Mohon tunggu...
Nais Saepulhaq
Nais Saepulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Republik Tinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wannacry, Tak Indonesiawi

17 Mei 2017   21:08 Diperbarui: 17 Mei 2017   21:18 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

12 Mei 2017 menjadi permulaan sejarah tersendiri bagi pengguna layanan internet, pasalnya cyber wold digemparkan oleh 'Cyber teror' yang telah menyerang lebih dari 150 negara. sebuah virus yang telah mengancam para pengguna computer yang tersambung dengan jaringan internet, dan yang membedakan dengan virus sebelumnya, pelaku berupaya mengunci (enscrypt) atau menyandra data komputer lalu mereka menawarkan tebusan untuk mendapatkan password agar dapat membuka kembali file yang telah di enscrypt. Oleh karenanya ransomeware ini kemudian disebut dengan WannaCry yang berarti Wanna Decryptor. Wanna merupakan penulisan slank bahasa inggris dari 'want to' yang berarti Ingin/Mau. Sementara Descryptor adalah kebalikan enscrypt (Mengunci) Yaitu pembuka, sehingga kalau disatukan memiliki arti Menginginkan Pembuka Kunci.

Pelaku serangan akan menuntut korban untuk menebus password (Descryptor) melalui pembayaran Bitcoin dengan cara memberikan petunjuk bagaimana cara membelinya, dan memberikan alamat Bitcoin untuk dikirim. sekedar informasi Btcoin adalah sebuah uang elektronik yang di buat pada tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto. Dan hebatnya desain dari Bitcoin memperbolehkan untuk kepemilikan tanpa identitas (anonymous). Hal ini yang menyulitkan kita menelusuri siapa atau alamat dari pemilik dari bitcoin itu.

Sebenarnya ada dua jenis ransomware, yaitu Locker dan Crypto. Pada Locker, si peretas hanya mengunci Anda dari data dengan menambahkan password (PW) yang hanya diketahui oleh si peretas. Namun akhir-akhir ini sudah bisa diakali oleh beberapa tim ahli untuk mendapatkan PWnya. berbeda dengan Crypto, bukan hanya data yang dikunci melainkan juga dienkripsi dengan program yang hanya diketahui oleh si peretas. Sehingga kalaupun Anda bisa membuka kuncinya, data-data milik Anda tidak berguna karena dienkripsi menjadi data yang tak dikenal.

Sudahlah, mungkin pembaca bisa lebih dapat lebih banyak informasi prihal wannacry ini dari situs atau sumber lain dibanding pengentahuan saya yg sangat terbatas. Pada tulisan ini, saya menganggap unik atas penamaan virus ini dengan Wannacry yang merupakan singkatan dari Wanna Des(CRY)pter, padahal bisa saja menjadi 'WannaDes' atau 'wannapter' dan yang lainnya. Tetapi menurut saya, Wannacry yg lebih tepat pasalnya serangan virus ini bisa membuat sang korban wannacry (ingin menangis), menyesal dan kehilangan segalanya (data penting). 

Selain virus ini menjadi salah satu penyebab dari cybercrime yang membuat setiap orang Wannacry (Ingin menangis), Ternyata konsep 'Wannacry' Juga bisa dijadikan modus bisnis dunia maya. Silahkan perhatikan dan setiap user medsos dipastikan telah menjad saksi, banyak modus kejahatan dunia maya, untuk mengelabui para korban, sang pelaku membuat sebuah advertising image (Kesan iklan) dengan gambar atau adegan yang membuat pembaca ingin menangis merasa iba dan kasihan (Wannacry). 

Pertama, kasus penjualan akun Facebook kepada Calon penipu online, sang pemilik Facebook akan mendapatkan nilai jual tinggi jika setiap postingannya mendapatkan ribuan like. Maka untuk mendapatkan ribuan like, account owner berupaya mempsting gambar dan tayangan video yang dapat menarik simpati pembacanya dengan harapan banyak yang like. So people say : 'Yes, i wanna cry so i give you Like'. Setelah memenuhi target ribuan likers, akun pun dapat dijual kepada org lain yang akan mempergunakannya sebagai akun shopping/Toko online. Kebanyakannya toko online yang dimaksud adalah Toko online penipuan yang mendapatkan kemudahan mendapatkan kepercayaan orglain atas dasar akunnya yg telah banyak likers. (Ah mungkin harus ada pembahasan lain tentang ini- Terlalu panjang saya uraikan disini).

Kedua, Mustafa Alsarout, seorang jurnalis juga 'Mujahidin' dan 'Allepo Media Center', yang dulu sempat memproduksi poto 'bocah dikursi oranye', telah menampilkan adegan adegan menangis dirinya bersama para korban perang suriah dengan harapan menarik perhatian dunia supaya menyalahkan Pemerintah suriah pada kejadian di Rashidin (Idlib). Yes, Sir! I wannacry and i have to blame on suria government. 

Benar, hari ini 'Wannacry' telah menjadi virus jahat yang memeras korban menyerahkan sejumlah uang (Walaupun tidak ada jaminan, setelah mengirim uang, descrypter akan diberikan, malah bisa jadi tindakan pemerasan selanjutnya). 'Wannacry' (ingin menangis) telah menjadi industri baru untuk mencuri perhatian orang banyak, sehinnga sang pelaku mendapatkan simpati dari banyak orang. Dan yang salah, kepercayaan simpati tersebut malah dijadikan modus kejahatan, penipuan, impeachmen politik dan merauk keuntungan pribadi (Self profit).

 Keadaan ini jelas jelas telah melanda bangsa ini, bangsa yang sangat murah hatinya untuk mentradisikan rasa simoati kepedulian antar sesama, tetapi tradisi baik nan manusiawi dari karakter bangsa ini telah dimanfaatkan oleh orang orang tak beradab untuk melancarkan niat jahatnya. Maka tidak salah, hari ini banyak masyarakat yang tidak mudah berbuat baik dan simpati serta peduli ketika berada di tempat umum, karena takut bahwa yang ada hanyalah sebuah modus kejahatan. Krakter bangsa ini hilang karena selalu dimanfaatkan oleh 'Industri' Politik dan bisnis instan.

I wanna Cry, karena semua ini tidak INDONESIAWI

Mari bersama ciptakan Madrasah Cyber untuk mendampingi anak bangsa agar benar dan tepat mendapatkan, mengolah serta mengkatualisasikan informasi.

Ready Corrected!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun