termaktub pada pedoman hidup umat islam dalam menjaga kebersihan dan keindahan, menjadikan komunitas muslim sebagai Pionir untuk menerapkan ajarannya pada kehidupan nyata. Mohon maaf, selebihnya masyarakat muslim kita ternyata harus dihadapkan oleh kenyataan bahwa kebersihan baru sebatas konsep dan ajaran belum banyak dijadikan sebagai implementasi yang membuat kesan indahnya kehidupan. Kita sadari, masjid sebagai salahsatu tempat yang paling sakral dikalang umat islam, masih banyak yang tampak tak terurus dan kotor. Sekali lagi saya katakan, Ini murni tentang menejeman. Mungkin bagi sebagian mesjid, alasan yang sering muncul adalah tidak terbentuknya organisasi makmur masjid yang sering disebut dengan DKM. sudah ada tapi tidak berfungsi, atau sudah ada struktur organisasi tetapi kurangnya trik pendidikan untuk menyadarkan masyarakat yang menggunakan masjid untuk merasa memiliki sehingga ikut bertanggungjawab memakmurkan dan menjaga kebersihan bersama.

Kita mungkin harus merasa malu, jika Toilet SAMS ini lebih bersih dibanding beberapa masjid kita yang belum tampak maksimal menejemen kebersihan dan keindahannya. Padahal Toilet hanyalah sebuah tempat pembuangan kotoran manusia sementara masjid adalah tempat ibadah yang memediasi pertemuan kita dengan Tuhan, dan harusnya lebih bersih dari sebuah toilet.

Lalu, akan kah kita biarkan lebih banyak orang yang mengunjungi Toilet karena kenyamanannya untuk ditempati daripada mengunjungi masjid dengan alasan ketidaknyamanan. Kalau demikian berarti kita membiarkan mereka untuk lebih dekat dengan Syetan dari pada Tuhan, pasalnya toilet dalam keyakinan kita adalah salah satu tempat yang nyaman bagi syetan. Sudahlah, ini mungkin jadi Sindiran toilet bagi Masjid agar umat muslim segera membumikan konsep serta keyakinan ajarannya untuk selalu hidup bersih dan indah. Wallahu A’lam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun