Mohon tunggu...
Naini Nafisyah
Naini Nafisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Kritik membangun lebih baik daripada Saran manipulatif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ketika Agama Berbicara Feminisme

19 Desember 2021   15:54 Diperbarui: 19 Desember 2021   16:27 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti dalam batasan aurat, wanita memiliki batasan untuk menunjukan fisiknya. Berbeda dengan laki-laki yang boleh menunjukkan tubuhnya sebanyak 70%. Dalam rumah tangga pun ada aturan dalam islam bahwa hanya pihak suami lah yang berhak memukul istri, sedangkan istri tidak boleh. 

Laki-laki dpaat menikah dengan maksimal empat wanita. Jika suami sudah merasa istrinya tidak baik untuknya, suami dapat langsung mentalaq istrinya saat itu juga tanpa harus melalui jalur hukum. Berbeda dengan perempuan yang tidak memiliki kebebasan tersebut. Wanita tidak diperkenakan menjadi pemimpin karena dalam politik islam pemimpin haruslah laki-laki. 

Dalam buku ini dipaparkan sebuah peristiwa ekstrem kaum femen. Femen yaitu kelompok feminisme radikal yang lahir pada tahun 2008 di Ukrania. 

Salah satu aksi ekstrem yang dilakukan femen pada saat itu mereka melakukan konvoi dengan bertelanjang dada dengan berbagai tuntutan mereka, stop sex tourism,girl shouldn't sell themselves, I am a woman not an object. Femen mendukung pembukaan aurat bagi kaum wanita. Namun mengecam prostitusi terhadap wanita. Padahal dua hal tersebut saling berhubungan.

 Itu merupakan gambaran bagaimana kaum wanita terjebak dalam arus liberalisme. Kaum wanita yang pemikirannya telah dipengaruhi oleh feminisme liberalis akan kian terobsesi dengan kebebasan tubuhnya sendiri. Paham liberalisasi akan membuat mereka mengangap bahwa membuka aurat telah mendobrak dominasi pria dan menyelesaikan permasalahan kebebasan kaum wanita.

Kaum wanita akan melakukan dan menjadi apa saja untuk mengembangkan dirinya dengan mengatasnamkan Hak Asasi Manusia (HAM). Kaum wanita akan gencar bersaing dengan laki-laki. Jika pria boleh melakukan sesuatu maka wanita juga harus boleh melakukanya. Sehingga apapun boleh dilakukan oleh kaum wanita yang sampai melupakan fitrah da norma. Padahal. Kodrat diantaranya berbeda, kebutuhan dan fisiknya berbeda. 

Keseteraan bukan diimbaskan pada standar pencapaian yang sama antara wanita dan laki-laki, karena jika demikian selamanya wanita tidak akan bisa mencapainya.

Kaum wanita yang hanya berfokus pada karir akan melepaskan kodratnya sebagai ibu. Jika tidak maka akan timbul suatu masalah dalam keharmonisan keluarga karena peran dan fitrah dari ayah dan ibu akan tidak berjalan sebagaimana harusnya dan itu akan menimbulkan berbagai permasalahan kedepannya. 

Kaum wanita akan enggan membangun sebuah komitmen pernikahan dan kebutuhan seks hanya akan sekedar seks diluar hubungan yang sah. Itu menyebabkan banyaknya seks bebas.Wanita akan enggan mengurus bayi sehingga akan meningkatkan resiko aborsi atau hilangnya generasi penerus. Wanita akan berpikiran untuk berhubungan dengan sesame jenis saja, karena alasan akan saling mengerti dan tidak ada resiko kehamilan. 

Banyak orang pada zaman modern yang masih belum paham perbedaan antara wanita dan laki-laki. Kaum feminis meperparah dengan doktrinisasi ide-ide gagal paham mengenai "kesetaraan" yang dikira "sama dalam segala hal" dengan laki-laki. Padahal dilihat dari segi ilmiah, laki-laki an wanita terlahir dengan proporsi yang berbeda diikuti dengan peran keduanya dalam kehidupan. 

Otak manusia terbagi antara otak kanan dan otak kiri. Koneksi antara otak kanan dan kiri wanita 30% lebih tersambung daripada otak laki-laki. Sehingga, wanita lebih mudah mengerjakan banyak hal dalam satu waktu daripada laki-laki yang hanya bisa berfokus pada satu hal. Dalam hal berbicara wanita lebih banyak memiliki kosa kata daripada laki-laki yang lebih suka berbicara to the point. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun