AKU CINTA INDONESIA AKU CINTA INDONESIA AKU CINTA INDONESIA
Aku terlahir di Indonesia, aku mencintaimu seperti diriku sendiri , aku berbakti bagimu walau aku tak dikenal, aku bagian terkecil dari Indonesia, darahku Indonesia dan aku terlahir dari suku yang seolah tak memiliki hak atas Indonesia.
Aku mencintaimu Indonesia, tanahmu yang berlekuk-lekuk dan berbukit-bukit, bahkan anginnyapun menyapa daun-daun nyiur yang sama di tepi pantainya , bukankah itu bukti bahwa kita memiliki hak yang sama dalam sebuah perbedaan ?
Aku mencintaimu Indonesia, walau di sana aku harus menangis, mengalah, bahkan aku harus diam demi sebuah kedamaian, tapi masih kulihat para tua-tua mengadu domba para pewaris negeri ini.
Aku mencintaimu Indonesia, dari setiap nyanyian alam terbang ke mana ia mau, dan ia membatu di dalam jiwa-jiwa taruna-taruna bangsa ini.
Aku mencintaimu Indonesia, dimana engkau membagi-bagikan kekayaan leluhur tetapi masih banyak yang tidak sampai ke tangan-tangan yang lemah di perbatasan.
Aku adalah bagian dari leluhur bangsa Indonesia, bagaiamana mungkin seekor iblis menjelma di mulut-mulut bengis, yang dengan mudah memotong-motong nadi-nadi persatuan ? sehingga aku pun harus rela kehilangan sahabat-sahabatku karena tafsiran-tafsiran yang membabi buta, aku harus melihat orang-orang disekelilingku menahan seleranya untuk sehidangan denganku.
Aku adalah bagian dari berbagai perbedaan bangsa ini,tapi aku harus kehilangan salam yang manis karena sebuah pengajaran, terpaksa aku menahan tanganku, walau aku merasa bahagia atas keberhasilan sahabatku.
Dulu kami selalu bermain bersama,segelas dan sepiring makan dan minum, kami tidak merasa jijik, tapi sayang aku harus rela kehilangan sahabatku dengan bulir-bulir air mataku ,cukup sampai di sini saja persahabatanku dengannya , aku pun tidak bisa mencegah kepergiannya dariku, sebab aku cintai pilihannya, tapi cobalah kau melihat dengan hati, apakah yang telah kau ciptakan dari perbedaan ini, aku tau sahabatku pun luka, apalagi aku yang mencntai waktu bersamanya.
Kepada siapakah harus kuteriakkan, sedang kesadaran pun sudah mati dengan kenistaannya , lalu dengan apa aku harus mengembalikannya ? sedang pedang terhunus untukku , aku tidak salah atas perbedaan , sebab semua manusia diciptakan dari bahan dan cara yang sama. Tetapi ternyata peradabanlah yang telah menabur perpecahan,para tua-tua banyak tak berwibawa, mereka telah menjual kebenaran dengan ideologi yang entah datangnya dari mana. Mulut yang dulu melafalkan doa-doa dan petah, kini berganti kutuk dan sumpah serapah.seolah bangsa ini kehilangan ayah dan ibunya, berbuat semaunya tak mengingat pesan- pesan leluhurnya.
Aku tetapmencintaimu Indonesia , walau sangat menyakitkan bagiku ,maafkan aku karena aku harus diam melihat semuanya, dan  dalam doaku Cintaku padamu tak akan pudar oleh semua perbedaan bangsa ini.