Takperlu kusesaliÂ
kelahiranku di negeri asing
aku kaum terkecil
di antara kaum bangsa yang besar
Seperti gembala di padangÂ
aku bersenandung tersembunyi
menghalau domba ke kandang
menjaga domba dari beruang dan serigala
Aku kaum yang asing
di negeri tempatku lahir
padahal katanya negeri ini merdeka
tapi belenggu masih mendera
Ketika jiwa terpanggil
bangsa yang kalah oleh seorang raksasa
berribu - ribu senjata percuma
seorang raksasa terlalu kuat baginya
Aku terpanggil
untuk bangsaku yang besar
yang terjajah raksasa peliharaan
yang kenyang dengan makan upeti
Tanpa takut aku melangkahÂ
mengingat aku pernah mengalahkan serigala
pernah membunuh singa
rasaku aku pasti bisa mengalahkan raksasa bangsaku
Aku pun hampir gentar olehnya
ternyata raksasanya tidak hanya satu
melainkan lebih dari seribu
yang siap memangsaku
Ah aku tidak takutÂ
jika Tuhan pernah memberi kemenangan bagiku
pasti kali ini aku pun mampu
sebab atas nama Tuhan aku berperang
Yach mati adalah keuntungan
bila aku mati untuk negeri ini dengan benar
anak cucuku takkan kekurangan
sebab Tuhanlah yang memelihara
Di antara seribu raksasa
dagingku terlalu lezat
hatiku terlalu nikmat
bahkan jantungku hendak dijual
Tapi dangingku pun tak bisa dinikmati
sebab diriku dianggap kafir
tapi seribu raksasa disebut apaÂ
yang hidupnya sebagai koruptor
Panjang keluh kesahku
tapi bangga hasil perjuanganku
walau dicaci dan dimaki
tetapi akulah pemenangnya.
Hongkong 22 oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H